"Sssttt, gak gini cara ngilangin sakit hati." Dengan gerak cepat Aksara merengkuh bahu Nada yang bergetar.
Begitulah Aksara yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Tadi dia memang beniat tidak mengikuti Nada tapi hatinya tiba-tiba tergerak untuk segera menyusulnya. Dia justru melihat Nada menangis sesenggukan setelah berbicara sesaat dengan Reno.
Untuk beberapa saat, Nada menangis di pundak Aksara tapi ketika sadar dengan pemilik pundak itu seketika dia menegakkan kepalanya dan mendorong Aksara.
"Lo kenapa selalu cari kesempatan sih!!"
"Loh, yang sempat bersandar barusan siapa?"
"Ih," Nada mengusap air matanya asal dengan punggung tangannya. Nada berdiri tapi lagi-lagi ditahan oleh Aksara. "Lepasin! Gue mau pergi!" Nada menarik tangannya kasar tapi Aksara semakin erat menahannya.
Aksara kini berdiri dan menatap mata sembab Nada. "Gue minta maaf."
Nada tak menjawab dia justru menarik tangannya lagi dengan kasar.
"Nada, gue minta maaf."
Nada semakin keras menarik tangannya hingga membuat langkah Aksara tertarik untuk mengikutinya tapi nahas, kaki Aksara justru tersandung yang membuat tubuhnya limbung ke depan dan menimpa tubuh Nada.
Aksara tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Hanya gerak reflek tangannya yang menahan belakang kepala Nada agar tidak terbentur.
Nada memekik tertahan saat tubuh Aksara kini menindihnya. Meskipun lorong itu memang sepi dan posisi mereka berada di paling pojok, tapi tetap saja ini tidak menguntungkan bagi Nada. Bayangkan, kini dia berbaring di atas lantai dengan tubuh Aksara yang berada di atasnya, siapapun yang melihat pasti akan salah paham dengan posisi ini.
Tidak menguntungkan bagi Nada tapi sangat menguntungkan bagi Aksara. Sinyal-sinyal lain mengirim asupan lebih pada salah satu bagian tubuh Aksara.
"Aksara, lo pikir tubuh lo gak berat. Bangun?! Lo sengaja ngelakuin ini?!"
Suara keras itu membuyarkan pikiran negatif Aksara. "Sorry, gue gak sengaja. Barusan tersandung." Aksara menarik tangannya perlahan dari kepala Nada. Dia kini justru duduk dengan gerak slow motion. Tak juga berpindah dari atas tubuh Nada. Otak gue kenapa tiba-tiba longsor gini. Sumpah, ini posisi udah wenak.
"Aksa, minggir lo!!" Karena kesal Aksara tak juga beranjak dari atasnya, Nada kini duduk yang membuat Aksara justru melenguh kecil.
Gerakan pelan Nada justru semakin membuatnya berdenyut. "Uhmm, Nada jangan gerak-gerak."
"Aksara minggir!!" Nada mendorong tubuh Aksara kesal. Tapi Aksara tetap tidak berkutik.
"Iya, ini gue mau minggir. Yang bawah berat buat pindah."
"Aksa, lo omes banget sih. Minggir!!" Nada bergerak tak karuan yang membuat Aksara semakin tidak bisa mengontrol rasa dalam tubuhnya.
"Nada, diam bentar!" Aksara justru memeluk Nada lalu mengendus dalam leher jenjangnya yang tidak tertutup rambut itu.
"Aksa, lo mau ngapain?" Walau Nada hampir tidak pernah dekat dengan cowok tapi dia tahu sesuatu yang keras yang menyenggol perutnya itu pertanda pikiran Aksara sedang tidak sehat. "Aksa, lepasin!! Lo mau ngapain?! Lo gila!!" Walau sempat merasakan gelenyar aneh diperutnya karena perlakuan Aksara tapi pikiran sehat masih ada di kepala Nada untuk menolak dengan keras agar tidak terbuai.
"Aksara!!! Apa yang kamu lakuin? Aku cariin dari tadi sampai muter-muter ternyata kamu malah buat proyek di sini." Suara itu berhasil membuat Aksara mendongakkan kepalanya yang tadi tenggelam dalam aroma leher Nada.
"Eh, Salma." Seketika otak sehatnya kembali. Dia mengumpat sendiri dalam hatinya. Shits, apa yang udah gue lakuin. Kenapa bisa hanya dekat dengan Nada gue lepas kendali gini.
Aksara menggeser tubuhnya lalu berdiri perlahan, karena jujur saja yang di bawah masih stay on.
"Jadi ini alasan kamu gak mau aku ajak. Kamu udah punya mainan baru. Oke, mulai sekarang kita putus!! Jangan pernah deketin aku lagi!! Dan lo anak baru!! Nanti kalau Aksara udah bosan pasti lo juga akan ditinggalkan!! Dia itu playboy. Hih!!" Salma sengaja menyentakkan tasnya dengan keras pada aset berharga Aksara, kemudian dia melangkah pergi.
"Aww.!!" Aksara meringis kesakitan saat merasakan miliknya yang memang sedang berdenyut-denyut bertambah sakit karena pukulan dari tas milik Salma.
Nada menatap jengah Aksara. "Baru kali ini gue ketemu cowok brengsek kayak lo!!"
"Na, barusan gue gak sengaja."
"Gak sengaja apaan? Lo itu selalu mencari kesempatan."
"Iya, maaf. Kita lanjut adegan selanjutnya aja yuk, nanggung, tapi gak di sini, di dalam kelas aja."
Plak!! Satu tamparan keras akhirnya mendarat di pipi Aksara. "Brengsek lo!!" Nada membalikkan dirinya dan sedikit berlari kecil menjauh dari Aksara.
Aksara memegang pipinya yang memanas karena tamparan Nada. "Ini mulut kenapa gak bisa terkontrol gini sih. Ini lagi yang bawah tumben murahan banget. Biasanya gue bisa nahan, ini kenapa rasanya makin makin gini. Wah, kacau otak gue."
...***...
Nada dengan kesal menaiki sepeda motornya. Dia rasanya semakin tidak ingin melanjutkan kuliahnya di kampus itu. Tujuan utamanya sudah hilang. Ditambah dengan Aksara yang selalu membuatnya kesal bahkan dia sampai berani macam-macam seperti tadi.
Nada melajukan motornya cukup kencang. Dia ingin segera sampai rumah lalu merebahkan dirinya dan menangis dipelukan boneka teddy kesayangannya.
Setelah sampai di depan rumah, Nada segera berjalan cepat masuk ke dalam rumah.
"Nada, kamu kenapa?" tanya Pak Teguh saat melihat putri kesayangannya masuk ke dalam rumah sambil menangis.
"Papa." Seketika Nada memeluk Papanya. "Nada, besok gak mau kuliah di sana lagi. Nada mau keluar negri lagi aja."
"Loh, kenapa sayang. Kemarin kamu sangat semangat buat kuliah. Baru juga beberapa hari."
Nada hanya terdiam.
"Karena Reno."
Nada mengangguk pelan. "Reno udah punya calon tunangan, Pa."
Pak Teguh mengusap lembut rambut Nada. "Ya sudah. Itu tandanya kamu harus merelakannya."
"Iya Pa, tapi hati Nada masih belum bisa rela."
"Tidak apa-apa. Pelan-pelan saja kamu pasti bisa merelakan."
Nada melepas pelukannya. Dia menghapus sisa air matanya. "Tapi Nada tetap gak mau lagi kuliah di kampus itu."
"Kenapa sayang? Tidak baik lari dari kenyataan seperti ini."
"Bukan karena lari dari kenyataan tapi di sana ada cowok nyebelin yang suka ganggu Nada."
Pak Teguh justru tersenyum. Walau Nada sekarang berpenampilan beda, tapi dia masih terlihat sangat menarik. "Siapa? Siapa yang berani ganggu anak Papa yang galak ini?"
"Ih, Papa. Nada serius. Dia ngeselin banget. Pokoknya Nada gak mau kuliah lagi di sana."
"Ya sudah. Kamu pikir-pikir dulu. Tenangkan diri kamu dulu. Jangan sampai kamu memutuskan suatu hal karena emosi. Nanti kamu bisa menyesal dengan keputusan kamu."
Nada menganggukkan kepalanya mengerti. "Nada ke kamar dulu ya, Pa."
"Ya sudah. Setelah ini, cepat makan ya."
"Iya, Pa." Nada berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Setelah masuk di dalam kamar, dia rebahkan dirinya sambil memeluk boneka teddy kesayangannya. Dia menatap nyalang langit-langit yang putih bersih itu. Dia kini memikirkan ajakan Reno tadi.
"Datang gak ya? Oke, biar semuanya clear lebih baik gue datang. Ayo, Nada, lo itu kan cewek tangguh. Gak boleh nangis lagi..." ucap Nada memberi semangat pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
⃝𝖒𝖎𝖘𝖘.𝖓𝖎𝖓𝖆এ⑅⃝ᵃᵘˡᶦᵃⁿ
sultan mah bebas mau lanjut kuliah apa gk..
2022-06-18
2
AuliaNajwa
lnjut seru gaskeuun Author. itu si Askara kocak 🤣🤣🤣
2022-04-03
2