"Kamu kenapa, Rey?" tanya Arman, dia kaget melihat keadaan anaknya yang berantakan.
"Ada cewek gila, Pah!" jawab Rey ikut duduk di hadapan Arman, dan wajahnya terlihat kesal.
"Dimana?" sahutnya celingukan mencari cewek gila yang di maksud Reyhan.
"Gak tahu, dia kabur kayaknya." Rey mengangkat pundaknya, dan mengambil makanan di atas meja kemudian memakannya dengan cuek.
Arman mengernyit sesekali menggelengkan kepala.
****
Tak terasa, sudah satu bulan Rey dan Arman di kota M. Tapi, mereka masih belum menemukan titik terang akan keberadaan Sofi, padahal mereka sudah mencari kesana kemari.
Berbagai tempat mereka singgahi untuk mencari keberadaan Sofi. Namun, lagi, dan lagi hasilnya nihil.
"Kita harus mencari kemana lagi, Rey? Sudah satu bulan kita disini." ucap Arman kecewa, dia menghempaskan tubuhnya ke sofa dengan kasar.
Saat ini Arman dan Rey sedang berada di hotel berbeda dari tempat kemarin.
"Aku juga gak tahu, Pah. Kita sudah bertanya kesana kemari tak ada satupun dari mereka yang tahu," jawab Rey.
"Kita lanjut besok lagi! Sekarang kita istirahat! Papa sangat lelah."
Nada dering handphone Rey berbunyi.
"Aku angkat dulu, ini dari Mama." Kata Reyhan memberitahukan dan Arman mengangguk kemudian Arman berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Halo, Mah."
"Halo, Rey. Apa kamu sekarang sedang bersama Papamu?"
"Iya, Mah. Papa lagi di kamar mandi."
"Rey, bilang sama papamu! kapan kalian pulang? sudah satu bulan kalian di sana."
"Rey juga gak tahu, Mah. Papa masih belum menyerah mencari keberadaan Bibi."
"Mau sampai kapan, Rey? Nanti juga Tuhan akan mempertemukan kalian jika sudah waktunya. Kasian Amel, dia harus mengurus toko sendirian dan Mama jarang menghandle nya karena nenek kamu sering sakit. Ketemu atau tidak kalian pulang ya!"
"Iya, Mah. Nanti Rey kasih tahu Papa. Aku tutup dulu, Mah. aku mau kedepan membeli sesuatu."
"Ya udah, kalian hati-hati di sana. Jaga kesehatan, dan jangan lupa kalian makan."
"Ok, siap laksanakan kanjeng ratu."
Reyhan mematikan panggilannya. Karena Arman belum selesai, Reyhan memutuskan keluar untuk membeli sesuatu di minimarket terdekat.
****
Rumah Fira.
"Bi, nanti kalau pulang tolong sekalian bawa makanan ini, tolong mampir dulu ke rumah paman Doni! yang rantang ijo buat paman Doni dan yang di rantang merah buat bibi." uca Fira menyiapkan makanan ke dalam rantang.
"Aduh non, bibi mah gak usah di bawain ya!" jawab bi Caca tak enak hati.
"Gak pa pa bi, aku sengaja masak banyak buat kita, karena bibi gak nginep jadi sekalian ku bekalin buat bibi makan."
"Si non baik sekali, makasih atuh kalau non Fira maksa mah. Rezeki gak boleh di tolak, pamali!" sautnya.
"Nah, itu bibi tahu. Aku mau jalan-jalan sore dulu bi sama Felix, aku mau beli sesuatu di minimarket depan."
Ketika semuanya di rasa sudah beres, Fira segera menggendong anaknya, membawa dia ke depan. Sesaat setelah berada di dalam minimarket, Fira terus mendorong stoler sang anak, dan memilih apa saja yang ia mau. Fira menyuruh seseorang membantu mendorong troli belanjaan yang ia bawa karena ia sendiri kerepotan mendorong stoler bayi.
Karena haus, Fira mampir ke showcase cooler untuk mengambil minuman yang ia suka dan kebetulan minuman tersebut tinggal satu lagi.
dengan cepat ia mengambil, akan tetapi ada seseorang yang juga ikut mengambil minuman yang Fira inginkan.
Alhasil tangan Fira dan orang tersebut bersentuhan, Fira menoleh alangkah terkejutnya saat melihat wajah dia dan dia juga sama terkejutnya melihat Fira.
"Loe!" ucap mereka secara bersamaan.
"Ini minuman gue!" sergah Rey.
Kebetulan minimarket, hotel dan tempat tinggal Fira satu lingkungan dengan hotel yang di singgahi Reuyhan. Hingga mereka bisa berjalan kaki untuk ke minimarket.
"Eh, tidak bisa. Ini minuman gue! Gue yang lebih dulu memegangnya," ucap Fira tak mau kalah.
"Eh, cewe gila. Gue duluan yang ngambil. Loe cari minuman lain sana!" balas Rey sambil menarik minumannya.
Fira tak mau kalah, dia juga menarik minumannya kembali, alhasil mereka saling tarik menarik.
"Aduh Mas, Mbak, jangan berebut! Masih banyak minuman yang lain! " lerai sang crew store.
"Ini punya gue!" ucap mereka kembali.
Sang crew store merasa bingung akan tingkah Rey dan Fira, kemudian sebuah solusi muncul saat melihat ke tangan yang sedang berebut.
"Gini aja, Mas sama mbaknya coba kalian lihat ke arah botolnya, dan siapa yang lebih dulu memegang minumannya!" kata crew store ngasih solusi.
Fira dan Rey terdiam kemudian mereka melihat dan ternyata, Firalah yang lebih dulu memegang botolnya dan tangan Rey berada di atas tangan Fira.
"Lihat noh! Ini minuman gue, gue yang lebih dulu ngambilnya. Nih, lihat nih!" Fira mengangkat botolnya dan otomatis tangan Rey ikut mengangkat sebab tangan Rey masih memegang tangan Fira.
Dengan segera Rey melepaskan tangannya, dia gelagapan dan malu saat berpegangan tangan.
"Gue yang menang, wlleee," Fira meledek Rey dengan menjulurkan lidahnya, lalu Fira pergi meninggalkan Rey.
"Dasar cewe gila!" umpat Rey dengan kesal.
"Kenapa harus ketemu dia lagi! Apes banget gue." Lanjutnya sambil mengambil minuman lain.
Ketika di perjalanan ke hotel, Rey kembali bertanya kepada setiap orang.
"Maaf, apa anda pernah melihat orang ini?" Rey menunjukan sebuah Foto lama yang ia miliki.
Orang tersebut memperhatikan fotonya dengan seksama.
"Iya, saya pernah melihatnya," jawabnya setelah yakin jika dia pernah melihat.
"Apa anda yakin? Tolong lihat lagi dengan teliti!" titah Rey sekali lagi.
Dia kembali melihatnya dan kemudian melihat wajah Rey dengan pandangan sulit di artikan.
"Saya yakin tuan, bahkan saya bekerja di rumahnya," saut dia meyakinkan.
"Tunggu sebentar! Saya akan menelpon Papa saya dulu! bolehkan meminta waktunya sebentar?" balas Rey penuh harap.
Sejenak dia berfikir dan kemudian mengangguk. Rey menelpon papanya untuk turun, dia bilang jika dia menemukan informasi tentang adiknya dari seseorang dan orang itu sedang bersamanya. Dengan segera Arman menghampiri Reyhan.
"Dimana dia Rey?" tanya Arman tergesa saat sudah sampai.
"Dia, Pah." Tunjuk Rey pada wanita paruh baya.
"Apa anda yakin pernah melihatnya? dimana?" tanya Arman penuh harap, wajahnya sudah terlihat cerah berharap mendapatkan informasi yang akurat.
"Saya yakin tuan, karena saya bekerja di rumahnya dan foto ini sama percis dengan figura yang beliau pasang di ruang tamu, namanya kalau tidak salah Sofi Al-Hussein," ucapnya
Arman dan Rey tersenyum lega, ada rasa bahagia yang mereka rasakan.
"Bolehkah kami tahu rumahnya? saya mohon!" balas Arman penuh permohonan.
"Maaf tuan, rumahnya sudah pindah lain pemilik di karenakan pemilik yang dulu sudah meninggal tiga bulan yang lalu," jawab wanita itu dengan sedikit berbohong.
Deg!
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
🌹🪴eiv🪴🌹
coba ke pemakaman deh
2023-02-23
1
Yani
Kasian pa Arman
2022-06-11
0
Fay
lanjut thor
2022-06-09
0