Sudah satu minggu Fira tinggal di kota J, saat ini dia disibukan dengan masalah pembangunan Cafe nya. Banyak tetangga yang bertanya akan pekerjaan Fira, dan Fira selalu menjawab sedang mencari pekerjaan.
"Felix, bangun sayang! Ini udah jam delapan, Nak. Kamu gak mau ikut?" Kata Fira terus berusaha membangunkan mereka.
"Hhmmm, masih ngantuk Bunda," ucap Felix.
Fira tersenyum, ia duduk di pinggir tempat tidur.
"Baiklah, jika tidak bangun. Bunda gak akan mengajak kamu keliling kota!" ancam Fira.
Dan ancamannya mampu membuat Felix bangun.
"Ikut!" rengek Felix sambil mengucek-ngucek matanya.
"Makanya, bangun! Ayo kita mandi! Terus sarapan! Baru kita jalan!"
Fira menggendong anaknya ke kamar mandi. Dengan telaten penuh sabar Syafira memandikannya.
"Selesai, hmmm, udah wangi. Anak siapa sih ini?"
"Anak Papa, Mama, dan Bunda!" jawab Felix.
Fira tersenyum, kemudian memeluknys. "Semoga kamu selalu bahagia, sayang."
"Bunda juga!" balas Felix membalas pelukan sang bunda.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di cafe xx.
"Bunda, kita mau ngapain kesini?" tanya Felix.
"Kita akan bertemu pak Heru dulu, sayang. Ada hal yang ingin Bunda bicarakan dengannya."
Mereka terus melangkahkan kakinya menuju ruangan VVIP.
"Maaf menunggu lama, tadi di perjalanan cukup macet," kata Fira.
"Tidak apa-apa Bu Bos, silahkan duduk!" ucap Heru mempersilahkan Fira untuk duduk.
"Sudah ku bilang jangan panggil Bu Bos, panggil Fira saja!" balasnya sambil mendudukan dirinya dan Felix juga ikut duduk di samping kanan Fira.
"Saya panggil nak Fira saja," jawab Heru.
Fira mengangguk mengiyakan.
"Perkenalkan dia Rani! Dia yang akan menjadi asisten anda di sini," katanya.
"Saya Rani!" Sapa Rani menjulurkan tangannya dan di balas oleh Fira lalu Felix.
Kemudian dengan serius mereka membahas proyek yang sedang berlangsung, Fira bertanya kapan selesainya, dan Bambang menjelaskan kiranya akan selesai sekitar satu bulanan lagi.
"Satu bulan lagi? Tapi saya ingin semuanya sesuai rencana saya, pak! Dan saya juga ingin setiap pelamar pekerja dari kalangan apapun! Tidak boleh di bedakan dan tidak boleh terlalu memilih! Niat saya membuka cabang di sini untuk memberikan mereka pekerjaan, baik bagi mereka yang tidak sekolah, ataupun yang hanya sekolah sampai SMA."
"Baik Nak, saya mengerti. Saya akan usahakan sesuai ke inginan Anda."
Fira mengangguk.
"Ok, sekarang waktunya kita makan! Capek juga bicara mulu," ucap Fira terkekeh.
Dan merekapun menyantap makanan yang Fira pesan.
"Bunda, aku mau ayamnya!" pinta Felix.
Dengan senang hati ia mengambilkan, sesekali menyuapi sang anak. Meski di ruangan VVIP, mereka bisa melihat ke arah luar karena ruangan tersebut hanya terhalang oleh dinding kaca.
"Gak bisa di biarin," gumamnya.
Dia berdiri kemudian keluar dari ruangan itu. Mereka terheran, matanya terus mengikuti langkah Fira.
Felix dan Heru berdiri di depan penghalang kaca, mereka memperhatikan aksinya.
"Kayak nya bunda mau membantu meleka deh," celetuk Felix.
"Kita lihat siapa yang akan menang?" timpal Heru yang sudah tahu kemampuan Fira.
Sedangkan Rani, dia gemetar karena takut bosnya kenapa-kenapa.
"Pasti bunda menang," balas Felix.
Brak....
Gebrakan meja terdengar sangat keras. Keributan mulai terjadi ketika tiga orang pria bertubuh besar, memakai tato, berwajah seram, serta celana jeans robek di bagian lututnya, masuk ke dalam Cafe.
"Jangan bergerak! Serahkan barang barang kalian!" kata preman sambil menodongkan pisau. "Cepetaaan!" bentaknya.
Para pengunjung ketakutan, kebanyakan yang berada di sana kaum hawa.
"Cepetan serahin! Kalau tidak saya bunuh kalian!"
Tiba-tiba suara seseorang mengalihkan mereka.
"Jangan ada yang menyerahkan barang kalian!" pekik Fira. "Pertahankan barang berharga kalian!"
"Eh bocah, jangan ikut campur loe?" ucap sang bos.
"Aduh om, meski saya bocah tapi saya udah bisa bikin bocah om. Saya udah punya KTP, SIM, dan saya juga udah cukup umur ko." Jawab Fira dengan santai duduk di depan mereka.
"Cuihh, gue gak peduli! Cepat serahkan barang kalian! Dan loe bocah! Mending pulang sonoh tidur di ketiak ibu loe!" hardiknya kembali.
"Hiks hiks om preman jahat! Ibu saya udah meninggal om," ucap Fira mendramatisir keadaan.
"Kasian sekali, yang sabar ya neng! Ibu saya juga sama udah meninggal. Kita senasib," kata Ucup ikut menangis.
"Ucuup! Wibawa loe sebagai preman mana, hah?" bentak bos Parto.
"Tahu nih!" timpal Supri.
"Ah lama." Fira berdiri, secepat kilat ia mengambil tangan bos Parto, memelintirkan nya hingga pisau yang ia pegang jatuh.
"Gila loe bocah! Gue belom siap!" Parto meringis mengibaskan tangannya.
"Ucuup, suprii, seraaang!"
Fira cepat-cepat mundur, memasang kuda-kuda.
Ucup melayangkan pukulan tapi di tangkis oleh Fira, Supri berusaha menendang tapi keburu di tendang balik oleh Fira, di saat ada kesempatan Fira memukul wajah Ucup. Keduanya jatuh tersungkur.
"Bangun om! Masa cuman segini? Keluarin semua jurusnya!" ledek Fira menantang.
"Malu atuh! Masa kalah sama bocah, hahaha," timpal Felix mengompori.
Felix, Heru, dan Rani keluar untuk melihat secara dekat.
"Cari mati loe bocah!" bentak Parto.
Bugh...bugh...bugh.
Parto berusaha memukul,Fira mengalak. Ketika Supri berusaha menendang, kakinya Fira tangkap kemudian memutarnya hingga mengenai Parto dan Ucup.
"Ayo pukul om? Gak kena, gak kena hahaha." Ledek Fira masih memegang kaki Supri sebelah.
"Lepasin bocah! Gimana mau kena? Kaki gue loe pegang sebelah," bentak Supri kesal.
Kemudian Fira membantingnya hingga ia terjatuh menimpa Ucup.
"Pak Heru, Mbak Rani, bawa pengunjung keluar!" teriak Fira dengan tegas.
Namun tiba-tiba ia terdiam, ketika salah satu dari mereka di sandera.
"Jangan bergerak! Kalau tidak pisau ini akan mengiris lehernya!" kata Parto mengancam sambil pisau ia taruh di leher seseorang.
"Mamaaa!" teriak Amel kaget.
"Tolong jangan sakiti Mama saya!" pinta Amel memohon.
Dinda dan Amel kebetulan sedang berada di Cafe itu untuk membeli makanan pesanan Saras.
"Oh ini ibumu? Jika ingin selamat serahkan barang kalian!"
Amel bingung ia melihat mamanya ketakutan.
"Cepetaaan!" gertak Parto.
"Ba baik, tunggu sebentar!" Amel mengumpulkan barang yang ia punya. Dia berfikir nyawa mamanya lebih penting.
Fira memperhatikan semua pergerakan mereka, ternyata sang preman lengah, fokusnya hanya tertuju pada Amel. Di situ Fira menarik Dinda dari samping.
"Tendaaang!" titah Fira.
Bugh....
Dinda menendangnya sekuat tenaga hingga membuat preman itu tersungkur jatuh ke lantai dan pisau nya terlepas.
"Bangun loe! Ayo lawan! Loe jual? Gue beli!" Bentak Fira penuh amarah, ia paling tidak suka jika orang lemah menjadi tawanan.
Bukannya kapok, Parto malah berdiri berusaha melawan, dia ingin mengambil pisau dan dengan cepat Fira menendang tangan Parto lalu mengambil pisau itu, kemudian secepat kilat juga ia memelintirkan tangan Parto ke belakang dan mengunci kedua tangan Parto.
"Suprii, Ucup, seraaang!"
Namun tiba-tiba sreettt......
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Hasnawiyah Ansar
ko Bambang thor bukannya Heru ya,wah othornya galfok nich😂
2022-08-24
0
Yani
Bang bang apa Heru thor
2022-06-11
0
Renisa Reni
bambang apa heru
2022-06-10
0