HAWA Sejuk dari semilir angin sore kala itu mulai berhembus dari arah hutan rumah kosong itu menuju rumah kosong tersebut. Pak Alex dan yang lain nya masih menunggu kedatangan Dendi yang sebelum nya ingin bertemu dengan sosok penghuni rumah kosong itu. sudah hampir setengah hari semenjak Dendi pergi itu waktu sebentar lagi siang hari. tetapi kini waktu sudah semakin berlalu dan sore hari menjelang malam pun tiba. Pak Alex yang sudah tak tahan lagi itu segera memaksakan diri untuk masuk, ia takut kenapa-kenapa dengan Dendi yang tak kunjung keluar dari dalam rumah kosong itu.
Pak Saprol sudah pergi ketika siang tadi bersama beberapa anak buah nya. ia ingin melihat para tersangka pembunuhan yang telah menewaskan gadis bernama Yanti itu telah tertangkap dikampung talasari. Pak Alex pun berkata kepada Pak Saprol agar ia segera membicarakan sesuatu kepada keluarga korban tentang sesegera menyempurnakan jasad perempuan yang bernama Yanti Ramadhani yang sudah membusuk itu. Pak Saprol menuruti amanat itu dan kini di depan rumah kosong model belanda itu hanya ada Pak Alex dan Pak Satrio saja. sedangkan Pak Sobarin ia sudah pulang bersama beberapa warga lain nya ketika waktu siang tadi. keadaan Dendi yang mengkhawatirkan itu segera disusul oleh Pak Alex dengan ditemani Pak Satrio dan beberapa pemuda kampung tersebut yang masih ada disitu.
Setelah mereka naik ke lantai dua, mereka menemukan Dendi di dalam salah satu ruangan kamar yang amat berantakan dan kotor. ia terlihat terbaring di ranjang yang sudah lapuk dan reot, karena ranjang tersebut terbuat dari besi yang kopong. Pak Alex dan yang lain nya segera bertindak membangunkan Dendi yang pingsan itu dan segera membawa nya turun untuk dibawa keluar dari rumah kosong itu. Dendi segera dibawa ke rumah nya Pak Satrio untuk segera disadarkan. keadaan Dendi tak ada yang aneh atau terluka di seluruh anggota badan nya. tetapi ada sesuatu yang membuat Pak Alex dan yang lain nya merasa aneh.
Tangan Dendi mengepal dengan kencang nya dan sukar sekali dilepaskan oleh Pak Alex.
"mengapa tangan kanan anak itu mengepal kencang begitu Pak Alex??? sedangkan tangan yang kiri terlihat biasa saja." ujar Pak Satrio penasaran dan Pak Alex menjawab nya sembari melepas tangan Dendi, karena Pak Alex tak sanggup melepas genggaman tangan Dendi. orang yang ada disitu masih bingung dengan apa yang terjadi kepada Dendi yang masih berada dalam posisi pingsan itu.
Sebelum nya ketika Dendi sudah duduk disamping sosok Noni belanda yang bernama Diandra itu, ia berbincang sejenak dengan sosok perempuan cantik tersebut.
"apakah kau ini sosok jin atau siluman??"
"sebenar nya aku adalah sosok arwah yang mati penasaran."
"mengapa begitu? apakah ada alasan nya? oh iya..., aku ingin tahu tentang apa yang terjadi tentang rumah ini beserta penghuni nya pada masa dulu." ujar Dendi semakin penasaran dan membuat sosok Noni cantik itu menunduk sejenak sembari melihat kedua tangan nya yang bertopang di paha nya.
Disalah satu jemari tangan kiri sosok Noni itu, terlihat ada cincin emas bermata berlian terpasang. bentuk mata berlian bening itu berbentuk hati dan sedikit terlihat mengkerilap ketika tersorot sinar matahari senja. kala itu Dendi ikut memperhatikan cincin itu juga dan kemudian sosok Noni itu berkata.
"cincin ini adalah pemberian dari kekasih ku ketika aku masih hidup. kekasih ku itu seorang pribumi dan berwajah tampan hampir mirip seperti mu." Dendi melihat sosok Noni itu melepas cincin yang dikenakan nya, kemudian memberikan nya kepada Dendi seraya berkata.
"genggamlah cincin ini dan kau akan tahu asal-usul ku dari cincin ini." Dendi ragu ketika sosok Noni itu menyodorkan cincin nya kepada Dendi.
"ambilah..., bukankah kau ingin tahu lebih dalam tentang asal-usul ku dan pengisi rumah ini...???" Dendi masih tertegun dan akhir nya ia menerima nya sembari berkata.
"setelah aku menggenggam cincin ini, apa yang akan terjadi selanjut nya???" sosok Noni cantik itu hanya tersenyum manis menyunggingkan lesung pipit nya.
Dendi tak mendapat jawaban dari pertanyaan nya itu dan kemudian ia segera menggenggam cincin berlian tersebut. dalam sekejap saja, pandangan mata Dendi langsung buram dan gelap. seketika itu juga ia pingsan dan sampai ia ditemukan oleh Pak Alex dan Pak Satrio diruangan kamar itu. sedangkan di Alam Bawah Sadar nya Dendi, ia terbangun dari pingsan nya. ia berada di dalam sebuah ruangan kamar yang sebelum nya pernah ia lihat.
"dimana aku? bukankah ini kamar sosok Noni cantik bernama Diandra itu???" tanya hati Dendi ketika ia terbangun dari pingsan nya diranjang kamar itu. kepala nya celingak-celinguk mencari sesuatu dan sembari memanggil-manggil nama 'Noni Dian' secara terus menerus.
Tetapi seruan panggilan nya itu tak mendapat jawaban dari yang ia panggil dan kemudian Dendi mendengar suara lelaki yang marah-marah di luar. Dendi segera beranjak dari ranjang itu dan melihat ke luar jendela kamar tersebut. disana ia melihat orang yang sedang ia panggil itu sedang berada dalam pelukan perempuan setengah tua. wajah nya hampir mirip dengan sosok Noni Diandra itu dan di depan nya ada seorang laki-laki setengah tua sedang memaki-maki seorang lelaki tampan didepan nya.
"sudah ku bilang berkali-kali! jangan pernah kau datang lagi ke rumah ini! apalagi sampai kau menyusup masuk ke dalam kamar anak ku ini!" bentak lelaki setengah tua itu yang sudah diperkirakan oleh Dendi bahwa itu adalah ayah nya Noni Diandra. perempuan yang sedang memeluk Noni Diandra yang menangis pun sudah Dendi perkirakan itu adalah ibu nya Nona Diandra. tetapi, lelaki yang masih dibentak-bentak dengan makian kasar itu belum diketahui oleh Dendi siapa sebenarnya lelaki itu.
Hingga suatu ketika ayah nya Noni Diandra membentak lagi.
"mau sampai kapan pun aku tak akan merestui hubungan kau dan anak ku! kau hanyalah seorang anak petani yang derajat nya paling rendah dimata golongan saudagar seperti ku! enyah kau dari depan ku atau ku bunuh kau dengan pistol ku ini!!" gertakan tersebut membuat Noni Diandra segera memeluk ayah nya yang sedang menodongkan pistol kepada lelaki yang ada didepan nya dari arah belakang. lelaki tampan itu pun sedikit marah dan kesal dengan ucapan ayah nya Noni Diandra, lalu ia berkata.
"baiklah kalau begitu keputusan darimu pak. jangan salahkan diriku jika suatu saat ada bencana yang akan menghancurkan kampung kolonial ini!"
"pergi kau bajingan! bicara sekali lagi ku tembak kau!!" bentakan tersebut membuat lelaki itu segera pergi dan membuat Noni Diandra semakin menangis ketika dibawa masuk ke dalam rumah itu oleh kedua orang tua nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Nur Bahagia
kayak pernah baca cerita serupa ini.. Tp dimana yaa.. lupaa 😅
2024-07-05
0