DENDI Masih heran dan bingung dengan keadaan diri nya yang berada di dalam kamar itu. ia membatin dalam hati nya dan berkata.
"apakah ini kisah masa lalu Noni cantik yang bernama Diandra itu? lalu apa hubungan nya dengan cincin yang masih ku genggam ini???" ucapan batin Dendi segera terhenti ketika pintu kamar itu terbuka dan dibanting dengan keras.
Brakk!!
Lalu Noni Diandra yang masuk ke dalam kamar itu segera mengunci kamar nya sembari menangis. dari luar terdengar suara ayah dan ibu nya menyuruh Noni Diandra membuka pintu tersebut.
Tetapi Noni Diandra tetap menghiraukan nya dan ia kini sedang bertelungkup diranjang nya dengan membenamkan wajah nya di bantal nya itu. Dendi mulai tak tega akan apa yang sedang menimpa Noni cantik itu, Dendi lalu berusaha mendekati Noni cantik itu sembari berkata.
"Noni Dian? apakah aku boleh bertanya kepadamu?" tak ada jawaban sekalipun dan Dendi segera duduk disamping Noni cantik itu. tetapi ketika Dendi memegang pundak Noni cantik yang masih menangis pilu itu, tangan Dendi bagai mengenai angin dan tembus ketika ingin memegang pundak Noni cantik itu.
"hah!? mengapa aku tak bisa menyentuh nya? apakah aku sudah mati???" ucap batin Dendi dan ia lalu memegang sekujur tubuh nya dan tak ada yang bisa ia pegang sama sekali.
"edan! apakah aku sedang bermimpi!? tubuh ku tak bisa aku pegang sama sekali!!" ucapan Dendi itu membuat diri nya segera merenungkan apa yang sebenar nya terjadi kepada nya sebelum itu.
Pada saat itu Noni cantik itu bangun dan segera membuka bawah kasur ranjang nya. ia mengambil kotak perhiasan kecil berwarna hitam dan kemudian membuka nya. Dendi melihat apa yang sedang dilakukan Noni Diandra itu dan ia pun melihat cincin berlian yang ia genggam dipegang oleh Noni Diandra sembari berkata.
"mungkin ini satu-satu nya kenangan darimu Rangga. aku tak tahu harus bagaimana lagi untuk meneruskan hubungan kita ini. sebaik nya, lebih baik aku mati saja jika hidupku tak bisa bersama mu selama nya." ucapan bernada datar itu masih diamati oleh Dendi yang sejak tadi sedikit melongo melihat Noni Diandra mengusap-usap mata cincin bermata berlian itu. cincin berlian tersebut dengan ajaib nya menyala dengan berkerilap dan sedikit menyilaukan. lalu Noni Diandra menoreh jemari tengah nya memakai belati yang ada dikamar nya. darah keluar sedikit dan diteteskan ke atas mata berlian itu.
Keanehan pun terjadi, angin mulai berhembus diluar rumah tersebut dengan kencang nya. cincin berlian yang sudah di tetesi darah Noni cantik itu menyala merah terang dan suasana luar rumah makin gelap beserta angin kencang yang menyertai nya. Dendi mulai khawatir dan panik dengan alam yang tiba-tiba murka itu, pada saat itu juga Dendi mendengar Noni cantik itu berkata.
"semua ini kulakukan atas saran mu Rangga. Cincin Mahkota Iblis ini adalah hadiah yang kau berikan untuk ku dan maaf Rangga..., maafkan aku karena telah melanggar larangan mu untuk tidak memakai cincin ini untuk keperluan pribadi ku dan aku harap kau dapat memaklumi nya jika nanti kita bertemu setelah aku menjadi arwah nanti ditempat kita pertama kali bertemu." setelah Noni cantik itu berkata begitu, ia segera memejamkan mata nya dan pada saat itu juga cahaya yang keluar dari cincin tersebut menyelimuti tubuh Noni cantik itu.
"aaarggghhh!!!!!" Noni cantik itu berteriak dengan jeritan penuh kesakitan. Pintu luar kamar itu digedor-gedor lagi dari luar dan suara ayah dan ibu Noni cantik itu memanggil-manggil dari luar dengan suara yang amat panik.
Kemudian agak lama pintu tersebut didobrak dengan keras nya dan berhasil terbuka, suara Noni Cantik itu telah hilang. tetapi ayah dan ibu Noni Diandra sudah telat, Noni Cantik itu sudah menjadi tulang belulang manusia yang masih berpakaian utuh dan terlihat tergeletak diranjang nya. Dendi yang melihat langsung kejadian tersebut pun tertegun dengan mata mendelik karena ia pertama kali ini melihat sesuatu yang mustahil dan mengerikan di depan mata nya. Kedua orang tua Noni cantik itu menangis histeris sembari bersimpuh memegang anak nya yang sudah menjadi tulang belulang manusia itu. bayangan mata Dendi masih terbayang ketika ia melihat sekujur tubuh Noni cantik itu terhisap ke dalam mata cincin berlian itu. tetapi hanya pakaian dan tulang kerangka nya saja yang tak ikut terhisap ke dalam mata cincin sebesar kelereng itu.
Dendi kemudian dikagetkan oleh suara tembakan senjata dari luar rumah itu. badai angin dan gelap cahaya siang hari kala itu masih ada dan membuat suasana semakin menyeramkan. banyak suara jeritan manusia amat ramai di luaran rumah itu dan membuat Dendi segera melongok kembali ke arah jendela. ternyata disana banyak orang-orang yang sedang berperang dengan senjata tajam dan pistol. dikedua belah pihak itu adalah tentara belanda dan para pribumi yang bersenjatakan bambu runcing serta senjata tajam. kedua orang tua Noni Diandra itu menyadari hal itu dan kedua nya segera menutup pintu kamar itu. diluar terdengar suara teriakan seorang lelaki yang menyerukan kata.
"Diandraaaaa...., aku datang untuk merebutmu dari kedua orang tua muuuu...!!" lalu terdengar suara pintu didobrak dari arah bawah rumah itu.
Dendi masih diam dan tak ingin tahu apa yang sedang terjadi dibawah rumah itu. ia hanya mendengar teriakan jerit kematian orang-orang yang ada di luar rumah itu dan dibawah lantai satu rumah itu. tak lama kemudian, pintu kamar itu digedor-gedor lagi dan ayah nya Noni Diandra segera menodongkan pistol nya ke arah pintu sembari berteriak dengan makian.
"apa-apaan kalian ini hah!! kalian ingin memberontak hah!!??"
dooorrrr!!! dooorrr!!!
"arhhggg!...!"
dua tembakan peluru berhasil menembus pintu kamar itu dan menewaskan salah satu orang yang ada di balik pintu tersebut. tetapi pintu terus saja didobrak dan pelatuk pistol berkali-kali ditembakan ke arah daun pintu itu hingga akhir nya pintu berhasil dijebol dan peluru pistol ayah nya Noni Diandra itu habis.
"brengsek kalian!!" bentak ayah nya Noni Cantik itu kepada orang-orang yang baru masuk ke dalam kamar itu. ibu nya Noni Diandra masih menangis memeluk anak nya yang sudah menjadi tulang belulang kerangka manusia itu.
Disalah satu para orang-orang yang baru masuk itu ada lelaki yang Dendi lihat sebelum kejadian tersebut.
"mana Diandra!? aku datang kemari hanya untuk merebut calon istri ku pak tua!!"
"lancang sekalu kau!! berani-berani nya kau menyuruh para warga pribumi ini untuk menjatuhkan kekuasaan ku sebagai kepala desa dikampung ini hah!!"
"sudah selayak nya kau mati kepala desa serakah!!" bentak salah satu warga yang ada di situ dan yang lain nya menimpali.
"kau bersama para antek-antek mu telah merampas hasil bumi kami dari masa nenek moyang kami masih hidup!!"
"betul...!!"
"bunuh saja penguasa laknat ini agar kampung kita bisa aman seperti dulu lagi..!!'
"setuju...!!" ujar semua para warga dengan serentak.
Pada saat itu juga ayah nya Noni cantik dan ibu nya dibunuh dengan keji nya dan mayat nya diseret keluar untuk disatukan bersama mayat-mayat warga kolonial lain nya. kamar yang tadi nya bersih dan wangi itu kini telah berubah menjadi bau anyir darah dan terlihat kotor menjijikan. genangan darah berceceran dimana-mana dan Dendi masih diam terpaku melihat kejadian brutal dan kekerasan itu dihadapan nya. tetapi, lelaki yang dianggap kekasih nya Noni Diandra itu sedang duduk diranjang sembari memeluk kerangka Diandra. ia menangis dan memaki-maki menyalahkan diri nya sendiri sembari meraung.
"mengapa kau senekat ini melakukan hal yang ku larang Diandra..!?? harus nya kita lakukan bersama...!? tetapi mengapa kau..., bagaimana aku mencarimu...,hixhixhix..." tangisan itu masih terdengar memilukan oleh Dendi dan membuat Dendi ikut menitikan air mata nya juga melihat keharuan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments