Sementara itu, Guo Yun sendiri dengan penuh semangat, dia menggunakan aliran sungai dangkal yang berair jernih, untuk membersihkan kulit bulu beruang yang di bunuhnya tadi.
Air yang jernih seketika langsung butek kemerahan warnanya, begitu kulit beruang itu mulai di gelar dan di bersihkan oleh Guo Yun.
Tapi untungnya sungai dangkal itu, adalah aliran sungai hidup, yang air jernihnya terus mengalir tanpa henti.
Sehingga kotoran dari kulit beruang itu dan noda darah nya, tidak menggenang di satu tempat.
Melainkan mengalir pergi, di ganti lagi dengan air bening yang baru, dan terus begitu berulang-ulang.
Guo Yun terus membersihkan dan mencucinya, hingga benar benar bersih, Guo Yun baru membentangkan nya untuk di jemur di atas batu.
Sedangkan dirinya sendiri setelah melepaskan seluruh pakaiannya, untuk di cuci dan di keringkan.
Guo Yun meneruskan nya dengan duduk bertelan jang di bawah guyuran air terjun.
Di sana dia bermeditasi mengikuti ajaran Fan Li, mengumpulkan hawa murni untuk mengisi Dan Tian nya.
Guo Yun terus bermeditasi hingga hari menjadi gelap, di mana air terjun, airnya mulai sedingin air es.
Tapi Guo Yun terlihat tidak terpengaruh, meski seluruh tubuhnya terlihat mengeluarkan kabut tipis.
Dia terus bersemedi di tempat sepi itu, hingga saat matahari terbit, burung mulai berkicau dengan penuh semangat.
Guo Yun baru membuka sepasang matanya, dan meninggalkan batu di bawah air terjun, tempat dirinya bermeditasi.
Setelah berpakaian kembali dan merapikan kulit beruangnya, yang sudah kering dan bersih.
Guo Yun pun berkata kepada sahabat setianya, yang dengan setia menemaninya dari kemaren hingga pagi ini tanpa beranjak.
"Teman ayo kita pulang, jangan sampai ke duluan ayah ku sampai di rumah.."
"Nanti aku bisa kena marah.."
ucap Guo Yun sambil membelai lembut kepala macan betina itu.
Macan betina itu seperti bisa membaca keinginan Guo Yun.
Dia segera bangkit berdiri, lalu berlari masuk kembali kedalam hutan, dia bertindak menuntun Guo Yun kembali ketempat tinggal nya.
Saat tiba di dekat kediaman Guo Yun, macan betina itu menghentikan langkahnya, dia terlihat ragu untuk melanjutkan langkahnya.
Guo Yun mengerti dan berkata,
"Tidak apa-apa kamu kembalilah, biar aku menemui ayah dan menjelaskan semuanya."
Macan betina itu memutar tubuhnya, lalu berlari masuk kembali kedalam rimba.
Guo Yun pun melanjutkan langkahnya, menuju pondok bagian belakang rumah.
Di mana dia harus melewati makam ibunya, yang di penuhi bunga anggrek berbagai warna.
Tapi saat tiba di depan makam ibunya, Guo Yun berdiri tertegun, menatap ayahnya yang terbaring lemah di sisi makam ibunya.
Dengan seluruh tubuh berlumuran darah.
Di mana terlihat sebatang pedang menancap dari bagian punggung, hingga ujungnya yang tajam muncul menembus bagian perut.
"Ayah,..! kamu kenapa !? kenapa bisa seperti ini !? apa yang terjadi !?"
teriak Guo Yun, sambil melempar kulit beruang yang di bawanya.
Lalu dia menghambur dengan airmata bercucuran, berlutut untuk memeluk tubuh ayah nya yang terlihat lemah.
"Ayah tidak apa-apa,.. kamu jangan menangis dan bersedih.."
"Ingat anak laki laki boleh meneteskan darah, pantang meneteskan air mata.."
"Hapus airmatamu, tegar lah, bersikaplah layaknya pria sejati.."
ucap Fan Li dengan suara lemah.
Guo Yun mengangguk dan menghapus airmatanya, berusaha menahan suara tangisnya.
Tapi airmata nya sulit di hentikan, ayahnya adalah orang tua tunggal, orang satu satunya yang paling menyayanginya.
Tanpa ayahnya, dia benar benar seperti sebuah kapal yang kehilangan arah ditengah lautan.
Guo Yun sangat takut dan tidak rela, bila harus kehilangan ayahnya, Di mana kedepannya dia harus hidup sebatang kara, tanpa ada siapapun yang menemaninya.
Fan Li tentu mengerti apa yang sedang jadi beban pikiran putra tercintanya.
Meski banyak yang ingin dia sampaikan, tapi waktunya sudah tidak banyak lagi.
Sambil memaksakan diri untuk tersenyum, Fan Li berkata,
"Yun er anak ku, dengarkan ayah,.. kamu jangan takut dan cemas,.. kasih sayang ayah selamanya, akan Selalu menyertai mu.."
"Di kala malam, ayah akan berubah menjadi bintang mengawasi dan menerangi jalan mu.."
"Di kala siang ayah akan berubah menjadi angin yang berhembus menemani mu.."
Fan Li menghentikan ucapannya, mengumpulkan nafas, sambil menahan rasa nyeri, dia kembali berkata,
"Di kamar ayah ada sebuah peti, di sana bisa menjelaskan semuanya.."
Guo Yun hanya terus menatap ayahnya dengan tatapan mata sedih, dan air mata terus berciuman tanpa henti.
"Yun er yang bisa ayah ajarkan telah ayah ajarkan semua nya pada mu,.. kelak semua tergantung pada diri mu sendiri, untuk bisa mengembangkannya lebih jauh.."
Guo Yun mengangguk cepat, sambil mengepalkan sepasang tangannya erat-erat.
Guo Yun berkata,
"Ayah siapa yang melakukan kekejian ini pada ayah..?"
"Ayah terlalu usil mencampuri urusan orang,.. ayah yang tidak tahu diri,..ayah bukan tandingan mereka,.. tapi memaksa diri.."
"Inilah akibatnya,.. kamu harus ingat dan jadikan pelajaran,..mengerti.."
"Lupakan saja,..jangan mencari mereka,.. kamu,.. kamu,.. bukan,..tandingan..."
Sebelum menyelesaikan kata katanya, kepala Fan Li sudah terkulai kebawah.
Fan Li, sang perdana menteri negara Yue, telah pergi selama lamanya menyusul kekasih hatinya Jiyu, dan saudara angkatnya Wen Zhong.
"Ayah,..! Ayah,..! Jangan tinggalkan Yun er ayah,..! ayah ayo bangunlah ayah,..!"
"Yun er berjanji akan menurut pada ayah,.. tidak akan nakal lagi,.!"
"Yun er berjanji,.. ayo ayah,.. bangunlah ayah,..!"
"Ayah,..! ayo bangun ayah,..!"
teriak Guo Yun sambil terus menerus mengguncang guncang tubuh ayahnya.
Meski di guncang hingga bagaimana pun, Fan Li yang sudah pergi tidak mungkin bisa kembali.
"Ayah,..!!"
teriak Guo Yun histeris, karena kesedihan yang terlalu mendalam, akhirnya anak itu pingsan, tidak sadarkan diri, sambil merangkul tubuh ayahnya yang mulai dingin.
Fan Li sendiri sudah menjadi roh berdiri di sisi putra angkatnya, yang sudah dia anggap seperti putranya sendiri.
Fan Li hanya tersenyum sedih, dia mengulurkan tangannya ingin membelai kepala putra kesayangannya itu.
Tapi tangannya lewat begitu saja, tidak bisa menyentuhnya lagi, karena dia kini hanya tinggal roh halusnya saja.
Fan Li hanya bisa menghela nafas sedih dan bergumam seorang diri, "Semoga kamu bisa menjadi orang sukses, dan hidup berbahagia, putra ku.."
"Jangan pernah meniru langkah ayah mu yang bodoh ini.."
Sebuah roh halus lainnya, berupa seorang wanita yang sangat cantik, sambil tersenyum lembut penuh pengertian, dia memegang lembut pundak Fan Li dan berkata,
"Kakak Li,..semasa hidup mu, kamu sudah berkorban terlalu banyak untuk ku, .."
"Ayo, sekarang mari kita pergi tinggalkan semua nya, aku akan menemani mu selama lamanya.."
"Hanya kita berdua dan selamanya,.."
ucap wanita itu sambil tersenyum lembut, dan menyandarkan kepalanya di pundak Fan Li.
Fan Li menoleh dan mengangguk lalu berkata,
"Baiklah mari kita pergi,..ini mungkin juga sesuatu yang baik buat melatih Yun er..menjadi anak yang mandiri dan kuat.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 641 Episodes
Comments
John Singgih
petuah terakhir sang ayah yang tegas
2023-09-20
2
Noval04
astaga napa typo nya jadi ciuman sih kak 🙄 kan yang seharus nya terharu jadi ngakak karena terhura 🤣🤣🤣
2023-04-25
2
BaronMhk
👍👍👍👍
2023-04-25
1