SORE Hari kini telah menjadi gelap nya malam hari yang penuh dengan misteri. suara jangkrik sesekali terdengar riuh dibelakang rumah Kepala Desa Pahoman yang bernama Pak Satrio itu. Dendi dan pak Alex pada saat itu bersiap-siap untuk pamit pulang kembali ke kota, tetapi sebelum mereka berpamitan untuk pulang, mereka sempat berbincang dahulu mengenai Dendi yang pingsan itu bersama Pak Satrio dan beberapa warga kampung tersebut.
"jadi awal kau pingsan itu gara-gara kau bertemu dengan sosok noni belanda itu waktu di dalam kamar rumah kosong itu Den???" tanya Pak Alex ketika Dendi sudah diberi minum oleh seorang ahli agama dikampung itu.
"iya Pak Alex. aku berani sumpah, aku melihat sosok Noni itu seperti layak nya manusia biasa. ia bisa berjalan menapakan kaki nya dilantai dan bisa aku sentuh juga."
"benarkah nak???" tanya Pak Satrio Sanksi.
"benar Pak, aku tak sengaja menyentuh nya ketika sosok Noni itu memberikan cincin ini kepadaku. alasan ia memberikan cincin ini agar aku bisa melihat
masa lalu gadis belanda itu melalui cincin mahkota iblis ini sebelum ia meninggal dunia." semua yang mendengar ucapan Dendi itu ada yang percaya dan tidak percaya. semua mata para warga itu menatap Dendi dengan penuh perhatian dan tanda tanya dengan seksama.
Lalu Pak Satrio yang masih sanksi itu bertanya lagi kepada Dendi.
"lantas apa guna nya cincin yang masih kau pegang itu nak Dendi? apakah kau tak takut akan adanya kesialan di cincin tersebut jika suatu waktu dapat mencelakakan dirimu". Dendi merenung sejenak dan sesekali memperhatikan cincin yang ia pegang itu, dalam hati nya ia sempat membatin.
"benar juga apa yang dikatakan oleh Pak Satrio ini, tetapi apakah aku harus membuang nya??? padahal Noni cantik itu seakan menaruh harapan kepada ku agar aku dapat membantu kesulitan nya!" pada saat itu Dendi melamun dan Pak Alex lalu menegur nya.
"mengapa kau melamun Den? coba bapak pegang sebentar cincin yang kau pegang itu Den." Dendi tersentak hatinya dan segera memberikan cincin tersebut kepada pak Alex dengan senyum canggung.
Pak Alex yang sudah menerima cincin tersebut segera memperhatikan dengan jeli cincin yang ia pegang itu dan kemudian ia bergumam sembari berkata.
"hmmm.., energi cincin ini sangat kuat sekali. aku yakin pemilik cincin ini bukanlah orang yang sembarangan seperti kita ini." lalu Pak Alex memberikan cincin itu lagi kepada Dendi sembari berkata.
"ada baiknya kau simpan saja dahulu cincin itu Den, seperti nya sosok Noni Belanda itu tertarik kepadamu dan ingin menjadikan nya khodam pendamping mu."
"hah!?" sentak Dendi kaget dan yang lain nya hanya manggut-manggut seakan paham dengan ucapan pak Alex itu, padahal para warga kampung itu adalah orang awam yang tak terlalu paham dengan hal gaib.
"lalu jika begitu Pak Alex, apakah sosok Noni itu akan membuntuti ku kemana pun aku pergi? contoh nya ketika aku sedang berada dikamar mandi?"
"hahahahaha...." sontak suara derai tawa warga kampung itu tertawa mendengar ucapan Dendi yang dianggap mereka lucu itu. Pak Alex hanya tersenyum tipis, begitu juga Pak Satrio.
Dendi celingak-celinguk menatap satu persatu wajah para warga yang menertawainya itu. tatapan tak suka nampak diwajah Dendi dan membuat para warga itu mengendurkan gelak tawa nya dan kemudian suasana menjadi hening kembali. lalu terdengar Pak Satrio berkata,
"maafkan atas ketidaksopanan warga kampung ini nak Dendi." Dendi hanya mengangguk dan tersenyum seakan telah melupakan kejadian tersebut.
"tak apa-apa Pak." kemudian Pak Alex melihat jam tangan nya dan berkata.
"waktu sebentar lagi jam delapan malam, persoalan pembunuhan perempuan yang bernama Yanti Ramadhani itu sudah diurus oleh pihak kepolisian beserta para pelaku tersangka nya. sekarang kita akan pamit lagi untuk pulang ke kota dan saya rasa, Kasus pembunuhan ini seperti nya sudah Terselesaikan Pak Satrio."
"baiklah jikalau Pak Alex memutuskan untuk segera pulang kembali ke kota. terima kasih atas segala nya Pak Alex dan Nak Dendi. kapan-kapan datang lagi ke kampung ini ya, kami senantiasa akan menyambut kedatangan Pak Alex dan Nak Dendi ini."
"terimakasih Pak Satrio." ujar Dendi dan Pak Alex bersamaan.
Kini Dendi dan Pak Alex sudah pulang menuju kota dengan menaiki mobil yang mereka kendarai sebelum nya. diperjalanan menuju pulang Dendi dan Pak Alex berbincang lagi membahas cincin yang kini sudah dipasang oleh Dendi dijari jemari tengah nya.
"sebenar nya siapa nama sosok Noni Belanda itu Den??" tanya Pak Alex yang sedang menyetir mobil nya itu. Dendi yang sejak kepergian nya dari kampung Pahoman itu hanya diam dan bungkam, kini menoleh ke arah Pak Alex dan menjawab pertanyaan nya tadi.
"nama nya Diandra Vandradianiburg."
"nama yang bagus dan cantik, pasti sosok Noni belanda itu berwajah sangat cantik."
"tentu saja Pak. aku pun sempat grogi dan punya rasa tertarik yang berlebihan kepada nya."
"benarkah? berarti sosok itu kelak yang akan menjadi jodohmu Den?"
"ah tak mungkin pak!" tegas Dendi sembari menepiskan tangan nya didepan Pak Alex.
"tapi jika hal itu terjadi, apakah kau akan tetap mengelak nya Den?"
"entahlah Pak. aku masih bingung dengan jawaban dari pertanyaan mu itu Pak."
"hahaha, sudahlah lupakan saja dahulu soal itu Dendi."
"baik Pak." kini Dendi dan Pak Alex menghentikan obrolan nya sampai mereka pulang ke kantor organisasi tempat Dendi bekerja.
Sesampai nya dikantor tersebut, Dendi disambut oleh seorang wanita yang mengagumi Dendi di luar pintu.
"hai Dendi? bagaimana kasus hari ini? apakah sudah terselesaikan seperti biasa nya?"
"ya mudah-mudahan saja terselesaikan." ujar Dendi datar dan ia segera masuk ke dalam kantor dan dibelakang nya ada Pak Alex yang baru saja keluar dari dalam mobil.
"tumben kau belum pulang Tasya?"
"belum Pak. hehe, ngomong-ngomong menurut pihak kepolisian yang menghubungi ke kantor ini. kata nya orang yang terbunuh itu adalah seorang perempuan paling cantik dikampung nya atau biasa di sebut kembang desa dikampung tersebut."
"entahlah Tasya. bisa jadi begitu, soal nya bapak hanya melihat arwah perempuan itu dalam keadaan wajah murung dan sedih. tapi memang terlihat cantik jika sebelum nya masih hidup."
"hmm begitu." ujar Tasya manggut-manggut.
"yasudah bapak mau masuk dulu. malam sebentar lagi larut, kamu mau pulang sama siapa nanti?"
"paling nanti saya ikut sama Dendi saja Pak."
"oh yasudah." ujar Pak Alex dan baru saja mereka berdua mau masuk ke dalam kantor, Dendi saat itu juga baru keluar dari kantor dan mendekati kedua nya sembari berkata.
"kau pulang dengan si Budi saja Tasya. aku ada urusan dahulu."
"Tapi Dendi..." tasya tak jadi meneruskan ucapan nya karena Dendi sudah pergi memakai motor gede nya dan berlalu tanpa berkata-kata lagi.
"dasar cowok sok jual mahal! menyebalkan sekali!" gerutu Tasya dengan wajah jutek nya melihat kepergian Dendi dan membuat Pak Alex terkekeh geli mendengar nya. kini ia masuk mengikuti Pak Alex ke dalam kantor tersebut dan tak lama semua karyawan dikantor tersebut pulang ke rumah mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments