"Awaaaasssss!!!" teriak Fira saat melihat sebuah truk menghampiri mereka.
Akan tetapi.....
Brruuuukkkk....brraaakkkk....
Suara benturan keras terdengar di telinga Fira. Fira sempat menoleh kebelakang, dia melihat mobil itu dan memperhatikan plat mobilnya dengan seksama.
Saat Rio berusaha menghindari mobil yang ada di depan, Rio membantingkan setirnya ke kanan untuk menghindari. Namun naas, kecelakaanpun tak terelakkan hingga ia menabrak pembatas jalan.
Tak ada yang tahu akan peristiwa yang terjadi. Sebab, jalan yang mereka lewati merupakan jalan sepi saat di malam hari.
Niat hati ingin memotong jalan untuk cepat sampai. Tapi, takdir harus berkata lain.
"Ssssstt aw," Fira meringis kesakitan. Tangan kirinya memegang kening yang berdarah, dan tangan kanannya memegang pundak yang kena tembak.
Fira melihat semua orang, dia berusaha duduk dengan tegak, lalu dia keluar dengan tertatih untuk melihat keadaan.
Betapa kagetnya dia saat melihat keadaan mobil begitu parah, di tambah depan mobil mengeluarkan asap. Tetes demi tetes minyak bensin keluar, firasatnya mengatakan bahwa mobil tersebut akan meledak. Syafira berusaha mengeluarkan satu persatu anggota keluarganya. Dia lebih dulu mengeluarkan Mita kemudian Rio dan terakhir Mama Sofi.
Fira sangat panik, tubuhnya bergetar, ia berusaha mengambil handphone yang ada di mobil, tepatnya dalam tas. Kemudian ia menelpon ambulance untuk meminta pertolongan. Tak lama kemudian mobilnya meledak dengan dahsyat.
Duaarrrrr..
Ledakanpun terjadi sesaat setelah Fira berhasil menjauh dari mobil.
Air mata Fira tak bisa terbendung lagi, ia menangis menyaksikan apa yang terjadi di hadapannya sekarang.
Fira menangis sesegukan di dekat ketiga orang yang dia sayangi, dia menundukkan kepalanya menahan sakit yang ia rasakan.
"Fi ra" ucap lirih Mita dengan terbata, Fira pun melihat ke arah suara.
"Kaka," ucapnya gemetar.
"Ja ngan menangis, ka kamu harus kuat, ini sudah menjadi takdir kita."
"Ka jangan terlalu banyak bicara, semuanya pasti akan baik-baik saja, yang penting Kaka selamat." Fira mengambil kepala sang kaka untuk di tidurkan di pangkuannya.
"Ji jika kami pergi, tolong jaga dia u untuk kami!" suara Mita sudah mulai tersengal-sengal.
"Kaka ngomong apa? Kalian tidak boleh pergi!" kata Fira panik.
Fira memeluk sang Kaka dengan erat, dia tidak peduli dengan darah yang ada di sekujur tubuh mereka, dan Mita membalas pelukan sang adik penuh sayang.
"Ka ka sayang ka mu, kamu te tap adikku, se la mat ti tinggal Fira!" suara Mita melemah, pelukannya mengendur, tangannya terkulai jatuh ketanah.
"Tidaaakk..! bangun Ka, bangun! jangan tinggalkan aku sendiri, Ka!" Fira terus berusaha membangunkan sang kaka dengan menepuk-nepuk pipinya.
"Peluk aku Ka, peluk aku! Kaka tidak boleh pergi!" dia masih berusaha memelukkan tangan sang Kaka pada tubuhnya. Akan tetapi, tangan Mita kembali terkulai ke tanah.
"Tidaaaaakkkk..!" teriaknya histeris, tangis semakin pecah, Fira terus memeluk sang kaka, dia mendongakkan kepalanya keatas berteriak histeris.
"Tuhaaaaaann, mengapa ini terjadi pada keluargaku?" ucapnya penuh prustasi.
Tak lama kemudian ambulance yang ditunggunya datang. Sepanjang perjalanan dia terus menangis, ia merasakan sakit yang luar biasa pada pundaknya, penglihatan Fira mulai buram hingga ia terkulai lemah tak mampu lagi menahan tubuhnya. Fira pingsan saat berada di dalam ambulance.
Beberapa saat telah berlalu peluru yang bersarang di pundak Fira sudah di keluarkan. Kemudian dia di pindahkan keruang perawatan, sedangkan keluarganya masih berada di ruang operasi.
Perlahan Fira membuka matanya setelah berada di ruangan inap, ia mulai menyusuri setiap sudut ruangan itu.
"Ra, loe udah sadar!" Kania berada di ruangan itu karena di beritahu oleh pihak rumah sakit tentang kecelakaan yang terjadi, dengan segera Kania menelpon Fitri dan Doni.
Doni adalah adik angkat Mama Sofi sekaligus tangan kanan Rio.
"Mereka?" tanya Fira, bibirnya bergetar saat mengucapkan kata mereka, Fira mengingat tentang semua yang terjadi.
Kania tak menjawab, dia hanya bisa menangis, dia sendiri bingung harus memulainya darimana.
"Nia, kenapa loe nangis dimana mereka?" Fira kembali bertanya dengan nada meninggi.
Karena tak ada jawaban, Fira bangun dari tempat tidur. Dia berusaha melepas infus yang ada di tangannya, tak peduli dengan sakit yang ia rasa. Saat ini fikirannya hanya tertuju kepada keluarganya.
"Ra, loe mau kemana? Loe masih harus istirahat!" cegah Kania.
"Gue gak peduli! gue ingin melihat mereka!" Fira berjalan dengan tertatih, tapi langkahnya terus di cegah oleh Kania.
"Fira, kamu mau kemana?" tanya seseorang.
Fira mendongak melihat wajahnya.
"Paman!" ucap Fira dengan lirih
"Apa kamu mau melihat mereka?" tanya Doni dan Fira mengangguk.
Perlahan Doni memapah Fira, dan membawanya keruangan operasi. Sudah ada Fitri disana yang sedang menunggu. Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan itu.
"Gimana keadaan mereka, Dok?" dengan segera Fira menghampiri, dan bertanya saat melihat Dokter keluar.
"Alhamdulillah, kami bisa menyelamatkan anaknya. Tapi, saat ini kondisinya lemah, dan karena terlahir prematur, kami harus memasukannya kedalam inkubator," jelas sang dokter.
"Tapi, mohon maaf. Kami tidak bisa menyelamatkan ibunya. Dia kehabisan darah, dan dia sudah meninggal sebelum sampai kemari," lanjutnya dengan wajah penyesalan.
"Apa!" ucap mereka secara bersamaan.
Fira membekap mulutnya dengan tangan, dia tersungkur kebelakang menyenderkan tubuhnya dengan lemas.
"Tidak, tidak mungkin! itu tidak mungkin, pasti dokter bohong 'kan?" Fira menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Ra!"ucap Kania dan Fitri, mereka memeluk tubuh lemah Fira.
"Coba sekali lagi kau periksa dengan benar, Dok!" bentak Doni yang juga belum percaya.
"Sekali lagi maafkan kami, kami hanya berusaha yang terbaik. Tapi, Tuhan berkehendak lain, dan kedua pasien yang lain sedang kritis." ucap sang dokter, ia beberapa kali memohon maaf karena tidak bisa menyelamatkan ibunya.
Fira berontak dari pelukan kedua sahabatnya, dia menerobos masuk melewati sang dokter.
"Ka Mita," lirih di sela suara tangis yang terdengar begitu menyayat hati.
"Bangun ka, bangun! Ku bilang bangun! Kau harus kuat demi anakmu!" bentak Fira sambil menggoyangkan tubuh Kakanya yang sudah terbujur kaku.
Saat ini Mita sedang hamil, usia kehamilannya baru memasuki umur 8 bulan. Tadinya, sebelum lahiran, Mita, dan Rio berencana untuk baby moon sekalian berlibur.
"Syafira," panggil Doni kemudian memeluk Fira berusaha untuk menenangkan.
"Paman, ka Mita masih hidupkan? Pasti dia hanya sedang becanda, dia sedang mengerjai ku 'kan, Paman?" racau Fira.
"Tidak Fir, Mita sudah tiada. Kamu harus kuat! Ikhlaskan!" ucap Doni, ia memejamkan matanya terus memeluk sang ponakan untuk menguatkan dia.
Kania dan Fitri menangis sesegukan, mereka tak kuasa melihat keadaan Fira seperti itu.
"Permisi, maaf siapa disini yang bernama Fira?" Ucap suster dengan tiba-tiba.
"Saya," kata Fira sambil menguraikan pelukannya.
"Mari ikut saya!" ucap suster.
Fira menoleh ke arah Doni dan Doni mengangguk mengiyakan.
Fira, Doni dan kedua sahabat Fira mengikuti kemana suster itu melangkah. Dan ternyata sang suster membawa mereka ke ruangan yang di singgahi oleh Mama Sofi dan Rio.
"Silahkan! Mereka ingin bicara padamu nona." ujar suster mempersilahkan Fira masuk.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
kay-kay
😭😭😭
2022-10-15
0
Siti Zen
😭😭😭😭😭siapa yang naruh bawang di sini
2022-08-14
0
Lilik Budiarti
lanjut dong thor
2022-06-21
0