Entahlah, mengapa tiba-tiba dada Nada berdebar hebat. Dia merasakan hangatnya tangan Aksara mengendalikan tangannya. Apalagi saat menatap netra Aksara, Nada sungguh telah terbuai dan terlena.
Mereka masih saling menatap, sampai Aksara menyanyikan sebuah lagu yang seolah lagu itu memang untuk Nada.
Mungkin sudah saatnya
'Kan kuakhiri masa kesendirian
Mempersiapkan hati 'tuk melamarmu
Terimalah diriku
Mungkin saat ini ku akan melepas masa lajangku
'Kan kupersunting dirimu
Jadilah pasanganku dan hidup menua bersamaku
Terimalah cintaku
Sesekali Aksara melihat balok hitam putih yang dia tekan lewat jari Nada. Sesekali juga dia menatap gadis yang ada di sampingnya.
Pandangan Nada tak lepas dari Aksara walau sedetik pun. Dia mengandai sendiri, seandainya saja lagu itu memang ditujukan untuknya.
Mungkin sudah saatnya
'Kan kuakhiri masa kesendirian
Mempersiapkan hati 'tuk melamarmu
Terimalah cintaku
Mungkin saat ini ku akan melepas masa lajangku
'Kan kupersunting dirimu
Jadilah pasanganku dan hidup menua bersamaku
Terimalah cintaku
(Melepas Lajang by Arvian Dwi)
Tepuk tangan terdengar keras setelah Aksara menyudahi lagunya.
Nada belum juga berkutik. Dia seolah membatu menatap Aksara.
"Gimana? Diterima?"
Pertanyaan itu membuat Nada tersadar. Dia kini membuang pandangannya. Menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gerogi yang tiba-tiba singgah dan tak mau pergi.
Tangan kanan Aksara kini berpindah ke pinggang Nada. Tangan kirinya mematikan mic agar suaranya tidak terdengar para tamu yang sekarang sedang menikmati hidangan pesta.
"Kalau lo mau, kita bisa memulai hubungan baru."
Nada menggelengkan kepalanya. "Gak ada hubungan tanpa cinta."
"Kalau gue cinta sama lo?"
"Gak mungkin lo bisa cinta secepat itu. Sedangkan lo sendiri tahu gak cinta itu kayak gimana?" Nada kini menoleh Aksara. Pandangan mereka bertemu lagi.
Aksara meletakkan tangan kirinya di pinggang Nada hingga tangannya kini telah melingkari seluruh pinggangnya. "Emang lo tahu?"
"Ya tahulah."
"Kayak gimana?"
"Hmmm," Nada tak juga menjawab. Dia sendiri juga ragu. Apa perasaannya dulu pada Reno bisa dikatakan cinta atau hanya obsesi.
"Ya udah kita cari bersama aja makna cinta itu yang sebenarnya."
"Hmm, tangan lo. Ngapain meluk-meluk gue?" Nada baru tersadar jika tangan Aksara sudah terlalu lama singgah di pinggangnya.
"Oh, tangan. Iya, gak ada perintah tiba-tiba aja main peluk. Biar gue bilangin biar gak nakal lagi singgah tanpa permisi." Aksara melepas pelukannya. Dia menyugar rambutnya sesaat. Baru kali ini dia merasakan getaran-getaran aneh di dadanya.
"Next, when you tell me that you love me, dari Diana Ross. Bisa?"
"Bisa dong."
"Oke. And i will wait you say that to me."
"Ih, cowok dong yang nyatain cinta."
"Yah, kalau gue nyatain ke lo, emang lo percaya?"
Nada hanya terdiam, tapi Aksara justru tersenyum manis. Dia menghidupkan micnya kembali. Mulai bermain intro dan kemudian menyanyikan lagu when you tell me that you love me, dari Diana Ross.
Mereka berduet dengan sangat bagus.
I wanna call the stars down from the sky
I wanna live a day that never dies
I wanna change the world only for you
All the impossible I wanna do
I wanna hold you close under the rain
I wanna kiss your smile and feel the pain
I know what's beautiful looking at you
In a world of lies you are the truth
And baby, everytime you touch me
I become a hero
I'll make you safe, no matter where you are
And bring you everything you ask for
Nothing is above me
I'm shining like a candle in the dark
When you tell me that you love me
Nada tak pernah membayangkan bisa menyanyikan lagu ini bersama Aksara. Lagu yang sangat melegenda dan sarat akan keromantisan tentang cinta. Dia akan menunggu saat itu, saat seseorang mengatakan cinta untuknya. Bukan hanya sekedar cinta sesaat tapi cinta yang akan abadi untuk selamanya.
...***...
Acara selesai saat hari sudah menjelang Maghrib. Aksara mengemasi sebisanya sebelum adzan berkumandang. Sedangkan Nada, dia masih saja setia duduk di tempat. Entahlah, mengapa sekarang dia begitu suka melihat Aksara.
"Na," Aksara berjalan mendekat yang langsung membuat Nada membuang pandangannya. "Udah Maghrib, gue mau sholat dulu." Dia akan melangkahkan kakinya pergi tapi dia urungkan. "Mau ikut? Ada mukena di Musholla cafe."
"Iya." Nada berdiri dan mengikuti langkah Aksara menuju Musholla yang berada di dekat taman. Lumayan besar karena memang itu fasilitas cafe juga. Tidak hanya untuk karyawan tapi juga untuk para pelanggan yang akan menunaikan ibadah sholat.
"Tempat wudhu wanita di sana ya." Aksara menunjuk tempatnya. Setelah itu dia meninggalkan Nada.
Nada segera berjalan menuju tempat wudhu. Dia ambil air wudhu dan mensucikan dirinya. setelah selesai, dia masuk ke dalam Musholla lalu mengambil mukena yang tersusun rapi dan bersih dalam sebuah lemari kecil. Setelah memakai mukenanya, dia menunggu beberapa saat sebelum sholat berjamaah dimulai. Banyak juga yang ikut sholat berjamaah.
Setelah Iqomah dikumandangkan, semua jamaah berdiri.
Saat mendengar Takbiratul Ihram dari Imam Sholat, tiba-tiba dada Nada berdebar hebat. Tidak salah lagi itu suara Aksara. Walau Nada berusaha untuk khusu', entahlah dadanya semakin berdebar tak karuan. Apalagi saat mendengar lantunan surat Al-fatihah dan surat pendek yang sangat merdu itu, seolah mampu mengetuk pintu hatinya.
Selama ini, Aksara berhasil mendapat gelar menyebalkan di hati Nada. Dia baru tahu, ternyata Aksara memiliki sisi religius seperti ini. Tiba-tiba mata Nada terasa memanas. Ada perasaan yang terasa mengharu biru di dadanya.
Sampai Sholat selesai, dia mengusap wajahnya yang basah karena beberapa tetes air mata berhasil lolos. Dia kini menoleh ke sisi kanannya. Ada seorang waitress yang juga ikut Sholat berjamaah bersamanya.
"Hmm, mbak apa Aksara sering jadi imam sholat di sini?"
"Nggak sering lagi sih mbak tapi hamoir tiap hari. Dia itu rajin dan selalu tepat waktu kalau sholat. Mbak pacarnya kan?"
Nada hanya tersenyum sambil membuka mukenanya.
"Beruntung mbak bisa sama Aksara. Ya, walaupun dia terkenal playboy, tapi dia itu baik banget. Kayaknya baru mbak yang diseriusin Aksara. Sayang aku udah nikah mbak. Kalau belum mungkin aku juga bisa naksir sama dia." kata waitress itu sambil melipat mukenanya. "Mbak jangan sampai putus ya. Kalian pasangan yang cocok. Aku permisi dulu."
Setelah kepergian waitress itu, Nada mengembalikan mukena yang telah dia lipat ke dalam lemari. Lalu dia keluar dari Musholla dan menunggu Aksara.
Dadanya kembali berdebar-debar, saat melihat Aksara berjalan ke arahnya sambil tersenyum dengan wajah yang sangat berseri.
"Na?" sampai Aksara mendekat, Nada masih saja terbengong. "Mikirin apa? Pasti lagi mikirin kalau seandainya gue jadi imam rumah tangga kita?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sri Raganti Ols
Dibab ini pling seneng karna ada waktu sholatnya hehe
2022-12-11
0
Bundanya Pandu Pharamadina
suka dengan tingkat kepedean Aksara
❤❤❤❤❤
💏💏💏💏
2022-11-07
1
ohana
mulutnya tp suka bener si aksa
2022-08-03
2