"Aksa, so sweet banget sih mereka." tanpa sadar kedua tangan Nada justru mengenggam tangan Aksara.
Merasakan hangatnya tangan Nada, ada suatu debaran yang berbeda di dadanya.
Kenapa jantung gue tiba-tiba loncat-loncat gini...
Aksara terus menatap Nada yang sedang tersenyum. Pesonanya kini sudah mampu menggetarkan hati Aksara.
"Kalau mau, gue bisa lebih so sweet dari itu."
Perkataan Aksara membuat Nada tersadar akan genggaman tangannya. "Eh, sorry." seketika Nada melepas tangan Aksara dan menolehnya. Mereka saling menatap beberapa saat. "Jangan GR. Itu cuma gerak reflek aja."
"O, sengaja juga gak papa. Gue free sekarang. Gak ada yang memiliki."
"Terus apa hubungannya sama gue!" Tingkah mengesalkan Aksara muncul lagi. Baru juga mereka mengobrol dengan kepala dingin sekarang memanas lagi.
"Siapa tahu lo mau jadi milik gue?"
"Mimpi!! Dasar buaya!!" Nada berdiri, dia akan berjalan tapi Aksara mencegahnya lagi.
"Udah malam, lo pulang sama siapa?"
"Jangan sok care deh. Gue cewek mandiri. Kemana-mana bisa sendiri."
"Kalau ke pelaminan gak bisa sendirian." Aksara tertawa menggoda. Dia memang sangat suka melihat wajah kesal Nada daripada wajah sedihnya seperti tadi.
"Aduh, gue itu gak mempan sama buaya kayak lo. Lepasin tangan lo. Jangan sampai kejadian kayak tadi siang terulang lagi."
"Oke." Aksara melepas tangannya. Hingga membuat seorang Nada bagai lepas dari sangkarnya.
Nada berjalan cepat tapi tingkat kecepatannya justru sia-sia saat kakinya terlilit kabel yang membuatnya terjatuh. Tidak hanya itu, tangannya yang mempunyai gerak reflek untuk melindungi tubuh justru membuat kayu penyangga vas bunga roboh. Ambyar sudah vas bunga itu, seperti rasa malunya saat ini karena sudah berhasil memancing perhatian kedua pasangan pemilik cafe itu.
"Astaga, Nada." Aksara segera membantu Nada berdiri. "Lo sih, udah bener gue pegangin tangannya. Jadi jatuh kan? Lo gak liat ada kabel disitu. Lagian lo barusan itu salah jalan. Harusnya ke kanan, Na."
"Iya, iya, gue gak tahu."
"Ada apa?" mendengar ada keributan, Alvin dan istrinya kini mendekat.
"Eh, bos. Maaf. Itu vas bunganya pecah."
"Aksa, gaji kamu seminggu saja gak cukup buat ganti vas itu."
"Maaf Pak, saya yang memecahkannya. Harganya berapa? Biar saya ganti." kata Nada. Dia berusaha untuk tenang walau sebenarnya dia sangat ketakutan.
Alvin menatap Nada sesaat lalu beralih menatap Aksara. "Cewek baru lagi?"
"Eh, bukan bos. Dia teman kampus. Ya, kalau mau sih coming soon."
Seketika Nada menginjak kaki Aksara. "Apa lo bilang! Buaya banget?!"
"Aduh," Aksara meringis kesakitan. "Kasar banget sih lo!"
"Masih mau lanjut bertengkar kan? Vas nya tidak usah diganti tapi kalian harus bereskan ini semua dan cuci piring di belakang. Jangan pulang kalau belum selesai."
Nada membulatkan matanya. Ini memang kesalahannya tapi dia mampu mengganti vas itu, tidak harus menggantinya dengan cara membantu Aksara bekerja. "Maaf Pak. Saya bisa mengganti vas itu. Tidak perlu ikut bantu kerjaan Aksara."
"Ada kalanya barang tidak perlu diganti dengan uang. Tetap kerjakan atau Aksara besok tidak usah kembali ke cafe."
"Loh, kok gitu bos. Ini kan salah cewek ini."
"Yang ngajak dia ke sini siapa?"
Seketika Aksara terdiam.
"Ya sudah. Nanti kunci cafe kamu bawa aja. Besok pagi sebelum ke kampus kamu kasih ke Adit."
"Iya Bos."
Setelah itu Alvin bersama istrinya berlalu. Kini tinggal mereka berdua. Cafe juga sudah mulai sepi. Mau tidak mau Aksara mengerjakan pekerjaan itu sendiri karena kini Nada justru duduk sambil melamun.
Aksara mengambil kantong sampah dan sapu. Dia membersihkan pecahan vas itu terlebih dahulu. Lalu menyapu kelopak-kelopak bunga yang bertabur. Membereskan dekor sampai menggulung kabel-kabel yang sudah tidak terpakai.
Dia meregangkan ototnya sesaat di samping keyboard piano. Dia menatap kesal pada Nada yang tak ada niat sama sekali membantunya.
Dia masukkan keyboard piano itu ke dalam cafe. Cukup berat juga karena Aksara langsung mengangkatnya dengan penyangganya sekalian.
Cukup lama Aksara berada dalam cafe karena dia mengobrol sesaat dengan Adit yang sudah akan pulang.
Saat kembali, Nada masih saja stay di tempatnya.
Aksara berdengus kesal. Dia kini mengemasi piring-piring kotor yang ada di atas meja. "Gak ada niat bantuin gitu. Memang ratu tega. Nyesel banget ngajak lo ke sini tadi."
"Eh, gue kan udah mau ganti vas itu. Kenapa bos lo gak mau. Malah nyuruh gue kerja bakti. Ogah. Seumur gue gak pernah nyapu sama cuci piring di rumah."
Aksara hanya mencibir. "Iya. Lo memang gak pernah ngerasain hidup susah kayak gue. Mau gak mau ya gue harus tetap kerjain ini semua, hanya biar gue gak dipecat dari sini. Nyari kerja itu susah, apalagi gue masih kuliah." kata Aksara dengan tangan yang sudah membawa setumpuk piring kotor.
Entahlah, tiba-tiba hati Nada mencelos mendengar perkataan Aksara. Dia memang tidak pernah hidup susah. Dia terlahir dari keluarga kaya raya yang menjadikannya layaknya seorang putri raja bahkan berlaku sampai umur dia yang sudah 20 tahun ini.
Aksara kembali, dia melanjutkan mengambil piring-piring kotor lagi. Masih ada beberapa yang tertinggal di meja.
"Sini gue bantu." Nada meraih gelas-gelas kotor itu lalu membawanya sambil mengikuti Aksara masuk ke dalam cafe menuju dapur.
Masih banyak piring kotor yang belum beres. Ada dua kran yang berjajar. Mereka kini bersebelahan dan mulai mencuci piring-piring kotor itu.
"Katanya gak pernah nyuci. Jangan sampai tangan lo kasar gara-gara kena sabun cuci."
Nada hanya melirik Aksara. Sebenarnya dia juga tidak biasa dengan pekerjaan ini. Hanya mencuci gelas saja tiba-tiba gelas itu lepas dari tangannya yang membuat gelas itu pecah. "Yah, gue mecahin lagi." Nada ingin mengambil pecahan gelas itu tapi justru ujung jarinya yang tergores. "Aw.."
"Nada, bisa gak sih lo gak ceroboh gini." Dengan cekatan, Aksara memegang tangan Nada dan mengguyurnya di air mengalir agar bersih dari sabun. Darah itu masih keluar dari jari Nada, seketika Aksara menghisap jari Nada agar darahnya berhenti mengalir.
Ada desiran aneh yang terasa di dada Nada. Dia baru pertama kali ini diperlakukan cowok seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sri Raganti Ols
Benih benih cinta mulai tumbuh ni.....semoga
2022-12-10
0
ohana
maaf sebelumnya ya thor, aq kurang suka dengan kata2 so sweat cukup sering muncul di karyamu, ya soalnya sweat itu kan artinya keringat, so sweet aja jgn so sweat...🙏🤗
2022-08-03
1