Aksara tersenyum miring sambil menatap Nada. "Pasti karena ciuman lo udah kembali lewat gelas itu, iya kan?" Aksara melangkahkan kakinya pergi ketika Nada meloading beberapa saat.
Darimana Aksa tahu???
"Aksa, lo sok tahu deh." Nada menyusul langkah Aksara.
Aksara hanya tersenyum penuh arti. Sebenarnya kemarin dia tidak langsung pulang. Dia masih mengintai Nada di dekat gerbang rumahnya.
"Gue lihat sendiri, lo minum gelas bekas gue."
"Bukannya lo udah pulang."
"Belum."
"Terus ngapain lo? Ngintipin gue?"
"Iya."
"Ih, Aksa. Udahlah." Nada memutar langkahnya. Dia tidak mau lagi mengikuti Aksara.
Tapi Aksara justru ikut memutar langkahnya. "Baru juga adem, udah marah lagi. Soal kecil aja kenapa harus pakai otot." Aksara menarik tangan Nada agar berhenti berjalan. "Udah ya, gue capek berantem terus sama lo hanya karena hal-hal yang gak penting. Kita baikan aja." Aksara mengangkat jari kelingkingnya.
"Tapi jangan ngeselin dong."
"Udah sifat kali. Tapi nyatanya banyak tuh cewek yang antri sama gue. Lo aja yang belum kenal lama sama gue jadi belum merasa nyaman."
Nada hanya terdiam.
"Oke, ya udah kalau gak mau." Aksara akan menurunkan tangannya tapi dengan cepat Nada melingkarkan jari kelingkingnya pada jari Aksara.
"Iya, iya, kita baikan."
Senyum Aksara seketika mengembang. "Kalau sekalian jadian gimana?"
"Aksa!!" Nada menarik tangannya sampai terlepas dari Aksara.
"Menggemaskan." Aksara sedikit mencubit pipi Nada yang membuat rona merah di pipinya.
Nada menepis tangan Aksara. "Jangan cubit-cubit."
"Ke kantin yuk. Gue traktir bakso. Sambil nunggu kelas siang mulai," ajak Aksara sambil menaik-turunkan alis tebalnya menggoda Nada.
"Hmm, sok kaya." Nada justru mencibir.
"Serius ini."
Akhirnya Nada mengiyakan ajakan Aksara. Mereka kini berjalan menuju kantin dan masih tetap beradu argumen sesaat. Tapi kali ini diiringi dengan sedikit tawa renyah.
Beberapa mahasiswa lain menatap mereka berdua. Hal yang sudah biasa melihat Aksara berganti pasangan di hampir tiap bulan tapi kali ini ada yang berbeda.
Melihat penampilan Nada yang memakai kacamata dan rambut dikuncir, jelas bukan tipe Aksara. Tapi mengapa mereka jalan bareng. Apa cinta sudah membutakan Aksara atau Aksara hanya coba-coba tipe baru saja.
Mereka memesan bakso, setelah bakso siap dan berada di tangan mereka masing-masing, Aksara dan Nada duduk berdampingan.
Nada mengambil kecap lalu sedikit sambal, hanya dua komponen itu yang dibubuhkan pada kuah baksonya.
"Na, kok sama sih. Gue juga gak suka saus," kata Aksara yang melakukan hal sama dengan Nada.
"Ah, lo sukanya niru gue doang."
"Idih, jangan-jangan isi hati kita sama lagi."
"Emang lo tahu isi hati gue?" tanya Nada sambil meniup bakso yang ada di sendoknya sebelum masuk ke mulut.
"Tahulah, pasti lo sedang mikirin gue."
"Ampun buaya, rayuannya gak mempan sama gue."
Aksara hanya tertawa, lalu dia mulai memakan baksonya. Sesekali Aksara masih tersenyum, baru kali ini dia dekat dengan gadis tanpa rasa jaim sedikit pun. Benar-benar mengalir apa adanya.
"Ngapain lo senyum-senyum gitu, sedang ngerencanain sesuatu ya lo."
"Nggak. Cuma lo cewek yang pikirannya piktor terus sama gue. Asal lo tahu ya, gue itu cowok baik-baik. Lo tenang aja, sekali lo merasa nyaman sama gue, lo pasti bakal sulit pindah ke lain hati."
"Uhuk, keselek gue."
"Mau minum bekas gue lagi?" Aksara memberikan botol minumannya yang memang sudah dia minum barusan.
"Ogah!" Nada mengambil air mineral sendiri dan meminumnya sampai habis setengahnya. Setelah itu dia kembali menghabiskan baksonya.
"Hmm, Aksa, kenapa sih nama lo Aksara? Tapi lo masuk fakultas musik. Harusnya nama lo itu cocoknya masuk di fakultas sastra. Aksara itu kan sistem penulisan yang berarti kumpulan huruf-huruf untuk membentuk sebuah kata."
Aksara menelan bakso terakhir di mulutnya lalu dia kini menatap gadis yang sangat pandai berbicara itu.
"Aneh ya? Iya, sama. Gue juga bingung. Tapi kalau nama gue Nada nanti sama kayak lo dong."
Satu cubitan kini mendarat di pinggang Aksara. "Ih, Aksara. Dasar!!"
Aksara tersenyum, sebenarnya alasan utama dia diberi nama Aksara agar dia selalu ingat pesan Ayahnya, bahwa dia tidak boleh berkutat di dunia musik. Meskipun itu jelas telah Aksara langgar.
"Lo tahu, lagu-lagu indah itu terdiri dari dua komponen, Aksara dan Nada. Jadi kedua hal itu harus bersatu dan saling melengkapi."
Nada mencebikkan bibirnya. Benar-benar khas omongan seorang buaya.
"Hah, kalau Aksara dan Nada bersatu nanti nama anaknya siapa ya?" Aksara mulai berangan-angan sendiri. Ada ya, lelaki seperti Aksara.
"Taulah. Bingung sama omongan lo. Gak nyambung ke otak gue."
Aksara masih saja melanjutkan angan-angannya. "Melodi kayaknya cocok ya kalau cewek."
"Hadeh... Cowok halu." Nada berdiri. "Makasih traktirannya, gue mau ke kelas dulu."
"Eh, Nada tunggu. Kelas kita kan sama. Jalan berdua itu lebih indah."
Nada hanya terdiam dan membiarkan Aksara jalan di sampingnya.
"Lo besok jadi datang ke acaranya Pak Reno?"
Nada hanya mengangguk pelan.
"Lo datang sendiri ya. Soalnya yang ngurusi acaranya Pak Reno itu gue."
Nada terdiam. Raut wajah Nada sudah berubah lagi. Sedikit mendung dan sendu.
"Udah gak usah sedih gitu. Lo mau bantu gue buat nyiapin acaranya Pak Reno?"
"Bantu? Tapi gak gratis."
"Iya, iya besok gue bayar. Kalau mau lo besok datang pagi-pagi ya ke cafe."
"Aksa, gue cuma bercanda. Gue juga gak bisa apa-apa. Nanti gue malah ngerepotin lo."
Mereka masih asyik mengobrol sambil berjalan menuju kelas.
"Gak papa. Lo cukup duduk aja liatin gue kerja. Sekalian besok itu ada acara syukuran kecil-kecilan dari bos."
"Syukuran apa?"
"Bos bucin berhasil nyetak anak."
Seketika Nada menghentikan langkah kakinya. "Maksudnya istrinya hamil? Astaga Aksara, kata-kata lo gak sopan banget. Nyetak? emang lo pikir kayak nyetak kue."
Aksara tertawa dengan keras. "Emang lo udah tahu cara buat anak?" Aksara menatap Nada tepat di kedua bola matanya.
Ada sedikit getaran di dada Nada. Hanya gelengan kepala yang bisa dia lakukan.
"Nanti kita praktekin ya tapi kalau udah nikah." goda Aksara yang membuat pipi Nada kembali memerah.
Ingin Nada melontarkan kata-kata sengit tapi bibirnya terkunci. Dia terhipnotis oleh tatapan teduh Aksara.
"Jadi kalian beneran udah jadian? Aksa, buaya banget sih lo. Baru juga kita putus udah jadian sama dia," kata Salma yang melihat kebersamaan Aksara dan Nada yang terlihat sangat mesra.
"Kita nggak..."
"Iya," Aksara memotong perkataan Nada. "Kalau kita udah jadian emang kenapa? Lo cemburu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sri Raganti Ols
Bibir ku juga terkunci g bisa komen apa apa,karna saking asiknya bca ni
2022-12-10
1
Bundanya Pandu Pharamadina
mungkinkah Bapak Nada sama Bapak Aksara dulu temenan
🤔🤔🤔🤔
2022-11-06
1
ohana
salma jgn rese yaaaa
2022-08-03
0