"Maaf tuan, rumahnya sudah pindah lain pemilik di karenakan pemilik yang dulu sudah meninggal tida bulan yang lalu," jawab wanita itu dengan sedikit berbohong.
Deg!...
Jantung Arman menjadi tidak karuan, begitupun dengan Reyhan.
"Ma maksud Anda, Sofi telah meninggal?" tanya Arman memastikan.
"Benar tuan, beliau kecelakaan bersama anak dan menantunya, mereka dinyatakan meninggal." Wanita itu menjelaskan perihal kecelakaan yang di alami secara detail. Tapi dia tidak menceritakan semuanya, hanya sebagian saja.
Pupus sudah harapan indah yang Arman bayangkan, dia terhunyung kebelakang kursi dengan lemas, mata yang tadi memerah menahan haru kini menjadi air mata kesedihan.
Selama ini pria identik dengan kesan keras dan garang. Pria yang menangis menjadi suatu hal yang tidak wajar, bahkan seringkali diartikan sebagai bentuk kelemahan.
Meski demikian, dalam dunia psikologi, pria dan wanita sama-sama memiliki kebutuhan yang seimbang untuk mencurahkan emosinya termasuk dengan cara menangis.
Namun tak bisa dipungkiri jika budaya akhirnya membentuk persepsi tersendiri mengenai pria yang menangis. Hal ini menyebabkan para pria seringkali gengsi untuk menunjukkan air matanya.
Arman meluapkan emosionalnya dengan menangis karena penyesalan.
Wanita itu hanya diam menyaksikan, dia sendiri bingung dengan apa yang terjadi kepada Arman.
"Maaf tuan, jika Anda tidak yakin, Anda bisa menanyakan ke pegawai yang ada di Sunshine Cafe & Resto. Dulu anaknya pernah bekerja di sana dan disana mereka tahu bahwa orang yang di foto itu adalah ibunya," tunjuk dia pada foto yang ada di atas meja.
"Sebelumnya, terima kasih sudah bersedia kami cerca dengan berbagai macam pertanyaan. Mohon maaf karena sudah mengganggu waktu anda." Kali ini Reyhan yang bicara, dia bisa melihat jika Papanya tidak mampu lagi untuk berbicara.
"Kalau gitu saya pamit tuan, permisi!" izinnya, lalu ia bangkit menundukan sedikit kepalanya.
"Silahkan!" Reyhan mengangguk mempersilahkan wanita itu untuk pergi.
Dia terdiam sejenak, dia juga bingung harus berbuat apa. Kemudian terpintas sebuah ide untuk memastikan segalanya.
"Pah, Rey akan mencari tahu semuanya," ucap Rey melihat ke arah sang Papa.
Arman hanya diam dengan pandangan kosong kemudian Rey mengantarkannya kembali ke hotel. Sedangkan Reyhan sendiri mencari tahu tentang apa yang tadi di bilang oleh wanita itu.
Dia mulai mengetikan sesuatu di aplikasi, mencari tahu dimana letak Cafe yang di maksud.
Ternyata membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke sana, dengan tergesa-gesa Reyhan keluar hotel memesan taksi online.
Tidak berselang lama taksi yang ia pesan datang.
"Atas nama Reyhan Al-Hussein?" tanya sopir memastikan.
Rey yang sedang berdiri di dekat jalan depan hotelpun mengiakan, dia langsung masuk.
"Tolong antarkan saya ke alamat ini!" Reyhan menyebutkan alamat Cafenya.
Sopir taksi pun segera meluncur. Satu jam kemudian mereka sampai di depan Sunshine Cafe & Resto.
"Pak, tunggu di sini dulu! Nanti saya bayar setelah saya pulang dari sini," ucap Rey.
"Siap, pak."
Reyhan masuk ke dalam Cafe, dan ternyata suasana di sana sangatlah ramai. Dia celingukan mencari seseorang yang menurutnya bisa di cari informasi sangat akurat.
Matanya menemukan seorang pria dengan sibuk menyuruh ini itu kepada para pekerja. Lalu dia melangkahkan kakinya mendekati pria itu.
"Permisi, bolehkah saya meminta waktunya sebentar?" tanya Rey.
Orang itu mengernyitkan dahinya.
"Iya, silahkan!" jawabnya. "Agar lebih enak, bagaimana ngobrolnya sambil duduk?" lanjutnya bertanya.
"Ah, iya," balas Rey.
Mereka berdua duduk, lalu Rey memulai bertanya.
"Langsung saja pada intinya, saya ingin bertanya mengenai orang ini." Reyhan menyodorkan Foto Sofi ke arah lelaki itu.
Dia membolakan matanya karena terkejut, matanya menelisik Reyhan dengan curiga.
"Siapa kau? Darimana kau mendapatkan foto ini?" tanya dia menatap tajam mata Reyhan.
Rey, yang di tatap seperti itu menjadi ngeri.
"Di dia adiknya Papa saya, kami di sini ingin mencari tahu perihal informasi yang kami dapatkan dari seseorang. Katanya dia pernah bekerja di rumahnya." Jawab Rey berusaha berbicara senormal mungkin.
Orang itu berfikir, kiranya siapa. sedetik kemudian dia mengetahuinya jika itu pasti bi Caca. Hanya bi Caca yang bekerja di rumah Syafira.
Orang itu tak lain dan tidak bukan adalah Doni.
"Lalu hubungannya dengan saya apa?" tanya Doni sambil mengaduk jus jeruk yang ada di hadapan dia.
"Katanya dia ibu dari salah satu pegawai di sini, apa kau tahu sesuatu?" jawab Rey.
Doni yang sedang meminum mendongak menatap Reyhan dengan tatapan misterius.
"Dia memang ibu dari general manager Cafe kita. Tapi, beliau sudah meninggal tiga bulan yang lalu beserta anak dan menantunya. Bahkan kami juga ikut menguburkan jasadnya, dan para pegawai juga ikut melayat." terang Doni dengan tenang.
Terlihat kekecewaan di wajah Rey. Doni terus memperhatikan wajah orang itu.
Rey membuang nafas nya secara kasar, dia yang menunduk mengangkat kepalanya ikut menatap mata Doni memastikan sekali lagi.
"Jadi semuanya benar?"
"Iya, karena saya juga kenal dengan beliau," jawab Doni mantap penuh keseriusan. Doni mengotak-atik handphone nya lalu menunjukan sebuah foto kebersamaan dia dengan Sofi dan juga Rio saat Rio masih SD.
"Ini foto kebersamaan kami," ucap Doni menyodorkan layar hp nya ke arah depan.
Rey memperhatikan gambar yang ada di layar, dia kaget, wajahnya sama persis dengan foto yang ia tunjukan.
"Bolehkah saya minta fotonya?" pinta Rey memohon.
Doni mengangguk mengiakan, dia mengirimkan foto itu lewat bluetooth.
"Huufff.... Terima kasih atas informasinya. Kalau gitu saya pamit dulu." Reyhan berdiri, menyalami Doni kemudian pergi meninggalkan Cafe itu.
Mata Doni terus menatap langkah gontai Reyhan.
****
Setelah beberapa saat, Rey sampai di tempat mereka menginap. Dia kembali dengan wajah kesedihan, matanya menahan tangis, terlihat raut kecewa.
"Apa kamu menemukannya? bagaimana hasilnya? apa benar jika bibimu sudah meninggal?" tanya Arman dengan tidak sabar, dia terus bertanya secara bertubi-tubi.
Rey mengangguk, dia menjelaskan bahwa apa yang dikatakan wanita tadi benar, Sofi adalah ibu dari general manager cafe itu dan mereka meninggal saat kecelakaan bersama anak menantunya.
Rey juga menunjukan foto yang ia dapat dari pria yang tadi bersamanya di cafe.
"Ja jadi bibimu sudah tiada, dia sudah pergi jauh sesuai perkataan yang ia tulis di surat," ucap Arman mengingat setiap kata setiap pena yang Sofi tulis.
Reyhan terdiam, dia ikut merasakan kehilangan, selama satu bulan di sini memang membuahkan hasil. Namun hasilnya tidak seperti harapan mereka.
Kini harapan Arman sudah pupus dengan kenyataan yang di depan mata.
Arman tak mampu berkata-kata lagi, dia meneteskan air mata menangis dalam diam. Harapannya sudah hilang tanpa tersisa, sakit, kecewa, marah, semuanya menjadi satu.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Lina ciello
wehh sopo iki...
2024-09-01
0
Xi yian linlu
jdi rey om'ny felix 👏
2022-06-17
0
Yani
Kota M kota Malang ya thor 🤔🤭
2022-06-11
1