WAJAH YANG MEMERAH

Suara tertawa dengan terbahak bahak langsung memenuhi ruangan CEO tersebut. Black masih dengan wajah datarnya, sementara Star melihat atasannya itu dengan kebingungan.

"Apa kamu yakin?" tanya Light.

"Yakin," jawab Star.

"Black, ambilkan kontrak kerjanya," Black menuju sebuah lemari di mana terdapat surat kontrak kerja yang dimiliki oleh Star.

"Duduklah di sana dan bacalah kontrak kerjamu dengan teliti. Aku tidak tahu apakah Sandra memberikanmu waktu untuk membacanya atau tidak saat kamu menandatanganinya."

Star meraih kertas yang diberikan oleh asisten Black. Setelah 2 bulan bekerja di sana, baru kali ini ia membaca kontrak kerjanya dengan lebih detail. Ia memang terburu buru saat menandatanganinya karena sangat bersemangat untuk bekerja di XL Corp.

Matanya membulat ketika ia membaca poin poin yang jauh dari bayangannya. Ia diharuskan membayar denda yang besarnya 10 kali gajinya dikali jumlah sisa bulan dalam kontrak kerjanya. Ia juga akan di blacklist dari daftar para pekerja di benua Eropa, yang artinya akan sangat sulit baginya untuk mencari pekerjaan lain.

"Apa apaan ini? Rasanya poin poin ini tidak ada saat aku menandatanganinya," ujar Star.

"Tak ada atau kamu tidak sadar karena terlalu senang diterima belerja di sini? Apa kamu tidak melihat bahwa ada parafmu di setiap lembarnya," Star membuka lembar demi lembar surat kontrak tersebut dan memang benar ada parafnya di sana, yang membuktikan bahwa ia menyetujui isi di dalamnya.

"Ck ...," Star benar benar berdecak kesal. Ia menghela nafasnya dan meletakkan surat kontrak itu di atas mejanya. Ia berpikir, ia masih mampu membayar denda, tapi kalau di blacklist, itu artinya hanya 1 tempat bekerja di benua Eropa yang akan menampungnya, yakni perusahaan Daddynya sendiri.

"Jadi ... apa kamu sudah siap untuk mengundurkan diri? Aku akan menyiapkan semuanya."

Star tampak terus berpikir, membuat Light yang sedang berdiskusi dengan Black pun menjadi kesal menunggunya.

Brakkk!!!

"Ahhh!!! bisakah kamu jangan selalu menggebrak meja? Aku kaget dan kamu bisa menghancurkan meja meja di kantormu, Tuan," Star yang sedang berpikir langsung saja mengeluarkan pendapatnya yang selama ini selalu ia simpan rapat rapat.

Light berdiri dan mulai menghampiri Star. Black yang melihat situasi, langsung berinisiatif keluar dari ruangan. Ia akan menunggu di luar sampai masalah keduanya selesai.

"Jadi kamu sudah mulai berani menjawab dan memerintahku?" Star yang baru menyadari ucapannya langsung menutup mulut dengan kedua tangannya.

"M-maafkan saya, Tuan. Kalau begitu saya tidak jadi mengundurkan diri," Star mengambil surat pengunduran dirinya yang berada di atas meja Light dan memutar tubuhnya untuk keluar dari ruangan. Namun tangan Light menahan pintu tersebut hingga Star tak bisa membukanya.

Star memutar tubuhnya hingga posisi mereka kini berhadapan. Light yang bertubuh tinggi harus sedikit menunduk untuk melihat ke arah Star. Jantungnya tiba tiba saja berdetak dengan cepat saat menatap mata Star dan berada dalam jarak yang sangat dekat dengan gadis itu. Ia tidak pernah mengalami hal seperti ini, bahkan Chloe yang selalu menempelkan tubuh padanya tak pernah membuat jantungnya seperti ini.

Light yang berada dalam jarak dekat dengan Star langsung menempelkan bibirnya ke bibir Star. Sejak melihat wajah Star dari dekat, ia langsung tertarik saat melihat bibir Star yang berwarna pink.

Star merasakan kaget saat Light melakukan itu. Dengan cepat ia langsung mendorong tubuh Light dan membuka pintu untuk keluar dari ruangan. Sementara Light merasakan getaran yang berbeda di dalam tubuhnya. Ia merutuki tindakannya yang tidak sesuai dengan pikirannya. Awalnya ia hanya ingin membuat gadis itu takut, namun mengapa malah dirinya yang untuk sesaat terhanyut dalam pesona gadis itu.

*****

Star bersembunyi di dalam salah satu bilik toilet. Ia menendang pintu, kemudian duduk di salah satu kloset. Kalau saja ia bisa menampar wajah atasannya, sudah pasti ia akan melakukannya.

Star tidak marah karena ciuman pertamanya diambil begitu saja, tapi ia sangat kesal karena ciuman itu, meskipun sesaat, telah membuat tubuhnya memanas. Hal itu tentu saja membuat tubuhnya memerah. Ia membawa obatnya, namun ia meletakkannya di dalam tas.

Bagaimana caraku mengambilnya? - Star.

Star membuka pintu bilik toiletnya. Untung saja toilet di lantai tersebut tidak digunakan oleh divisi lain, jadi ia masih merasa aman, tidak akan ada yang melihatnya. Ia memandang wajahnya di cermin. Wajahnya sudah berubah merah dan membuat wajahnya terlihat sangat buruk.

Ia menyalakan kran air dan mulai membasuh wajahnya berkali kali. Ia berharap dinginnya air bisa setidaknya meredakan warna merah di wajahnya.

Cukup lama Star berada di dalam toilet. Ia menghela nafasnya pelan karena warna merah pada wajahnya tak bisa memudar dengan cepat. Sepertinya ia memang harus segera kembali ke mejanya dan meminum obatnya.

Sementara itu Light langsung mengajak Black untuk berdiskusi di luar kantor. Saat ini ia juga tidak ingin bertemu dengan Star, ia tak mau dicap sebagai pria mesum. Ia juga akan kehilangan imej pria dingin dan tak tersentuh wanita jika sampai kabar ini terlihat atau didengar oleh orang lain.

Star bisa bernafas dengan lega ketika melihat bahwa asisten Black tidak ada di ruangannya. Ia juga mendapatkan pesan di atas mejanya bahwa asisten dan atasannya itu pergi keluar untuk melaksanakan meeting.

Star langsung meraih tas miliknya dan mengambil obatnya. Ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya, meskipun pada awalnya ia ingin melakukan pengunduran diri.

🧡 🧡 🧡

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!