"Silahkan! Mereka ingin bicara padamu nona." Ujar suster mempersilahkan Fira masuk.
Perlahan tapi pasti Fira melangkahkan kakinya untuk masuk, mata Fira berkaca-kaca melihat pemandangan di depannya. Banyak perban dan alat bantu bernafas pada tubuh Rio, sama halnya dengan mama Sofi.
"Fira," ucap Rio pelan saat melihat Fira masuk.
Fira duduk diantara kedua orang tersebut, matanya terpejam mengatur nafasnya sejenak.
"Fi ra, tolong ja jaga anakku u untuk kita, sayangi dia layaknya a anakmu sendiri, pergilah ka kalian ke kota J setelah anakku cukup umur!" ucap Rio dengan nafas tersengal-sengal.
"Tidak! Kalian pasti sembuh." Bibir Fira bergetar saat berucap, suaranya tercekat menahan tangis.
"Berjanjilah!" desak Rio dengan nafas semakin lemah.
"Baiklah, aku berjanji kepada kalian. Aku akan menjaganya sepenuh jiwaku. Aku akan menganggap anak kalian seperti anak kandungku." Dengan tangis sesegukan Fira berjanji di hadapan mereka.
Rio tersenyum, sekarang dia merasa tenang. Matanya perlahan terpejam menyambut uluran tangan, dan senyuman sang istri.
Tit....tiiiiiiiiitttttt...
Deg!
Fira panik, semua yang ada disana panik. Doni segera memanggil dokter. Tapi ucapan dokter kembali membuat Fira terduduk lemas dengan derai air mata semakin deras.
"Mohon maaf, kami tidak bisa menyelamatkannya, pak Rio sudah meninggal dunia," ucap dokter
Mama yang berada di samping Rio terpejam, ia menangis dalam diam, dadanya terasa sakit, mama merasakan sesak nafas. Nafasnya juga tersengal-sengal, Fira menoleh dan dia kembali panik. Dokter yang ada di sana segera melakukan cara agar bisa menyelamatkan nyawanya.
Namun....
Tiiiiiiiiitttttt.....
Monitor kembali bersuara menandakan seseorang telah tiada.
Deg!
Runtuh sudah pertahanan Syafira, dia syok, Fira meningis sesegukan dengan jeritan histeris. Mulutnya terasa kelu, seakan terkunci tak mampu untuk berkata lagi.
****
Pemakaman
Hujan rintik mulai turun membasahi tubuh dan tanah seakan ikut hanyut dalam kesedihan yang Fira rasakan. Seiring derasnya hujan, tangis Fira semakin pecah, dia sesegukan memeluk makam sang Kaka, tak peduli dengan hujan yang terus membasahi tubuh mungilnya.
"Tuhan, apa salahku sehingga kau ambil mereka dariku? mengapa bukan aku saja yang kau ambil, Tuhan?" jerit hati Syafira.
Kehilangan adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidup seseorang, tetapi tuhan selalu mempunyai rencana lain untukmu. Ikhlaskan, mungkin itu yang terbaik untuk hidupmu.
****
Aurelia Syafira, begitulah nama gadis cantik bertubuh mungil dengan bentuk tubuh ideal nan cantik bak putri. Dia baru saja merayakan hari perpisahan di sekolahnya, niat mereka akan berlibur untuk merayakan hari bahagia itu. Namun takdir berkata lain, dia harus kehilangan orang-orang yang ia sayang secara bersamaan.
Paramita nama Kakanya, Rio Nicholas Saputra nama dari suami sang Kaka, dan Sofi Al-Hussein nama mertua dari sang Kaka.
Sedangkan Kania dan Fitri adalah sahabatnya saat mereka SMP.
****
Waktu terus berjalan, tak terasa satu bulan telah berlalu. Semenjak kepergian keluarga, Syafira menjadi lebih banyak diam. Dia masih merasakan kesedihan yang mendalam, Fira masih belum ikhlas menerima takdir yang Tuhan berikan.
"Ra, sampai kapan kamu akan seperti ini? Ini bukan kamu, Syafira yang gue kenal tidak selemah ini," ucap Kania.
Fira tidak menjawab, ia hanya fokus memikirkan sesuatu.
"Benar Ra, kamu harus bangkit! Ingat! masih ada bayi mungil yang membutuhkanmu," timpal Fitri.
"Loe gak akan bunuh diri 'kan, Ra?" celetuk Kania.
Plak
Geplakan tangan mendarat di pundak Kania.
"Awww, sakit Fitriii! kenapa loe mukul gue?" pekik Kania meringis sambil memegang pundaknya.
"Loe yang kenapa? Tuh pikiran dangkal banget sih! Tidak mungkinlah Syafira nekat bunuh diri, ngaco loe!" omel Fitri.
"Fitriani Lestari! Coba loe perhatikan, dari kemarin Fira kayak orang tak tentu arah. Wajahnya kusut kayak baju lecek belom di setrika, dan gue takut dia nekat bunuh diri. Terus, kalau hantunya penasaran lalu gentayangan gimana? 'Kan gue ngeri! dan..."
Geplakan kembali mendarat sebelum Kania menyelesaikan ucapannya. Kali ini geplakan di pundaknya lebih kencang dari sebelumnya.
"Gue bilang sakit Fit ri." ucapannya melemah setelah menengok dan mengetahui siapa yang menggeplaknya kali ini.
"Hehe Syafira, gue kira si Fitri." Kania cengengesan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya menyerupai huruf v.
"Hehe Syafira, gue kira si Fitri," cibir Fira mengulang kembali ucapan Kania.
"Loe sembarang kalau ngomong, ya. Loe pikir gue sebodoh itu apa? dan apa tadi loe bilang? Wajah gue lecek belum di setrika! Wajah loe noh seperti keset yang bertuliskan welcome. Tapi, di injak, kotor," sergah Fira dengan nada kesal.
Hahaha tawa Firti pecah menertawakan Kania sedangkan Kania manyun, dengan kesal ia menendang-nendang meja sofa.
"Jangan ketawa loe, Fit!" ucap Kania tambah kesal.
"Hahaha abisnya apa yang di katakan Fira benar, udah di sambut dengan welcome malah di injak, 'kan sakit!" Fitri masih terpingkal dengan puas, Fira hanya tersenyum menyaksikan tingkah sahabatnya.
Tapi tiba-tiba becandaan mereka terhenti ketika seseorang menelpon Fira.
Fira segera mengangkat panggilan dari Doni, bibirnya tersenyum menandakan ada kabar bahagia yang sedang menunggu.
"Kalian mau ikut gak?" tanya Fira sesudah mematikan panggilannya.
"Kemana?" jawab bareng Fitri dan Kania.
"Ke rumah sakit, kata paman Doni hari ini anakku udah boleh pulang."
"Kita ikut," ucap mereka dengan kompak.
Sesampainya di rumah sakit, Fira dan sahabat segera menghampiri ruangan bayi. Di sana sudah ada Doni yang sedang berbincang dengan dokter.
Mata Fira tertuju pada bayi mungil yang tampan, wajah bayi itu begitu mirip dengan sang ayah, hanya bibir dan matanya saja yang mirip sama sang ibu.
Fira tak bisa membendung air matanya, ia menangis mengingat akan apa yang telah terjadi.
"Kasian, anak sekecil ini harus kehilangan orang tuanya," kata Fira sambil menggendong bayi laki-laki.
Fira segera menghapus air matanya dengan kasar. "Mulai hari ini, mulai detik ini, kamu menjadi anakku, aku akan menjaga dan merawat kamu sepenuh jiwa dan ragaku." Fira berucap dengan tegas penuh keyakinan. Dia berjanji akan menjaga titipan dari kedua kakaknya, dan yang pasti titipan dari Tuhan.
"Apa yang terjadi padamu merupakan sebuah takdir yang Tuhan persiapkan untukmu, jalanilah takdir ini dengan ikhlas. Paman yakin, Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untukmu. Percayalah, tidak ada peristiwa yang kebetulan," kata Doni dengan bijak.
"Paman benar, ini takdirku, ini kisahku, hidupku yang sebenarnya baru akan di mulai," jawab Fira membenarkan perkataan Doni, dia terus menimang bayi itu.
"Hari yang baru, di awal yang baru. Di hari ini aku akan memulai kembali kisahku dengan anakku Felix," lanjut Fira dengan tegas.
"Jadi namanya?" tanya Kania dan Fitri secara bersamaan.
"Felix Nicholas Saputra," jawab Fira.
"Nama yang bagus," kata mereka berbarengan.
"Artinya apa?" tanya Kania.
Fira tersenyum, ia terus memandang wajah bayi yang ada di gendongannya.
"Felix artinya bahagia, beruntung. Harapannya semoga dia selalu bahagia dan beruntung dimanapun berada dan semoga hatinya selalu putih bersih sesuci baru lahir. Kalau nicholas Saputra adalah nama belakang dari ayahnya," jelas Fira dengan tenang sesekali mengecup wajah sang bayi.
Dan merekapun pulang setelah sang dokter mengizinkan bayi itu untuk di bawa pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
kay-kay
semangat💪💪
2022-10-15
0
ᴛᴜɴɢ ᴛᴜɴɢ ᴛᴜɴɢ🎐ᵇᵃˢᵉ
Benar fira...ini adalah permulaan hidup yang baru kamu bersama anak mu felix 👏👏👏
kamu pasti bisa fira....👏👏👏
2022-06-20
1
meii fanin
dlu bca di apl sblah anknya kmbar felix & fiona kok di sni anknya cma stu ya si felix aj
2022-06-14
0