"Ra, kamu yakin akan ke kota J?" Kania bertanya setelah mereka sampai di rumah Syafira. Saat ini mereka sedang membantu Fira melakukan persiapan untuk keperluan dia dan anaknya. Sedangkan Felix berada di belakang, bermain kelinci bersama Doni.
"Iya, Ra. Jangan tinggalin kita napa?" timpal Fitri.
"Gue juga gak mau, tapi gue harus nepatin janji gue ke mereka. Mungkin, ini saat yang tepat bagi gue untuk menepati amanahnya." Fira berucap sambil membereskan beberapa pakaiannya.
"Loe yakin?" Kania kembali bertanya meyakinkan.
"Gue yakin, bahkan tadi gue mendengar, dan melihat bayangan mereka," ucap Fira tanpa menoleh.
"Bayangan apa, Ra?" tanya Kania dan Fitri.
Tiba-tiba Fitri merasa merinding, bulu romanya berdiri tegak.
"Ka Rio, dan ka Mita," jawab Fira menoleh. "Loe kenapa, Fit?" tanya Fira heran saat melihat Fitri memegang tengkuknya.
"Gue takut, apa mereka masih di disini?" kata Fitri meraptkan tubuhnya ke Fira.
"Ada di belakang loe, fyuuhh..." Balas Kania Sambil meniup Fitri dari belakang.
Fitri yang ketakutan terlonjak kaget hingga tangannya tak sengaja mendorong Kania.
Fira tertawa terbahak-bahak melihat temannya jatuh.
"Aduhhh, kenapa loe dorong gue? Sakit tahu!" Kesal Kania, kemudian ia bangun sambil memegang bokongnya.
"Sorry, sorry, abisnya gue kaget. Loe sih! Udah tahu gue takut malah becanda," Fitri mencebik kesal.
"Tante kenapa belicik?" tanya Felix menghampiri mereka, tangan mungilnya menggendong kelinci kesayangannya.
"Eh, Felix sayang. Tadi ada kecoa. Ya, ada kecoa."
"Gak boleh bohong tante, kata Bunda nanti masuk nelaka!" celetuk Felix penuh peringatan.
Fitri dan Kania melongo, Fira hanya tersenyum.
"Loe ajari apa saja tuh bocah? tahu neraka segala!" sergah Kania.
"Tante gak boleh loe, loe, itu tidak sopan tahu! iya 'kan Bunda?" tanya nya pada Fira dan Fira mengangguk mengiakan.
"Ehh.." Kania nyengir tak berkutik.
Fira dan Doni hanya mengulum senyum, mereka tak mau banyak bicara. Semakin banyak bicara Felix akan semakin cerewet.
"Kenapa cih?" tanya Felix kebingungan melihat mereka terdiam. "Olang dewasa membingungkan," cibir Felix.
Yang lain malah tertawa melihat wajah bingung Felix, sangat lucu menurutnya.
****
Kota J
"Bang, ini laporan penjualan kita. Untuk bulan ini banyak barang yang terjual, kita harus memasok kembali mainan-mainan yang sudah habis." Jelas Amel menunjukan buku laporan. tapi, ucapan Amel tak di gubris oleh Rey, dia hanya melamun sesekali tersenyum tipis.
"Bang!" panggilnya, Amel mengernyit, dia melambai-lambai 'kan tangannya, Rey masih tak berkutik.
"Abaaaang!" pekik Amel dengan keras.
"Hei, cewek gila, diam loe!" tanpa sadar fikiran Rey tertuju ke lain tempat.
"Hah! cewek gila? Abang setres ya? ini aku, bukan cewek gila!" tegas Amel menyadarkan.
"Hah! Ehh, iya, ada apa, Mel?" tanya Rey gelagapan.
"Hah heh hah heh.. dari tadi Abang mikirin apa? Aku ngomong panjang kali lebar sama dengan tinggi gak Abang dengerin? Keterlaluan!" cibir Amel kesal.
"Hehehe. Tadi ngomong apa?" tanya Rey nyengir.
"Lah, si Abang! Di tanya malah nyengir, dan balik nanya. Udah gila nih anak!" Amel menggelengkan kepalanya.
"Gak, Abang gak gila, Mel. Tadi hmmm, Abang hanya ingat yang lucu aja, iya, ingat yang lucu." elak Rey mangguk-mangguk.
"Tau ah, nih! Laporannya Abang periksa lagi! Amel mau pulang, bye." Ucap Amel menyodorkan buku laporan kemudian berlalu meninggalkan sang kakak.
Rey terdiam memikirkan apa yang terjadi pada dirinya.
"Udah gila ni gue! Bayangan si cewek gila sering mampir ke fikiran gue. Bener-bener gila, gak waras loe Rey!" cibir Rey pada dirinya sendiri.
"Ehh, ko gue ngatain gue gila? Yang gila 'kan tuh cewe gila!" gumamnya tak percaya. Dia menggelengkan kepala, lalu kembali fokus pada buku laporan yang Amel berikan.
****
Kota M
"Paman, semua pekerjaan di sini aku percayakan sama Paman. Nanti jika ada yang harus ku kerjakan, bisa di kirim lewat email saja." Kata Fira sambil mengecek beberapa laporan tentang Cafe.
"Baik, Paman akan melakukan yang terbaik, dan Paman akan menjaga apa yang di miliki kalian." balas Doni yang juga sedang membantu Fira.
"Aku percaya itu, dan aku juga sudah mempersiapkan segalanya. Jika sudah di sana, kita bisa melakukan meeting lewat online. Aku juga berniat membuka Cafe di kota itu, jika ku sudah menemukan tempat yang strategis mungkin aku akan cepat-cepat membangun cafenya," saut Fira mengutarakan idenya.
"Itu ide yang bagus, kita bisa membuka lowongan pekerjaan bagi orang-orang yang lebih membutuhkan, kita bisa merekrut mereka yang kurang mampu," usul Doni.
"Paman benar, dan mungkin aku akan mengambil sebagian Chef di sini untuk ku pindah tugaskan kesana." Mata dan tangan Fira masih fokus pada laporan-laporan, baik melalui email atau berkas di atas meja. "Akhirnya, beres juga." Fira menyenderkan punggungnya lalu membunyikan jari-jari tangannya.
Setelah semuanya beres Fira dan Doni pulang bersama, kedatangan mereka di sambut oleh Felix.
"Bundaa..." pekik Felix sambil berlari menghampiri kemudian memeluk kaki sang Bunda.
Fira mengangkat Felix lalu memangku nya.
"Sayang, hmmm, udah wangi." Ucap Fira sesekali menciumi wajah Felix.
"Iya dong! aku 'kan udah mandi, udah cegal." jawab Felix yang berada di pangkuan Fira.
"Masa sih kamu udah mandi? Uncle om gak percaya," goda Doni.
"No no no, aku udah mandi! Uncle om yang belum mandi, macih bau iihhh jolok," cebik Felix tak mau kalah.
"Kata siapa? sok tahu ihh," balas Doni.
"Buktinya macih pakai baju tadi pagi," saut Felix kekeh.
"Mandi kok, cuman Uncle om lupa ganti baju," jawab Doni.
"Uncle om bohong, buktinya wajah nya kucam," ujar Felix kekeh pada pendiriannya.
"Ck, anak kecil memang tidak bisa di bohongi," cebik Doni.
"Hahaha Uncle om belum mandi, iiiihh...bauuu..." ledek Felix sambil menutup hidungnya pakai tangan.
Fira ikut tertawa melihat wajah kesal Doni.
"Kalau gini mah, Paman pulang saja," pamit Doni.
"Jangan lupa mandi, ya!" celetuk Felix.
"Iyaaa!" jawab Doni kesal.
Doni pun pulang, dan Fira masuk kedalam rumah.
"Sekarang kita tidur ya, ini udah malam. Besok kita harus ke kota J."
Fira melangkahkan kakinya ke kamar Felix.
"Apa besok kita tidak lagi di sini Bunda?" tanya Felix.
Setelah tiba di dalam kamar Fira mendudukkan Felix di kasur, kemudian Fira berjongkok dan bertumpu pada kedua lututnya.
Dia memegang kedua tangan mungil itu lalu menatapnya.
"Sayang, dengerin Bunda! mungkin mulai besok kita akan berada di tempat yang berbeda, kita akan memulai semuanya di sana. Di sana kita akan tinggal di rumah kecil dan tidak sebagus rumah kita," jelas Fira secara perlahan.
"Kenapa sepelti itu bunda?"
"Begini, bunda hanya ingin kamu menjadi anak yang baik, kita akan memulai dari nol agar Felix mengerti bahwa hidup itu tidak mudah, dan agar kamu menjadi lebih kuat, lebih pintar dan juga lebih menghargai orang yang di bawah kita. kamu mengerti 'kan?"
Felix mengangguk mengerti, Fira memeluk anaknya, dan pelukan Fira di balas oleh Felix. Meski umurnya baru 4 tahun, tapi dia sudah bisa memahami keadaan. Pada dasarnya Felix anak yang cerdas dan penurut.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Rahma Inayah
rey ...teringt trs sama fira mnkny jgn terllu bnci jd ny suka..
2022-08-20
0
Yani
Makanya Rey jangan suka ngatain orang kamu sendiri yang jfi tergila"ama tu cewek
2022-06-11
0
Fay
👍👍
2022-06-09
0