Kediaman bu Ratih.
Dengan kesal dia membuka dan kembali menutup pintu mobil dengan kencang. Suaminya terlonjak kaget dan menyemburkan kopi yang ia minum.
Ratih duduk di teras depan bersama suaminya.
"Ibu, kenapa pulang ko marah-marah?"
"Ibu kesel pak, sama tetangga baru kita?"
"Tetangga siapa?"
"Itu loh, yang ngontrak di rumahnya pak RT, katanya dia pindahan dari kota M."
"Kota M?" tanya nya memastikan.
"Iya, katanya janda anak satu."
Pak Bambang terdiam berfikir.
Batinnya berkata. "𝘈𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘉𝘶 𝘚𝘺𝘢𝘧𝘪𝘳𝘢? 𝘋𝘪𝘢 𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘔 𝘱𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘦 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘑? 𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘢? 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘑 𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘢𝘴."
Bu Ratih mengkerutkan dahinya.
"Bapak kenapa?" tanya Haikal ikut duduk bersama orang tuanya.
"Ibu, juga tidak tahu," jawab Ratih.
"Pak!" Haikal menggoyangkan tubuh Bapaknya.
"Hah!" jawabnya kaget.
"Bapak kenapa malah melamun?" tanya Haikal dan di angguki oleh Ratih.
"Bapak hanya berfikir tentang proyek pembuatan Sunshine Cafe & Resto di kota ini," ucap Bambang mencari alasan.
"Wah yang benar, pak? Itu berita bagus, berarti cafe terkenal itu akan membuka cabang di sini? dan bapak akan dapat bonus gede lagi?" balas Ratih dengan berbinar.
"Iya bu, bahkan gaji kami di naikan 20% dan kami di beri fasilitas untuk tempat tinggal."
"Emang ada berapa yang di bangun, pak?" tanya Ratih penasaran
"Pemula hanya 4 cabang, terletak di beberapa tempat."
"Waww! Pemula saja 4, bagaimana jika sudah ramai dan terkenal? pasti lebih dari 4!"
"Bisa jadi Bu."
Dan pak Heru dengan bangga menceritakan semua tentang bosnya, kebaikan yang di miliki sang bos, tapi ia tidak memberitahukan wajah bosnya, karena setiap pekerja akan di sumpah untuk tidak menyebarkan wajah sang bos pada orang-orang.
"Jadi bosnya cewek, masih muda, bisa kita jadiin mantu, Pak!" dengan antusias Ratih akan menjodohkan dia dengan anaknya.
"Gak, Haikal tidak mau di jodohkan!" tolaknya dengan tegas. "𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘪𝘵𝘶," 𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯𝘯𝘺𝘢.
"Belum lihat sudah nolak, dia itu cantik, baik, Bapak setuju kamu dengannya," kata Heru.
"Terserahlah!" balas Haikal sambil masuk ke dalam rumah.
Bu Ratih sudah senyam senyum sendiri membayangkan bahwa dia akan menjadi kaya dan orang-orang akan semakin segan padanya.
"Ibu kenapa? Kayak orang gila," celetuk Heru bingung.
Ratih mendengus kesal, "Siapa yang gila, Pak? Wong ibu masih waras ko."
"Buktinya tadi senyum-senyum sendiri."
"Ibu tuh lagi mikirin bagaimana anak kita bisa bertemu dengan bos Bapak, siapa tahu mereka berjodoh," ucap Ratih penuh harap.
"Oohhh, kirain apa, Bapak mah terserah Gusti Allah SWT saja, jodoh syukur gak juga gak pa pa Bu," balas Heru memasrahkan semuanya kepada Tuhan.
Bu Ratih tak membalas, ia hanya asyik dalam fikirannya sendiri sesekali tersenyum. Suaminya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sang istri.
****
Kediaman Arman
"Ma, Mama!" Amel Berteriak mencari keberadaan Dinda.
Dinda menjawab, "Mama di dapur, Mel."
Dia pun menghampirinya.
"Ada apa? ko mukanya kusut gitu?" Tanya Dinda saat melihat wajah sang anak lesu.
"Aku kesel, Bela terus nanyain Abang mulu. Mel, Abang mu udah punya pacar belum? Mel, makanan kesukaan Abang mu apa? dia terus nanayain inilah, itulah, bosan aku." Kata Amel sambil mengunyah apel yang ia ambil di meja makan.
"Bagus dong, berarti Abang mu laku." Balas Dinda yang sedang memotong sayuran.
"Tapi aku gak suka dia! Dia itu kecentilan, aku lebih suka Syafira dan anaknya, meski janda tapi baik." Saut Amel membayangkan sang Abang bersanding dengan wanita pilihannya.
"Jodoh, rezeki, maut gak ada yang tahu, Mel. Kita berdoa saja semoga mereka berjodoh, meski Mama belum pernah melihat tapi Mama yakin jika dia wanita baik-baik."
Saat sedang berbincang Reyhan masuk nyelonong mengambil air es kemudian mengambil kotak kesehatan.
Mama Dinda kaget melihat pipi Rey bonyok.
"Ya tuhan! Muka mu kenapa Rey?"
Amel menimpali, "Iya bang, ko bonyok gitu?"
"Ini semua ulah si cewek gila," umpat Rey kesal.
Amel dan Mama saling lirik bingung.
"Mah, tolong kompresin dong!" pinta Reyhan manja.
"Ck, manja," cibir Amel.
Reyhan mendelik.
"Kenapa bisa seperti ini?" Tanya mama sambil mengompres memar yang ada di wajah Reyhan.
Rey menceritakan kesialannya mulai dari ketemu Bela, kemudian mobilnya tiba-tiba mogok, di kejar orang gila, dan terakhir ketemu cewek gila yang ngatain ia jambret dan memukulnya.
Amel tertawa terbahak, mendengar cerita Abangnya.
"Kasian bener Abang gue!" ledek Amel.
Reyhan makin kesal.
Tawa Amel berhenti ketika mengingat sesuatu. "Oh iya, Papa di mana? Amel mau ngasih laporan soal toko."
"Papamu ketemuan sama teman-temannya, katanya sih melepas rindu."
Amel hanya ber oh ria, dan Mama Dinda sedang mengobati muka anaknya.
****
Cafe xx
Di sudut cafe xx ada tiga orang tua yang pernah muda sedang asyik mengobrol, sesekali bernostalgia tentang masa lalu mereka.
"Kau tahu gak, Man? sampai sekarang Nicho enggak nikah-nikah, kata dia sih karena penyakit nya, hingga banyak cewek yang gak mau."
Nicho tak menggubris, karena apa yang di ucapkan temannya memang benar.
"Sampai kapan Nic? Kau udah tua masa jomblo terus," tanya Arman.
"Sampai ketemu cewek itu lagi. Saya gak akan sembuh jika tidak bertemu dengannya, ini sumpah dia yang ia ucapkan untuk saya." Balas Nicho murung, fikirannya teringat akan peristiwa 27 tahun yang lalu.
"Dari mana kau yakin jika hanya cewek itu yang akan bikin kau sembuh?" tanya Arman kembali.
"Dia sendiri yang bilang, sebelum bertemu kembali dengannya, sumpahnya gak akan hilang."
"Mungkin saja dia udah meninggal, 'kan udah lama Nic," saut Dika.
Nicho hanya mengangkat bahunya tidak tahu.
"Kau sendiri, bagaimana keadaan istrimu? Apa sekarang dia udah sembuh?" tanya Arman pada Dika.
Handika ikut murung akan kondisi sang istri.
"Sampai sekarang dia masih depresi, kehilangan anak adalah hal yang paling menyakitkan bagi kami, padahal kami sudah melakukan berbagai pengobatan tapi hasilnya nihil."
Arman menghelakan nafasnya dengan kasar. "Ternyata setiap orang mempunyai masalah masing-masing, ku fikir hanya aku saja yang memiliki masalah, ternyata kalian juga sama."
Dika dan Nicho bingung.
"Setau ku, kau tidak memiliki masalah apapun, Man?" ucap Nicho.
"Malah kita lihat, hidup kau adem ayem," timpal Dika.
"Kalian salah, setiap manusia pasti memiliki masalah, ada yang mulai dari masalah kecil hingga masalah besar, tergantung kita menyikapi dan menyelesaikannya seperti apa, termasuk saya."
Dika membenarkan. "Kau benar, Arman. kadang masalah datang silih berganti menguji kemampuan kita."
"Apapun masalah kita, semoga kita mampu menyelesaikannya," timpal Nicho.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Dyah Oktina
jgn2 nicho yg ngehamili sofi..dika yg kehilangan anaknya mila...arman kehilangan sofi adek... saling terkait dgn cucu yg sama... 🤭
2024-09-18
0
Lina ciello
wahh cewenya msti almh sofi 🥺🥺
2024-09-01
0
Lina ciello
kelakuan e bojomu 👎👎👎
2024-09-01
0