Setelah menyerahkan kunci kafe kepada Adit, Aksara mempercepat laju motornya karena dia sudah sangat terlambat memasuki kelas paginya.
Gara-gara semalam gak bisa tidur jadi kesiangan gini. Semoga masih bisa ikut masuk ke kelas Pak Reno.
Aksara segera memarkir motornya lalu mengambil langkah cepat menuju kelasnya. Dengan napas tersenggal dia masuk ke dalam kelas yang sudah dimulai.
"Maaf Pak, saya terlambat." ucap Aksara disela napasnya.
Pak Reno melihat jam di tangannya. Meskipun dia dosen yang sabar, tapi masalah waktu dia sangat disiplin.
"Sudah terlambat 30 menit. Tunggu diluar sampai kelas selesai."
"I-iya Pak." Aksara menggaruk rambutnya sesaat sambil berjalan keluar kelas. Dia kini duduk di depan kelas sambil bersandar. Pikirannya melanglang buana kemana-mana. Sampai kelas telah usai, Aksara masih tetap berdiam di tempat.
"Hei, bro tumben lo telat."
Aksara kini melihat Radit yang telah duduk di sebelahnya. "Iya, habis Sholat Subuh gue ketiduran lagi."
"Kirain mojok sama Nada."
Mendengar nama Nada seketika wajahnya berubah serius. "Nada? Emang dia gak masuk hari ini?"
"Iya, gak masuk."
"Kenapa?"
"Ya, mana gue tahu." Radit bisa menangkap gelagat mencurigakan dari Aksara. "Lo udah apain Nada sampai dia gak masuk?"
"Eh, kok gue? Gue cuma..." Aksara menggantungkan kalimatnya di udara. "Kejadian yang tidak terduga, tapi yang jelas dia sakit hati bukan karena gue."
Radit hanya mencibir. "Awalnya berantem tapi lama-lama kecantol juga."
"Siapa yang kecantol? Gue sih cuma mengambil kesempatan yang ada." Lagi-lagi Aksara teringat kejadian semalam. Otaknya mereka ulang setiap adegan bersama Nada hingga membuat lengkungan di bibir Aksara kembali tercetak.
"Jangan bilang lo jatuh cinta beneran sama Nada?"
"Ngaco!!"
"Gawat sih kalau player jatuh cinta beneran."
Aksara hanya berdengus kasar. Dia sebenarnya juga kepikiran dengan Nada. Dia tidak masuk kuliah, apa karena Reno atau dirinya? Atau mungkin karena dua-duanya. Apa iya Nada marah karena kejadian semalam?
Yah, hati Aksara menjadi resah dan gelisah lagi.
"Lo mikirin apa sih sampai segitunya? Mikirin cara mutusin Salma lalu jadian sama Nada?"
"Gue udah putus sama Salma kemarin gara-gara dia lihat gue sama Nada lagi..." Aksara menghentikan perkataannya. Jika dilanjutkan bisa-bisa Radit salah paham dengannya.
"Lagi ngapain? Wah, wah, gawat!!"
"Otak lo jangan piktor." Aksara kini berdiri tapi saat akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba Salma datang dan menahan langkahnya.
"Aksa, maaf ya, aku kemarin gak bermaksud buat mutusin kamu."
Aksara mengangkat sebelah alisnya. Bagi dia hal ini sudah biasa, diputuskan seorang gadis lalu meminta maaf dan mengajak balikan. Tapi Aksara bukan pria yang memberi kesempatan kedua untuk menerima kembali seorang mantan apalagi dari pihak yang memutuskan.
"Sorry, kita udah putus gak akan bisa kembali lagi." Aksara menyingkirkan tangan Salma dari tangannya.
"Kamu suka sama Nada? Aksa, aku kurang apa sih? Aku bisa kasih apa yang kamu mau, gak harus sama Nada."
Aksara tersenyum miring. Jelas bedalah. Sesuatu yang didapatkan dengan cara berjuang itu lebih nikmat. Eh, lebih indah maksudnya.
"Lo sama Nada itu beda. Jelas beda." Aksara berlalu meninggalkan Salma yang semakin uring-uringan.
Jomblo ajalah dulu, masih malas berpetualang selain sama Nada. Aduh, otak gue kenapa mikirin Nada terus sih!
"Aksa." panggilan seseorang berhasil menghentikan langkah Aksara. "Bisa berbicara sebentar?" tanya Reno.
Aksara sedikit was-was. Apa karena Aksara tidak mengikuti kelas Reno hari ini jadi dia akan mendapatkan masalah? Jangan sampai beasiswanya dicabut. "Iya Pak."
"Ikut ke ruangan saya ya.." Reno berjalan di depan Aksara. Kemudian mereka masuk ke dalam ruangan yang hanya ada mereka berdua.
"Maaf Pak. Saya hari ini benar-benar tidak sengaja datang terlambat. Saya janji, ini untuk pertama dan terakhir kalinya." Meskipun Aksara terkenal dengan cowok bad boy karena sifat playernya itu tapi soal pendidikan dia sangat rajin dan taat peraturan.
"Iya, saya masih bisa maklum. Ini pertama kalinya kami datang terlambat. Saya ajak kamu berbicara bukan membahas soal ini tapi soal Nada."
"Nada?" Aksara menyugar rambutnya sesaat. Lagi-lagi ini soal Nada. Sejak pertama bertemu Nada hidupnya benar-benar tidak bisa lepas dari Nada.
"Saya pernah lihat beberapa kali kamu dekat dengan Nada."
"Iya Pak."
"Saya tahu ini masalah pribadi, tapi saya harap kamu tidak mempermainkan perasaan Nada, cukup hanya saya yang sudah menyakiti dia."
Aksara menautkan alisnya. Dia bingung harus menjawab apa?
"Pasti kamu sudah tahu sedikit cerita dari Nada tentang saya. Saya harap kamu mengerti maksud saya. Nada itu gadis yang sangat baik. Dia sangat bersemangat dalam melakukan segala hal. Pasti kamu akan menjadi pasangan yang cocok dengan Nada, mengingat semangat kamu yang juga sangat luar biasa. Kalian bisa saling melengkapi satu sama lain."
Aksara hanya menggaruk lehernya. Dia tidak tahu lagi harus bicara apa. Pesan Reno sangat serius untuknya, padahal awalnya dia hanya main-main dengan Nada. Rasa bersalah kini kembali singgah. Memangnya seorang Aksara bisa serius dengan satu gadis?
"Saya bingung mau bicara apa sama Pak Reno. Saya dengan Nada tidak ada hubungan apa-apa. Kita baru saja saling mengenal bahkan hubungan kita itu tidak baik, tidak mungkin kita menjadi pasangan."
Reno justru tersenyum simpul. "Awal permulaan yang bagus. Kesan pertama tidak harus baik, karena yang baik justru akan berakhir buruk seperti saya dan Nada."
Pakar cinta itu kini semakin tidak mengerti dengan perkataan dosen muda yang kini duduk di hadapannya. Kesan pertama? Kesan pertama yang didapat sudah buruk, bisakah berakhir dengan indah. Apa mungkin maksudnya sama dengan benci jadi cinta?
"Saya tahu kamu lelaki yang baik, walupun terkenal player. Cuma itu pesan saya, kalau memang ingin mendekati Nada jangan sakiti dia."
Aksara hanya menganggukkan kepalanya. Meskipun ragu.
"Sebulan lagi akan ada kompetisi piano antar kota. Kamu harus ikut. Kalau kamu lolos, kamu bisa langsung ikut kompetisi antar provinsi kalau kamu bisa lolos lagi, kamu bisa mewakili Indonesia di ajang Kompetisi Internasional yang diadakan di Jepang. Setelah itu langkah kamu untuk ikut Grammy Award cukup mudah. Kamu persiapkan diri kamu ya. Saya yakin kamu bisa." satu tepukan di bahu Aksara mengakhiri obrolan mereka.
"Baik Pak. Saya akan berusaha. Apa ada lagi, Pak?"
"Tidak ada. Kamu boleh keluar."
"Baik, Pak. Terima kasih."
Aksara keluar dari ruangan lalu dia berjalan dan semakin memikirkan Nada.
Dia ngapain sekarang ya? Apa dia masih marah sama gue? Itu Pak Reno ngapain coba titip pesan keramat kayak gitu. Buat gue semakin bersalah aja.
Aksara rasanya tidak berminat lagi berlama-lama di kampus. Dia kini berjalan menuju tempat parkir, dia berniat pergi ke rumah seseorang yang telah berhasil menyita pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
ohana
samperin drpd penasaran
2022-08-03
0
AuliaNajwa
Mohon maaf lahir dan batin Author 🙏🙏🙏 baru mulai Baca lgi .. sepi amat nih
2022-05-03
2