Nada menghela napas panjang saat dia sampai di kelas. Dia hanya berharap, semoga dia tidak bertemu dengan cowok menyebalkan itu lagi.
Dia menebar pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Kelas fakultas musik yang lengkap dengan beberapa alat musik di dalamnya, termasuk piano.
Dia tersenyum menatap sebuah piano berwarna hitam yang berada di ujung kelas. Ingatannya terlempar ke beberapa tahun lalu saat dia baru mengenal Reno. Mungkin saat itu dia memang masih remaja labil. Tapi untuk mengartikan rasa suka, dia jelas sudah mengerti.
Saat itu, dia bermain piano bersama Reno. Permainannya memang tidak semahir sekarang. Lagu pertama yang berhasil dia hafal bersama Reno adalah Forever Love dari Gary Barlow.
Forever love? Hah, apa cinta itu juga ada di hati Reno atau hanya ada di hatinya.
"Ngapain lo ada di sini?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunan indah Nada.
Nada hanya menatap Aksara jengah. Mengapa lagi-lagi dia harus bertemu dengan cowok menyebalkan seperti dia.
"Minggir ini tempat duduk gue!!" Nada yang saat itu sudah duduk di urutan nomor dua ditarik paksa oleh Aksara agar berdiri.
"Bisa gak sih lo gak kasar sama cewek!!"
"Gak kebalik! Lo itu yang cewek kasar!! Apa yang lo lakuin tadi sama gue! Lo hampir aja merusak masa depan gue!!"
Nada tertawa sumbang. "Masa depan? Helloo, masa depan itu gak soal biologis doang."
"Eh, udah-udah. Jangan ribut gini." Radit berusaha melerai mereka berdua. "Tumben lo berantem sama cewek."
"Oke, gue pindah!!" Nada berdiri dengan kesal. Semua tempat sudah penuh kecuali bangku yang berada di depan Aksara. Mau tidak mau akhirnya dia duduk di tempat itu. Emosinya kini berada di ubun-ubun. Mungkin orang yang sekarang berada di belakangnya itu sedang mengoloknya atau mungkin mengejeknya.
Untunglah emosi itu segera surut saat Reno, Dosen yang dinantinya masuk ke dalam kelas.
Dia memulai materi hari itu.
Nada sama sekali tak menyimak materi yang disampaikan oleh Reno. Dia terus menatap setiap gerak tubuh Reno. Sempurna! Ya, dia sangat sempurna di mata Nada.
"Oke, ada yang mau menunjukkan contoh memainkan piano berpasangan atau duet?"
Aksara mengangkat tangannya. Dia dengan percaya diri maju ke depan dan langsung duduk di depan piano.
"Ada yang mau menjadi pasangan Aksa?"
Tidak ada yang unjuk diri.
"Memainkan piano secara berpasangan memang cukup sulit karena kita harus bisa bekerja sama secara bagus dengan pasangan. Harus kompak, ya mungkin seperti mempunyai ikatan hati dengan pasangan. Jadi harus sejalan saat memainkannya. Iya, mungkin kamu mau menjadi pasangan Aksa?"
Reno menunjuk Nada yang sedari tadi hanya menatapnya.
Pasangan Aksara? What the hell?? Aku sih inginnya jadi pasangan kamu..
"Hmm, saya belum pernah memainkan piano secara berpasangan." Jawab Nada yang tentu saja hanya berbohong.
"Tidak apa-apa nanti saya bimbing."
Tidak bisakah Pak Reno saja yang menjadi pasangan duet saya? Tentu itu hanya kata hatinya saja. Kalau sampai itu terucap terlihat sangat murahan bukan?
Nada akhirnya berdiri.
"Siapa nama kamu?" tanya Reno saat Nada sudah duduk di samping Aksara.
"Nada."
Seketika Aksara menolehnya.
"Nada Pratiwi."
Aksara menghela napas sambil tersenyum kecil.
Nada merasa sangat kesal. Bagaimana mungkin dia berada di posisi seperti sekarang ini. Berada di samping pria yang paling menyebalkan dan harus bekerja sama memainkan sebuah lagu lewat dentingan piano.
"When you tell me that you love me. Tahu kan?" kata Aksara sambil menyebutkan salah satu judul lagu westlife.
"Terserah!" jawab Nada ketus.
Aksara mulai menggerakkan jari-jarinya.
Sebenarnya lagu ini sangat mudah dimainkan Nada, tapi dia harus sedikit membuat kesalahan agar dibantu oleh Reno.
"Lo bisa gak sih?" tanya Aksara yang beberapa kali mendengar nada sumbang dari jari-jari Nada.
"Gak bisa, makanya gue belajar!"
"Kenapa kalian malah ribut? Menjadi pasangan dalam bermain piano itu harus kompak. Coba ulangi sekali lagi. Nada seperti ini ya.." Reno menuntun tangan Nada agar bisa mengimbangi permainan Aksara.
Pipi Nada langsung memerah. Setelah bertahun-tahun, akhirnya dia bisa menyentuh tangan itu lagi.
"Bisa?" tanya Reno yang membuyarkan lamunan Nada.
"Iya, bisa Pak."
"Coba kalian ulangi lagi."
Kali ini Aksara menatap tajam Nada yang langsung mendapatkan balasan dari Nada. Tatapan yang tak kalah mematikan.
Mereka mulai memainkan lagi. Menekan setiap balok putih dan hitam itu secara bergantian. Musik mengalun indah, seolah mereka adalah pasangan yang sedang jatuh cinta.
Ada tepuk tangan yang mengiringi ketika permainan mereka telah usai.
"Hanya kebetulan." Kata Aksara sambil mendahului Nada duduk di bangkunya.
Nada hanya tersenyum tipis. Kebetulan? Aksara hanya tidak tahu jika dia adalah Nada yang dia puja-puja.
...***...
Setelah kelas selesai, Nada berjalan menuju tempat parkir. Tak disangka dia justru melihat Reno sedang berjalan bersama seorang gadis. Nada semakin mempercepat langkahnya tapi sayang, mereka berdua telah masuk ke dalam mobil dan mobil itu segera melaju meninggalkan tempat parkir.
Kak Reno sama siapa?
Nada termenung memikirkan Reno. Dia sampai tidak melihat ada sebuah motor yang akan keluar dari tempat parkir.
"Hei, awas!!" teriakan pria pengendara motor itu berhasil membuyarkan lamunan Nada.
Kini lamunan itu berubah menjadi pekikan terkejut karena ada sebuah sepeda motor yang menuju ke arahnya. Walau pemilik sepeda motor itu berhasil menghentikan motornya tapi Nada masih saja terjatuh karena gerak reflek menghindar yang ternyata gagal.
"Heh, lo ngapain berdiri disitu. Ini jalan keluar sepeda motor parkir. Minggir!!" Teriak Aksara tanpa menolong Nada berdiri.
Nada menarik napas panjang lalu mengembuskannya kasar. Dia berdiri sambil mengibaskan celananya agar tidak kotor.
"Dasar cowok gak punya hati."
Aksara tertawa. "Gak punya hati? Nih, pujaan hati gue udah ada di boncengan. Lo kali yang gak punya hati." Setelah itu Aksara berlalu sambil membonceng Salma.
Nada semakin merasa kesal. Sumpah serapah pun dia ucapkan. "Awas ya lo!! Lo bakal nyesel kalau tahu siapa gue sebenarnya?!?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
ohana
songong aksa
2022-08-03
1