"Jadi kalian beneran udah jadian? Aksa, buaya banget sih lo. Baru juga kita putus udah jadian sama dia," kata Salma yang melihat kebersamaan Aksara dan Nada.
"Kita nggak..."
"Iya," Aksara memotong perkataan Nada. "Kalau kita udah jadian emang kenapa? Lo cemburu?"
Nada kini membulatkan matanya dan menatap Aksara. Apalagi saat tangan Aksara tiba-tiba merengkuh pundaknya.
"Pasti belum ada sebulan juga udah putus. Dasar buaya!!" Salma membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan mereka berdua.
"Aksa, lepasin tangan lo. Jangan cari kesempatan."
Aksara dengan terpaksa melepas rengkuhannya walau sebenarnya ingin lebih dia eratkan lagi.
"Ngapain lo bilang kalau kita udah jadian?!"
"Biar dia gak minta balikan sama gue lagi," jawab Aksara sambil melanjutkan langkah kakinya.
"Emang lo gak cinta sama pacar lo? Semudah itu ya lo putus terus lupain semuanya. Padahal kan lo udah pernah sampai...." Nada menghentikan perkataannya, sepertinya dia sudah terlalu ikut campur dengan hidup Aksara. "Hmm, bukan urusan gue sih." Nada melangkah cepat mendahuluinya.
"Gue emang petualang, Na." Aksara menyusul langkah Nada. "Gue akui, gue salah menjalin hubungan tanpa rasa cinta. Cinta itu rasanya seperti apa, gue juga gak tahu."
Nada menyunggingkan sebelah bibirnya. "Aneh, gak ada cinta tapi berani kontak fisik."
"Cowok, Na. Itu normal. Bisa melakukannya tanpa adanya rasa cinta."
"Terus yang lo lakuin sama gue kemarin juga cuma karena coba-coba?"
Kalimat Nada memang sudah masuk ke dalam gendang telinganya. Tapi entah mengapa sangat terasa di hatinya. Dari beberapa gadis yang pernah dia sentuh hanya Nada yang mampu menggetarkan dadanya. Membuatnya terus mengingat, sampai tidak bisa tidur. Rupanya Aksara telah terjebak dengan kata-katanya sendiri.
"Gue juga gak tahu tapi yang jelas lo itu beda." Aksara mendahului Nada masuk ke dalam kelas.
Kontak fisik tanpa rasa cinta? Yang benar saja? Nada kini duduk di bangkunya.
...***...
Hari Minggu pagi, Aksara sudah tiba di cafe untuk mempersiapkan acara Reno yang telah menyewa tempat itu untuk pertunangannya.
Sebenarnya Aksara berharap, Nada juga ikut datang membantunya pagi hari itu. Dia ingin menggodanya, dia ingin beradu argumen dengannya. Entahlah, mengapa rasanya dia sudah merindukannya seperti ini.
Tapi sepertinya kedatangan Nada hanya angan-angan belaka. Sampai Aksara selesai mendekor, mempersiapkan kursi tamu, meja prasmanan dan lain sebagainya, Nada tak juga nampak batang hidungnya.
"Gimana? Udah siap semua?" tanya Alvin menghampiri Aksara yang sedang mengecek semua kesiapan.
"Sudah 90% Bos."
"Bagus! Bentar lagi ajak kumpul semuanya. Kita makan-makan dulu."
"Iya Bos."
Aksara menghela napas panjang. Dia kini melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul 12 siang.
Tiga jam lagi acara Pak Reno akan dimulai. Kira-kira Nada datang gak ya?
Ini kan acara Pak Reno, kenapa gue malah bingung mikirin perasaan Nada. Hah, bisa gila gue lama-lama kayak gini.
...***...
Nada menatap dirinya di cermin. Sebenarnya dia ingin datang lebih awal seperti keinginan Aksara. Tapi dia ragu, dia harus menata hatinya terlebih dahulu. Apakah dia memang sudah siap melihat Reno berbahagia dengan yang lain?
Harus siap! Gak boleh jadi pengecut! Gak boleh lari dari kenyataan!
Nada memilih gaun yang akan dia pakai. Kebetulan dress code nya warna putih. Dia kini berganti pakaian lalu segera memoles dirinya.
Ingin dia tidak memakai kaca matanya tapi, "Kan ada Aksara, aku harus tetap jadi Nada Pratiwi." Nada memakai kaca matanya lalu tersenyum manis di cermin. "Cukup tunjukkan senyum itu ya di sana. Jangan ada lagi tangisan."
Acara masih kurang dua jam lagi, Nada sudah berangkat. Dia ingin mengobrol dulu dengan Aksara. Setidaknya sebagai pengalihan rasa sakit hatinya.
Nada sengaja tidak membawa motornya. Dia memesan Grab Car. Setelah mobil pesanannya datang, Nada berpamitan pada Papanya lalu segera keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil.
Hanya sekitar 15 menit, mobil itu sudah berhenti di depan Cafe Ria. Nada turun dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam cafe.
Kelihatannya acara Reno diadakan di taman sebelah cafe. Tentu saja dengan tema outdoor. Karena di dalam cafe masih tetap sama, tidak ada dekorasi sama sekali justru Nada kini melihat semua karyawan cafe termasuk pasangan pemilik cafe itu sedang makan bersama sambil bergurau.
Nada tersenyum. Baru kali ini dia melihat kebersamaan antar karyawan dan pemilik yang terjalin seperti saudara.
Nada hanya berdiri tak jauh dari mereka. Ingin memanggil Aksara tapi gengsi. Ingin mendekat tapi malu.
"Aksa, ada yang nyariin."
Suara Adit berhasil menghentikan Aksara yang sedang makan dengan lahapnya. Dia kini menatap Nada yang sedang berdiri mematung.
"Aksa, suruh gabung juga sini.." kata Alvin menyuruh Aksara.
"Eh, hmmm.."
"Siapa namanya?"
"Nada."
"Nada sini ikut gabung kita," ajak Rili, istri Alvin.
"Iya, terima kasih. Saya menunggu di sini saja." Nada memilih duduk sendiri di tempat yang kosong. Dia tidak enak juga tiba-tiba datang dan langsung bergabung dengan mereka.
Aksara akan berdiri tapi dicegah oleh Rili. "Aksa kamu lanjut makan aja. Biar aku yang nemenin."
"Loh, sayang kamu gak makan dulu?" tanya Alvin pada istrinya karena sedari tadi dia tidak mau makan.
Rili hanya menggelengkan kepalanya. "Nunggu masakannya Mas Adit." beberapa pasang mata kini menoleh pada Adit.
"Ini kan sama aja."
"Beda Mas. Ini kan pakai resepnya Mas Alvin." kata Rili sambil berlalu. Dia membawa sepiring roti dan berjalan mendekati Nada.
Terdengar gelak tawa seiring kepergian Bu Bos yang sedang hamil muda itu.
Nada tersenyum saat Rili duduk di depannya. Lalu dia mengulurkan tangan dan mengajak istri pemilik cafe itu bersalaman. "Selamat ya Bu, atas kehamilannya. Saya Nada teman Aksa."
"Iya, terima kasih. Aksa yang cerita sama kamu?"
Nada melepas tangannya. "Iya, kemarin Aksa sempat ajak saya ke sini lebih awal."
"Kamu pacarnya Aksa ya?"
"Eh, bukan Bu. Saya teman Aksa. Iya, hanya teman."
Rili tersenyum kecil. "Jangan panggil Bu, mungkin umur kita cuma selisih 4 tahun saja."
Nada mengangguk sambil tersenyum. Meskipun istri dari pemilik cafe yang besar, tapi dia sangat ramah.
"Dari tatapannya Aksa, kayaknya dia serius sama kamu. Dia itu cowok yang baik dan pekerja keras. Pasti dia bisa bahagiakan kamu."
Nada hanya tersenyum. Entahlah, yang jelas saat ini Aksara masih memiliki label menyebalkan di hati Nada.
Mereka berdua terlibat obrolan yang hangat. Sampai pemilik cafe itu datang dan duduk di sebelah istrinya dengan sepiring nasi yang ada di tangannya.
"Nada, kalau mau makan langsung ambil ya. Atau minta sama Aksa."
Nada hanya mengangguk dan tersenyum. Ingin dia berdiri dan meninggalkan sepasang suami istri yang sedang mesra itu, tapi dia seolah membatu. Dia hanya bisa sesekali melihat dengan envy saat sang pemilik cafe itu menyuapi istrinya dengan sabar.
"Sssttt, jangan diliatin terus. Kalau mau nih gue suapin." Bisikan di dekat telinganya itu berhasil membuat jantungnya berdegup kencang. Dia kini menoleh dan sudah ada Aksara di dekatnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Siti patma
suka cerita mereka kayak tidak di novel tapi nyata
2024-11-11
0
Ratna Agustian
ini Rili dan Alvin bukan yg di novel sebelah ya ,,,
kangen udah lama novelnya blm lanjut lagi setelah Alvin dan kakak Rili lanjut study diluar negri
2022-04-13
3