Menjelang sore hari Guo Yun akhirnya tersadar dari pingsannya.
Dengan perasaan sedih dan hati hancur, hanya ada airmata yang masih setia menemaninya.
Guo Yun memilih menggunakan kedua tangannya, untuk menggali sebuah lubang yang cukup besar, sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi ayah tercinta nya.
Dengan hati hati Guo Yun, lalu membaringkan tubuh ayahnya kedalam lubang yang di buatnya.
Karena terganjal oleh gagang pedang di punggung ayahnya, Guo Yun terpaksa mencabut pedang tersebut dari tubuh ayahnya.
Agar ayahnya bisa berbaring dengan baik dan beristirahat dengan tenang.
Setelah pedang itu tercabut, Guo Yun melihat di gagang pedang ada tulisan Cing Yen (Walet Emas)
Guo Yun pun mengingatnya, dia yakin pemilik pedang, yang berjuluk Walet emas ini, pasti memiliki hubungan dengan kematian ayahnya..
Guo Yun bertekad, dia pasti akan mencari dan menemukan musuh yang telah mencelakai ayahnya.
"Ayah maafkan Guo Yun, sebelum Guo Yun berhasil membalaskan dendam ayah, hati Guo Yun tidak akan pernah bisa tenang.."
ucap Guo Yun penuh tekad.
Guo Yun dengan hati hati mulai memakamkan ayahnya.
Makam Fan Li di buat tepat di sebelah makam Jiyu, ibu kandung Guo Yun.
Guo Yun tidak membuat nisan baru untuk ayahnya, dia hanya menggunakan nisan Ibunya, untuk di tambahkan nama ayahnya,
Sehingga Nama Fan Li dan Jiyu dibuat berdampingan di sana, semasa hidup tidak bisa bersama.
Setidaknya setelah meninggal, mereka bisa berdampingan bersama selama nya.
Setelah memakamkan ayahnya, Guo Yun pergi membersihkan diri, setelah berganti pakaian, dia baru masuk kedalam kamar ayahnya.
Mengeluarkan sebuah kotak kayu yang tersimpan rapi di bawah tempat tidur ayahnya.
Guo Yun mengeluarkan kotak kayu itu dan mulai membaca satu persatu surat peninggalan Fan Li untuk nya.
Di dalam surat itu, Fan Li menjelaskan semuanya perihal jati diri Guo Yun, perihal ayah kandungnya, perihal ibunya,.serta perihal hubungan Fan Li dengan ibunya.
Setelah membaca semua penjelasan Fan Li, Guo Yun pun menjadi mengerti.
Dia menjadi semakin kagum dengan cinta tulus ayah angkatnya Fan Li, baik terhadap ibunya, maupun terhadap dirinya.
Sebaliknya Guo Yun menjadi sangat kecewa, saat mengetahui Fan Li ternyata bukan ayah biologisnya.
Ayah biologisnya justru, ternyata adalah Guo Jian, seorang manusia rendah Budi, tidak tahu diri, berjiwa rendah, dan sangat tidak bertanggungjawab.
Secara otomatis Guo Yun menjadi sangat membenci dan sangat kecewa memiliki seorang ayah seperti Guo Jian.
"Ayah,..meski kamu cuma ayah angkat ku, di hati ku, kamu selamanya tetap adalah ayah yang terbaik, ayah satu satunya bagi ku .'
"Mulai hari ini, Guo Yun bersumpah, Yun er cuma punya seorang ayah di dunia ini, dan ayah Yun er bernama Fan Li.
Kelak seluruh dunia akan mengenal ku sebagai putranya Fan Li.."
"Meski aku tidak bisa menggunakan marga Fan milik ayah, karena nama ini pemberian ibu ku.."
"Aku yakin ayah juga pasti akan tidak setuju, aku melanggar pesan wanita yang paling ayah cintai dan sayangi di dunia ini.."
"Aku selamanya tidak akan pernah lupa nama ayah ku adalah Fan Li, bukan si bajingan Guo Jian.
ucap Guo Yun bergumam penuh tekad.
Malam itu Guo Yun tidur di kamar ayahnya, dia gunakan waktu itu untuk mengenang semua kebersamaannya dengan ayahnya selama ini.
Bagaimana ayahnya mengajarinya berbicara, mengajarinya membaca menulis berlatih ilmu silat.
Semua suka duka teringat dengan jelas satu persatu.
Menjelang pagi Guo Yun pun bergumam sendiri,
"Aku bila ingin menjadi orang yang sukses seperti harapan ayah, aku harus mencari orang hebat, yang kemampuannya jauh di atas ayah.."
"Aku harus bisa jauh lebih hebat dari ayah, aku baru bisa membalaskan dendam ayah.."
"Bila tidak, aku pasti akan mati konyol, bila pun berhasil bertemu dengan mereka.'
"Untuk itu tiada pilihan lain, aku harus tinggalkan tempat ini, pergi mencari guru yang pandai dan sakti."
Gumam Guo Yun memutuskan langkah kedepan, yang akan di ambil nya.
Setelah memutuskan hal itu, Guo Yun mulai menyiapkan semua kebutuhan, yang dia perlukan dalam perjalanan.
Tak lupa dia membungkus pedang Walet Emas, dengan kain untuk dia bawa serta dalam perjalanan nya.
Setelah semua yang perlu di bawa sudah lengkap, Guo Yun pun keluar dari pondok kediaman nya.
Guo Yun pergi ke halaman belakang rumahnya, melakukan penghormatan terakhir kepada kedua orang tua nya.
"Ayah ibu, Yun er mau pamit dengan kalian hari ini.."
ucap Guo Yun sambil berlutut di hadapan kedua makam orang tuanya.
"Ayah ibu,.. setelah ini mungkin Yun er akan sangat lama meninggalkan kalian berdua, Yun er harap kalian berdua bisa memaklumi keputusan Yun er.."
"Tapi Yun er berjanji pada kalian, suatu hari nanti, Yun er pasti akan kembali kemari menemui kalian lagi.."
"Ayah Ibu,.. kalian beristirahatlah dengan tenang,..sampai jumpa.."
ucap Guo Yun.
Setelah memberi hormat dengan membenturkan dahinya keatas tanah sebanyak 3 kali.
Guo Yun sambil menghapus dua butir air mata nya, dia berjalan meninggalkan tempat penuh kenangan tersebut.
Saat mulai memasuki hutan, Guo Yun bersiul nyaring, menunggu beberapa saat, dari balik rerimbunan pepohonan muncul seekor macan tutul betina, sahabat setia Guo Yun.
Kini selain macan tutul ini, Guo Yun sudah tidak memiliki siapa siapa lagi.
Teringat hal ini, Guo Yun pun otomatis berlutut merangkul macan tutul itu dengan penuh haru.
Macan itu seolah olah mengerti perasaan dan kesedihan sahabatnya itu, mungkin lebih tepatnya anak yang pernah di susui olehnya.
Macan itu bergerak gerak ringan, menggunakan kepalanya membelai belai wajah Guo Yun, yang telah basah airmata.
Guo Yun terbawa perasaan beberapa saat, hingga dia teringat dengan pesan ayah nya, agar menjadi pria sejati dan menjadi orang yang tegar.
Guo Yun pun menghentikan kesedihan dan rasa iba dirinya, dengan suara pelan Guo Yun berbisik kepada macan tutul dalam pelukannya.
"Teman, tolong bantu aku keluar dari hutan ini, kamu bisakan.?"
Macan itu mengangguk kecil, lalu dia menjadi penunjuk jalan menuntun Guo Yun keluar dari hutan tersebut.
Saat tiba di pinggir hutan, Guo Yun kembali memeluk macan itu dengan penuh kasih sayang, membelainya dan berkata,
"Sahabat ku, aku tidak bisa membawa mu ke dunia ramai sana, tempat itu sangat tidak cocok untuk mu.."
"Sebaiknya kamu kembali saja ke habitat mu di dalam hutan sana, aku berjanji suatu hari nanti pasti akan kembali untuk mengunjungi mu.."
"Nah sekarang kamu kembalilah kedalam sana."
ucap Guo Yun sambil berulang kali menciumi macan tutul itu dengan hangat.
Macan itu seolah olah mengerti, dia dan sahabatnya ini sebentar lagi akan berpisah.
Dia balas menjilat pipi Guo Yun beberapa kali, setelah itu, dia menatap Guo Yun lekat lekat.
Lalu dia membalikkan badannya, dan kembali berlompatan masuk kedalam hutan wilayah selatan yang lebat.
Guo Yun menatap hingga bayangan punggung sahabatnya menghilang dari pandangan nya.
Sambil menghela nafas panjang, Guo Yun baru membalikkan badannya melanjutkan perjalanan nya menuju desa terdekat, yang bisa di jumpai nya.
Dengan berlarian ringan melintasi Padang rumput, melompati anak sungai, akhirnya Guo Yun tiba di sebuah mulut desa.
Dari batu yang diletakkan di jalan masuk desa, Guo Yun mengenalinya sebagai Desa damai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 641 Episodes
Comments
John Singgih
awal pengembaraan Guo Yun setelah tragedi yang menimpanya
2023-09-20
2
BaronMhk
petualangan dimulai
2023-04-25
1
BaronMhk
💪💪💪💪
2023-04-25
1