"Paman, Fira mau tanya, gimana perkembangan Cafe baru yang ada di kecamatan ujung pandang dan yang ada di kecamatan Tamalanrea?" tanya Fira di telpon.
Tangan kirinya memegang handphone, dan tangan kanan sibuk memberikan dot susu formula untuk sang anak.
"Semuanya berkembang pesat dalam waktu dekat, Ra. Respon orang yang ada di sana sangat bagus, orang-orang banyak yang tertarik untuk mampir ke Cafe kita. Tempatnya yang strategis, harga makanan cukup murah membuat mereka menjadi lebih tertarik," jawab Doni.
"Itu bagus Paman, dengan begitu orang akan saling memberitahukan atau bahkan merekomendasikan tempat kita pada yang lainnya, dan kita juga harus memperhatikan kualitas dan kuantitas nya juga."
"Iya, Ra. Untuk daftar pekerja, Paman sudah merekomendasikan orang-orang yang menurut Pcaman layak di Cafe kita. Paman sudah mengirimkan data-datanya ke email kamu."
"Baik, nanti aku cek. Untuk sekarang aku mau mengurus dulu Felix, setelahnya baru aku akan ke kantor, dan mengecek semua laporan yang masuk."
"Kalau gitu Paman tutup dulu, Paman juga sedang melihat pembangunan Cafe di tempat lainnya."
Pembicaraan merekapun selesai di akhiri oleh Doni.
****
Kota J
Ketika sampai rumah, Arman dan Rey di sambut oleh keluarganya, bu Saras tak sabar ingin segera mendengar informasi apa yang Arman dapatkan disana.
Mereka saling menyalami sedangkan Amel sudah memeluk sang Papa penuh rindu. Ketika Arman menyalami ibunya wajahnya berubah menjadi dingin. Arman berfikir karena ibunya dia tidak bisa bertemu sang adik untuk selamanya.
"Pah!" panggil Dinda.
"Nanti Papa cerita di dalam!" jawab Arman seolah tahu apa yang ingin istrinya tanyakan.
Arman dan Dinda masuk duluan.
"Apa kamu mendapatkan informasinya Rey?" tanya Saras penasaran.
Amel yang ada di sana ikut penasaran.
"Kami memang mendapatkan informasinya. Tapi, kami tidak menemukan keberadaannya. Maka dari itu, kami memutuskan untuk pulang." Rey berucap dengan sedikit berbohong, dia melakukan itu agar neneknya tidak terluka akan ketiadaan sang anak dan Papanya pun tidak mengijinkan Rey memberitahukan kepada siapun itu, kecuali Dinda.
"Jadi hasilnya nihil?" tanya Amel dan Rey mengangguk.
"Sia-sia kalian kesana jika tidak menemukan apapun," timpal Saras kecewa.
"Yang ada aku ketemu cewek gila," batin Rey. Sudut bibirnya terangkat tanpa sadar. "Eh! Apa yang gue pikirkan? ngapain gue inget si cewek gila?" ucap batin Rey kembali setelah sadar dari fikirannya.
"Kamu kenapa, Bang?" Amel sedikit bingung melihat tingkah sang Abang, bukan sedih tapi malah seperti terlihat senang.
"Hah! Abang gak pa pa, Mel." sautnya gelagapan.
Sedangkan di dalam kamar, Arman langsung memeluk sang istri, ia menangis mengutarakan rasa sesak yang ia rasakan. Dinda mengelus punggungnya membiarkan Arman mengeluarkan segalanya lewat tangisan.
Setelah merasa tenang Arman menceritakan semuanya pada Dinda.
"Harapan Papa pupus sudah, Mah. Ternyata dia sudah tiada, tapi Papa tidak percaya semua itu. Entah mengapa Papa merasa Sofi masih hidup." Ucap Arman yakin, ia mengikuti kata hatinya.
"Apa yang terjadi atas kehendaknya, dan Mama berdoa semoga apa yang Papa yakini benar," balas Dinda mencoba untuk bijak.
****
Kota M
Hari ini Fira berencana untuk bertemu salah satu supplier nya, niatnya ingin memperpanjang kontrak.
"Ka Denis, hari ini kamu ikut aku! Kita akan bertemu supplier buah dan sayur, sekalian kita akan meninjau Cafe yang lain."
"Baik, Bu Bos." Jawab Denis tanpa membantah.
Sebelum menemui kliennya Fira mengecek kembali semuanya, dan dia kembali lagi keruangan menghampiri sang anak.
Fira berjongkok memandang wajah anaknya.
"Hai, kesayangan Bunda, lagi main ya? maaf ya, Bunda sering ninggalin kamu," ucap Fira menirukan suara anak-anak.
Bayi mungil itu tersenyum, mata beningnya menghipnotis siapa saja yang melihat, usianya sudah 4 bulan, juga sudah bisa mendengar dan tersenyum.
"Uluh uluh senyum. Iya, Bunda kerja untuk kamu, yang baik ya sama bibi." Fira terus mengajak anaknya bicara dan Felix selalu meresponnya dengan senyuman sesekali bersuara hao hao.
"Bi, aku titip Felix! soalnya kasian jika di bawa, aku akan meninjau Cafe yang ada di beberapa tempat," pinta Fira dengan sopan.
"Siap atuh non, bibi pasti menjaganya dengan baik. Non yang tenang kerjanya, semangat ya non!" balas bi Caca menyemangati.
"Semangat bi," saut Fira dengan senyuman.
Setelah semuanya beres, dengan tenang Fira meninggalkan Felix kemudian dia pergi di temani Denis.
****
Empat tahun telah berlalu.
Selama itu pula Fira mampu mengembangkan usahanya hingga sukses, usaha berbuah manis, kini Sunshine Cafe & Resto terkenal ke berbagai kota sebagai salah satu Cafe dan Restoran tersukses di kota M. Tak banyak orang yang berasal dari luar kota ingin bekerjasama dengan pemiliknya.
Sampai saat ini tak ada yang tahu akan wajah pemilik aslinya, mereka hanya tahu jika pemiliknya adalah seorang wanita muda bernama Aurel.
Kesuksesan Fira tak lepas dari Doni serta peran orang-orang yang berada di bawah naungannya, tak ketinggalan kedua sahabatnya, mereka selalu mempromosikan Cafe Fira di sosial media dan sesekali membantu Fira dalam segala hal.
"Felix, sini sayang! Di pakai ya bedaknya biar tampan!" ucap Fira mengejar Felix yang terus berlarian kesana kemari.
"Aku tak mau bunda, Felix 'kan cowo!" tolak Felix dengan suara khas anak kecil.
"Ayo Nak, kali ini aja! Kita harus segera ke Cafe." Fira terus membujuk Felix agar mau ia dandani.
"Pokoknya aku tak mau titik!" tolak Felix kembali sambil sembunyi di belakang tirai.
Dengan perlahan Fira mengendap-endap ke arah bocah itu dan.. hap....
"Dapat," Fira menggelitik Felix, merekapun tertawa bahagia.
"Hahaha ampun Bunda! hahaha ampun, aku janji tak akan kabul." kata Felix di tengah tawanya.
Dengan segala paksaan serta bujuk rayu akhirnya Felix selesai di dandani. Tak lama kemudian Fira berangkat bersama anaknya, sedangkan bi Caca sudah pergi duluan.
Setibanya di Cafe semuanya sudah berkumpul, termasuk Kania dan Fitri. Hari ini Fira tampil berbeda, tampilannya sungguh memukai dan tak bosan di pandang mata. Dia berjalan dengan anggun dan tangannya menuntun sang anak.
"Selamat siang semuanya?" sapa Doni.
"Siang pak," ucap kompak mereka.
"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada kalian karena sudah bersedia berkumpul di sini, bukan tanpa alasan saya mengumpulkan dan menutup semua Cafe kita untuk hari ini."
Semuanya diam, mereka merasa bingung karena tidak biasanya seluruh pegawai di kumpulkan dalam satu ruangan.
"Di sini saya sebagai kepercayaan pemilik Cafe akan memberitahukan siapa pemilik asli dan pimpinan kalian yang sebenarnya."
Semua orang terkaget, ada yang senang dan penasaran kira-kira seperti apa wajahnya.
"Maka dari itu, saya perkenalkan.." Doni melirik ke Fira dengan senyuman menawan, kemudian mengulurkan tangannya, dan di sambut oleh Fira serta senyum ketulusan.
"Aurelia Syafira," ucap Doni tegas dan lantang. "Dia adalah pemilik sah Sunshine Cafe & Resto."
Semua orang terlonjak kaget, mereka tidak menyangka bahwa selama ini orang yang mereka kenal akan kebaikan dan kecantikannya adalah bos besar.
"Bunda, aku sayang kamu," celutuk Felix.
Fira tersenyum kemudian dia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan sang anak dan memeluknya penuh kasih sayang.
"Sekarang sudah waktunya, Fira" bisik seseorang.
Deg!
"Suara itu? itu suara ka Mita dan ka Rio!" batin Fira. Dan tanpa di duga, sekelebat bayangan mereka terlihat oleh mata Fira.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Lina ciello
sekniseh hidup cucune
2024-09-01
0
blecky
bukankah Fira d suruh knkota j....
2022-06-28
0
Yani
Oh...salah ternyata MakSar ya thor
2022-06-11
0