HANYA ALERGI BIASA

1 bulan berlalu dan setiap hari pula Star harus mendapatkan omelan dan jawaban ketus dari atasannya. Ia harus bertahan, begitulah pikir Star. Ia tak ingin terlihat seperti wanita lemah.

Brakkk !!!

Meja Star kembali digebrak dengan sangat keras hingga bolpoin di atas mejanya melompat keluar dari meja karena ketakutan dan langsung bersembunyi di bawah meja.

"Dasar bodoh!! Tidak becus!! Apa sebenarnya yang bisa kamu kerjakan!! Almamatermu pasti sangat malu memiliki lulusan sepertimu," teriakan keras dan memekakkan telinga didengar lagi olehnya hari ini.

"Cepat buatkan aku kopi!" Tubuh Star langsung menegang ketika mendengar kata minuman yang harus disajikan dalam keadaan hangat tersebut.

"T-tapi, Tuan ..."

"Apa kamu juga tidak bisa membuatkanku kopi, hah?!" Star langsung menuju ke pantry khusus yang berada di lantai 5 itu. Pantry di lantai tersebut memang dikhususkan untuk CEO dan para tamunya.

Star masuk ke dalam pantry. Ia mencari OB yang biasa berada di dalam, tapi tak menemukan. Tentu saja karena para OB tersebut sudah diminta oleh Black untuk membantu di pantry lain atas keinginan CEO mereka.

Light sengaja membuat Star yang melakukannya. Ia ingin mengerjai wanita itu dan membuatnya semakin tertekan dari hari ke hari. Tangan Star meraih sebuah cangkir dan meletakkannya di atas sebuah tatakan gelas dengan corak yang sama.

Ia mengambil kotak berisi kopi dan menuangkan beberapa sendok ke dalamnya, kemudian memasukkan sedikit gula. Dilihat dari perawakan dan sikap Light, Star mengambil kesimpulan bahwa pria itu pasti menyukai kopi pahit.

Matanya menoleh ke kiri dan ke kanan, dan menemukan sebuah dispenser di ujung ruangan. Ia mendekat sambil membawa cangkir tersebut. Tangannya sudah sedikit gemetar dan mulai keluar keringat dingin dari dahinya. Ia menekan tombol hingga air panas mengucur masuk ke dalam cangkir dengan uap yang mengepul. Ia langsung mengaduk kopi tersebut perlahan agar tidak ada satupun yang tumpah atau mengenai tangannya. Ia bahkan harys sedikit menahan nafas ketika uap panas mengenai kulit telapak dan punggung tangannya. Ia bisa melihat bahwa kulitnya mulai memerah.

Ia menghentikan adukannya dan mengangkat piring cangkir tersebut ke atas nampan. Star menarik nafas pelan, kemudian mengangkat nampan tersebut. Ia berjalan pelan ke arah ruangan Light. Ia meletakkan nampan tersebut di atas mejanya, kemudian mengetuk pintu. Setelah terdengar suara dari dalam, barulah ia membuka pintu agak lebar, kemudian mengangkat nampan dan masuk ke ruangan atasannya itu.

"Ini kopinya, Tuan," dengan perlahan Star meletakkan cangkir tersebut di atas meja kemudian mengangkat nampan dan hendak keluar.

"Tunggu!" Light mengambil kopi kemudian mencicipinya. Ia langsung menyemburnya.

Pranggg!!!

Light membanting gelas tersebut dekat kaki Star, membuat kaki Star terkena panasnya cipratan air kopi. Star berusaha menahan panas yang kini membuat tubuhnya mulai bereaksi.

"Membuat kopi saja tidak bisa! Sebenarnya apa yang kamu bisa?! Dasar anak manja!!" ucapan ketus dan dengan nada tinggi terdengar sayup sayup di telinga Star, karena kepalanya mulai terasa pusing dan pandangannya kabur.

Dad, Mom ....

Brakk ...

Star langsung jatuh tak sadarkan diri. Light yang melihatnya langsung berjalan mendekat dan melihat keadaan gadis itu. Mata gadis itu sudah terpejam dan nafasnya terasa pendek. Ia juga melihat kaki putih Star yang memerah, begitu pula tangan dan wajahnya.

"Blackk!!" teriak Light dengan keras.

Black langsung masuk ke dalam ruangan dan melihat bahwa Star telah tergeletak dengan kepala yang dipegangi oleh Light.

"Siapkan mobil!" perintah Light. Ia langsung menggendong tubuh Star ala bridal dan membawanya ke lobby. Semua staf melihat ke arahnya, namun Light tak peduli. Ia langsung memasukkan Star ke dalam mobil dan meminta Black untuk membawanya ke rumah sakit.

*****

Light berada di luar ruang ICU, menunggui Star.

Aku belum selesai melakukan pembalasan padamu. Jika kamu mati sekarang, kamu tidak akan merasakan penderitaanku selama ini. - batin Light yang duduk sambil menopang dagu dengan kedua tangannya.

Seorang dokter dengan nametag bertuliskan Jones keluar dari ruang ICU, ia langsung menghampiri Light.

"Kami akan melihat perkembangannya sampai nanti malam, sebaiknya ia menginap terlebih dahulu," ucap Dokter Jones.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Light.

"Menurut pemeriksaan singkat yang kulakukan, ia memiliki alergi terhadap sesuatu. Alergi tersebut yang menyebabkan kulitnya memerah dan sesak nafas. Apa dia makan atau minum sesuatu?"

Light tampak mengingat sesuatu, "Sepertinya dia terkena kopi."

"Ahh mungkin itu. Ia bisa saja alergi terhadap kopi. Kita tidak tahu pasti sebelum menunggunya sadar dan bicara."

"Baik, Dok."

Light masuk ke dalam ruang ICU. Ia melihat Star yang tertidur dengan alat bantu oksigen. Wajahnya juga masih terlihat pucat, hanya kulitnya saja yang tidak semerah tadi.

"Ternyata kamu wanita lemah, sayang sekali. Tapi aku tidak akan menghentikan semuanya hanya karena melihatmu seperti ini, karena aku tidak lemah terhadap wanita. Aku akan menghancurkan siapa saja yang telah membuatku hancur dan terluka, baik itu pria ataupun wanita. Jadi, segeralah bangun agar aku bisa kembali menghancurkanmu," gumam Light. Ia pun segera keluar dari ruang ICU tersebut dan pulang. Ia meminta Black untul mengurus semuanya.

*****

Star mengerjapkan matanya, aroma obat obatan mulai menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya. Bau yang sangat ia kenal karena ia pernah berada di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama.

Ia sangat membenci bau ini, karena itulah ia langsung menekan tombol yang berada di samping brankarnya. Seorang perawat masuk, "Apa aku sudah bisa pulang? Aku tidak apa apa,"

"Sebentar saya panggilkan dokter terlebih dahulu."

Dokter Jones kembali masuk ke dalam ruang rawat yang dikhususkan untuk pasien ICU. Ia meminta Star untuk berbaring karena ia akan memeriksa Star.

"Sudah kukatakan aku tidak apa apa. Izinkan aku untuk pulang," pinta Star.

"Kami akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu pada anda, nona," ucap Dokter Jones.

"Tidak perlu, dok. Saya tidak apa apa. Ini hanya alergi biasa," ucap Star. Ia tak mau dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Ia takut hal ini akan diketahui oleh kedua orang tuanya dan akan mengkhawatirkan mereka. Buruknya lagi, mereka akan langsung memintanya pulang ke Munich.

"Baiklah kalau anda menginginkan seperti itu. Tapi anda harus menandatangani surat pernyataan bahwa jika terjadi sesuatu pada anda, kami sudah tidak bertanggung jawab lagi karena memang anda yang menolak perawatan dan pemeriksaan dari kami."

"Ya, tidak akan ada masalah seperti itu. Cepat berikan suratnya, mana yang harus saya tanda tangani?" dengan cepat Star menyelesaikan semuanya. Untung saja semua biaya rumah sakit sudah dilunasi, hingga ia tak perlu mengeluarkan uang. Namun sekarang ia bingung bagaimana ia harus kembali ke apartemennya karena semua barangnya masih ada di kantor.

Akhirnya ia menyetop taksi dan memintanya mengantar ke XL Corp. Ia akan mengambil tas-nya dan membayarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, seluruh karyawan pasti sudah pulang. Ia harus cepat.

Sampai di XL Corp, ia meminta security untuk membiarkan taksi berada di lobby karena ia akan menggunakannya lagi untuk pulang. Dengan cepat ia naik ke lantai 5 dan meraih tas serta mematikan komputernya yang ternyata masih menyala. Ia pun turun ke bawah dan kembali ke apartemennya menggunakan taksi.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Meliana Siregar

Meliana Siregar

pasien yg br masuk ke RS di periksa di IGD thor bkn lgsg masuk ICU

2024-04-25

0

Al Fatih

Al Fatih

star...,, kuat yaa

2023-04-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!