TURUT BERDUKA CITA

Asap semakin memenuhi rumah kayu tersebut, membuat pandangan Star buram. Light yang berada di dalam ruangan semakin sesak nafas karena pintu ruangannya tak bisa dibuka. Ia pun mulai ambruk. Star berhasil membuka pintu. Untung saja kunci masih tergantung di sana. Ia langsung mencoba berteriak. Ia menarik tubuh Light yang jauh lebih besar darinya namun sangat sulit.

Para orang tua yang berada di ruang tengah tidak melihat kejadian itu, sementara Chloe yang berada dekat dengan rumah kayu langsung mencari seseorang. Ia menarik Axelle dan membawanya ke rumah kayu.

Melihat sebagian rumah kayu sudah terbakar, Axelle langsung masuk, kemudian menggendong Light keluar. Ia merebahkan Light di atas rumput, dan meminta Chloe menjaganya. Axelle kembali masuk ke dalam untuk memeriksa. Ia melihat seorang anak perempuan tergeletak tertimpa kayu yang sedikit terbakar. Ia langsung membulatkan matanya dan mengangkatnya.

Brakkk !!!

Sebuah kayu besar jatuh dan menimpa kepala Axelle, membuat kepalanya langsung terasa sakit. Ia berjalan tertatih agar bisa keluar dari rumah kayu itu sambil menggendong Star yang sudah tak sadarkan diri.

"Dad!" teriakan Azka membuat Axelle tersenyum kemudian seketika pandangannya kabur dan menggelap.

*****

Light mengerjapkan matanya. Aroma obat obatan tercium di inderanya, membuatnya membuka mata. Ia menatap ke sekeliling, tak nampak siapapun. Yang ia ingat hanya ia berada di atas rumput dengan Chloe yang sedang menepuk pipinya.

"Light, kamu sudah bangun? Aku akan memanggil Uncle dan Aunty."

"Chloe," Light berusaha meraih Chloe. Ia ingin bertanya.

"Ada apa sebenarnya? aku ...,"

"Kamu pingsan karena menghirup banyak asap," ucap Chloe.

"Apa kamu yang menolongku?" tanya Light.

"Ya, aku yang menolongmu. Kalau tidak, kamu akan mati di dalam sana. Aku akan memanggilkan Uncle dulu," Chloe pun keluar dari ruangan.

Tak lama, Leon masuk ke dalam seorang diri. Ia juga memanggil seorang dokter untuk memeriksa putranya itu. Setelah dokter selesai dan keluar, Light pun berbicara dengannya.

"Dad, apa aku sudah boleh pulang? Aku ingin bertemu dengan Grandpa. Aku merindukan Grandpa," mendengar ucapan Light, Leon langsung memeluknya. Ia tidak tahu bagaimana ia akan memberitahukan pada putranya itu mengenai kondisi mertuanya.

"Istirahat dulu ya," ucap Leon sambil kembali merebahkan tubuh Light.

"Aku tidak sakit, Dad! Aku ingin bertemu Grandpa. Bukankah hari ini ulang tahunku? Aku ingin memperlihatkan sesuatu untuk Grandpa! Ayolah Dad!"pinta Light.

Ceklekkk ...

Amelie masuk ke dalam ruangan. Sudah tak nampak bulir air mata di pipinya, namun terlihat matanya masih begitu sembab karena terlalu banyak menangis. Leon tahu Amelie sedang menguatkan dirinya sendiri di depan putranya.

"Kamu sudah bangun, sayang," ucap Amelie sambil tersenyum melihat Light.

"Mom, katakan pada Dad, aku ingin bertemu dengan Grandpa. Kejutanku belum selesai, dan lihatlah ini sudah malam," ungkap Light dengan memanyunkan bibirnya.

Mendengar ucapan Light, Amelie rasanya ingin menangis lagi. Kejadian ini sangat mendadak dan membuat suasana yang awalnya bahagia dan penuh canda tawa, menjadi penuh duka dan air mata.

"Nanti ya sayang. Kamu harus istirahat dulu. Apa dokter sudah memeriksamu?" tanya Amelie.

"Sudah Mom. Aku sudah tidak apa apa," ucap Light sekali lagi.

"Baiklah, nanti akan Mom tanyakan pada dokter, kapan kamu boleh pulang," Amelie memaksakan diri untuk tersenyum.

Sebuah tray makanan dibawa masuk oleh seorang perawat. Amelie langsung meminta Light untuk makan terlebih dahulu.

"Mom, aku ingin makan bersama Grandpa. Kenapa Grandpa tidak datang menemaniku di sini?" Light masih saja terus merajuk agar Axelle berada di sampingnya.

Tiba tiba Amelie mengeluarkan air matanya kembali, "Honey, kamu temani Light dulu. Aku mau keluar sebentar menemui dokter."

Amelie segera keluar. Ia menutup pintu, kemudian berdiri membelakanginya. Ia memejamkan matanya dan air mata turun begitu saja tanpa bisa ia tahan lagi.

Dad, aku merindukanmu. Apa yang harus kukatakan pada Light. - Amelie tak kuasa lagi menahan sesak di dadanya.

*****

Ia mengenakan kemeja dan celana berwarna hitam, tatapannya dingin. Semua orang yang melihat keadaan Light merasa aneh. Ia tak menyapa siapapun, kecuali keluarga intinya, dan Grandmanya yakni Vanessa.

Tak ada air mata, tangisan atau wajah yang murung. Ia hanya diam seribu bahasa, namun dari matanya bisa dilihat bahwa tatapannya begitu tajam seperti menyimpan sesuatu.

Kehilangan Axelle secara tiba tiba, membuatnya kehilangan pegangan. Keceriaan, kelembutan, dan cinta yang ia miliki seakan ikut terkubur bersama dengan Axelle. Kini Light yang dulu sudah hilang, Light yang sekarang malah lebih pendiam dari pada Ray, putra kedua Leon dan Amelie.

Setelah acara pemakaman selesai, Leon dan Amelie membawa putra mereka pulang, sementara Azka dan Mia nantinya akan tinggal bersama dengan Vanessa. Azka tak akan membiarkan Mommynya tinggal seorang diri, dan Mia menyetujui hal itu.

"Len, Mel, aku turut berduka cita. Maaf untuk semuanya," ucap David.

"Jangan seperti itu, kamu tidak salah apapun. Bagaimana keadaan Star?" tanya Leon.

"Saat ini Star masih ditangani oleh dokter. Rencananya aku akan membawanya ke Munich untuk mendapatkan perawatan lebih baik di sana."

"Dad! Apa kita akan terus berada di sini?" tiba tiba saja Light mengeluarkan suaranya dengan keras.

"Tunggu sebentar ya sayang. Dad sedang berbicara dengan Uncle David," Amelie memegang bahu kedua putranya.

David menyadari bahwa sedari tadi Light menatap tajam ke arahnya. Ia mengerti perasaan Light yang sangat kehilangan Axelle, karena itu ia tak terlalu mengambil hati.

"Mom, aku tunggu di mobil," Light melepaskan tangan Amelie yang berada di bahunya. Dengan cepat ia berjalan ke arah mobil dan masuk ke dalam.

"Maafkan Light, sepertinya ia masih sangat shock. Kami sungguh berterima kasih karena Star sudah menolong Light," Air mata kembali lolos dari mata Amelie ketika mengingat kejadian itu.

"Kami justru yang sangat berterima kasih karena Tuan Axelle sudah menyelamatkan Star. Aku tidak tahu bagaimana membalas semuanya," ucap David. Sementara Ray hanya terus melihat dan mendengarkan.

Star ... - batinnya di dalam hati. Ia menyimpan nama itu di dalam hatinya.

"Kabari aku bagaimana keadaan Star nanti. Aku harus segera kembali," Leon menepuk bahu David dan berjalan ke arah mobilnya. David bisa melihat tatapan Light yang melihat ke arahnya dengan marah.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

siska widya

siska widya

pa

2023-07-10

0

siska widya

siska widya

p

2023-07-09

0

siska widya

siska widya

lek

2023-07-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!