Wen Zhong yang melihat pasukannya kini terpisah jauh darinya.
Dia segera berkata,
"Istri ku kita harus mundur.."
Mu Gui Ying mengangguk mengerti, mereka suami istri dengan kompak langsung melakukan siulan keras.
"Suittt,..! Cuiiitt,..!!"
Dua ekor kuda hitam putih berpacu cepat menerobos kepungan menghampiri mereka.
Mereka berdua langsung melompat ringan duduk di atas punggung kuda mereka masing-masing.
Dengan gerakan menjepit perut kuda dengan kedua kaki, sambil tangan mereka menarik tali kekang kuda dan berteriak,
"Hyahhh,..!"
Mereka berdua langsung memacu kuda tunggangan mereka, mencoba untuk menerobos kepungan secara beriringan.
Sambil memacu kuda, mereka menebaskan senjata ditangan, untuk menghalau siapapun, yang mencoba menghadang dan menyerang mereka, ataupun berusaha menyerang kuda tunggangan mereka.
Melihat hal itu Xiang Yan kembali memberi kode kepada para pasukannya.
Rantai yang di pasangi duri duri mirip paku besi mulai di gelar oleh pasukan pengepung.
Bagian ujungnya di kaitkan pada masing masing dua ekor kuda di arah kiri dan kanan, dalam posisi lawan arah.
Dari jauh rantai ini tidak terlihat, karena di biarkan tersamar diatas tanah.
Penghalang ini di pasang di barisan pengepung lapis ke tiga, sehingga tidak terlihat dan di ketahui oleh Wen Zhong dan istrinya.
Di saat mereka sudah dekat, rantai itupun di rentangkan oleh dua ekor kuda masing-masing di kiri kanan.
Jebakan pertama berhasil di lompat oleh kedua kuda, yang cerdik itu
Begitu pula dengan jebakan kedua, tapi jebakan ketiga yang posisinya begitu mepet.
Apalagi saat itu justru kedua kuda itu, dalam posisi baru mendaratkan kedua kaki depannya.
Mereka tidak sempat lagi menghindari jebakan ketiga, kedua kuda itu langsung jatuh tersungkur kedepan.
Tapi Wen Zhong dan istrinya tidak terbawa tersungkur bersama kuda mereka.
Mereka berdua melompat melayang ringan, melewati barisan pasukan pengepung, sambil melakukan serangan pembuka jalan.
Wen Zhong menebaskan Pedang sinar merahnya meledakkan barisan penghadang, hingga tunggang langgang.
Sedangkan Mu Gu Ying memutar tombaknya, yang mengeluarkan cahaya keperakan, menghantam pasukan penghadang nya, hingga pada terpental.
Nasib malang menimpa kedua ekor kuda, yang terkena jebakan.
Kedua kaki depan mereka mengalami cedera parah, begitu pula bagian leher mereka, yang sempat tersangkut rantai berduri, juga ikut terluka parah.
Kedua kuda malang itu sempat mencoba beberapa kali, untuk bangkit berdiri.
Tapi mereka selalu tersungkur kembali.
Akhirnya kedua ekor kuda perkasa dan terlatih.
Dimana mereka sudah menemani tuannya melalui ratusan pertempuran.
Kini mereka hanya bisa terbaring lemah, sambil terus menatap tuan mereka bertempur di bawah kepungan musuh
Kedua kuda malang itu, kini hanya bisa tergeletak pasrah menunggu ajal, sambil sesekali merintih kesakitan, karena cedera parah yang mereka alami.
Wen Zhong yang sempat melihat situasi ini, dia menjadi merasa tidak tega.
Akhirnya dia melepaskan dua Tebasan sinar merah, yang dia lepaskan dari jarak jauh.
Kedua sinar itu dengan cepat melewati bagian leher kedua kuda malang itu.
Tanpa sempat merasakan apa-apa, kedua ekor kuda itu langsung tergeletak tak bernyawa lagi.
Baik Wen Zhong maupun Istrinya sama sama menghapus dua butir airmata mereka yang runtuh.
Kuda itu telah mereka rawat sejak lahir hingga besar, dan sudah mengikuti mereka bertempur hampir 10 tahun.
Tentu ikatan perasaan di antara mereka sangat erat, kuda itu sudah mereka anggap seperti anak mereka sendiri.
Sekeras kerasnya hati mereka, mereka tetap adalah manusia biasa, yang terbuat dari darah dan daging.
Perasaan sayang tidak rela dan sedih, atas kehilangan sahabat terbaik mereka tetap saja ada.
Hanya saja situasi sedang seperti ini, mereka terpaksa memendam semua nya di dalam hati, dan kembali melanjutkan pertempuran.
Sambil bekerja sama memecah kepungan, akhirnya mereka berdua berhasil kembali berkumpul dengan pasukan mereka.
Mereka kembali meneruskan pertempuran yang tidak ada tanda tanda berhenti.
Memasuki hari ketiga pertempuran, satu persatu pasukan harimau hitam mulai gugur, karena letih dan lapar.
Mereka semua sudah kehabisan tenaga.
Bertempur secara terus menerus tanpa istirahat dan makan.
Di tambah dengan air minum perbekalan mereka, juga sudah habis total.
Hal ini semakin membuat mereka terlihat kesulitan, untuk melanjutkan pertempuran.
Melihat kondisi ini, Wen Zhong, Mu Gui Ying dan kedua ajudannya, memutuskan membuka jalan darah, dengan kekuatan mereka yang tersisa.
Mereka memimpin sisa pasukan harimau hitam yang jumlahnya tidak sampai 10.000 personil, mundur kembali bertahan di tepi sungai.
Setidaknya pasukan mereka bisa berendam dan minum air sungai, membantu mereka sedikit lebih segar.
Melihat pasukan musuh sudah terdesak dan kelelahan, Xiang Yan memerintahkan pasukannya untuk menyerang dengan hujan anak panah.
Serangan ini membuat pasukan harimau hitam, yang sudah kelelahan, masih harus mengangkat tameng mereka, yang berat untuk melindungi diri.
Tangan mereka yang letih dan sudah kehabisan tenaga, tidak mampu bertahan lebih lama, mempertahankan formasi tameng mereka.
Banyak nya celah, membuat mereka satu persatu tumbang tergeletak, sebelum mereka sempat minum dan mandi di sungai tepat di belakang mereka.
Melihat hal ini, Wen Zhong Mu Gui Ying dan kedua ajudannya, nekad kembali menerjang kedepan, berusaha menyerang pasukan panah, yang berada di hadapan mereka.
Wen Zhong melepaskan tebasan sinar merah, yang langsung menghancurkan lapis depan pasukan panah.
Melihat hal ini, Xiang Yan dari jauh kembali memberi perintah, agar pasukan panah bergerak mundur.
Pasukan tameng maju menggantikan posisi nya, setelah itu pasukan panah dari baris belakang pasukan tameng, kembali melepaskan tembakan panah mereka membumbung tinggi keangkasa.
Saat panah panah itu kembali terjun bebas kebawah, anak panah anak panah itu turun bagaikan hujan dari langit.
Wen Zhong dan Mu Gui Ying memutar senjata mereka menghalau anak panah, yang turun bagaikan hujan.
Sambil terus bergerak maju membabat barisan depan pasukan tameng.
Saat jarak mereka dan pasukan tameng sudah berhadap-hadapan, pasukan panah sudah tidak bisa mengincar mereka lagi.
Wei Su dan Wei Sin dengan beberapa bagian tubuh tertancap anak panah.
Tanpa menghiraukan luka di tubuh mereka, kedua orang itu juga ikut melepaskan pukulan maut, menghajar pasukan tameng yang menghalangi jalan mereka.
Pukulan Gada Wei Su yang keras, berhasil meledakkan tameng di hadapannya.
Prajurit pemilik tameng yang sial itu, langsung terpental oleh tenaga dorongan pukulan Wei Su yang keras.
Melihat ada peluang, barisan tameng yang terbuka, Wei Sin dengan gesit menerobos masuk kedalam barisan, menggunakan sepasang tongkat besi berulir nya, untuk memporak-porandakan barisan pasukan tameng.
Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama, setelah mereka masing-masing berhasil membunuh puluhan pengepung.
Hujaman senjata lawan mulai berhasil menembus pertahanan mereka.
Wei Su yang paling pertama mengalami hal itu, kedua kakinya terkena tombak berkait, yang menariknya hingga urat di dekat mata kakinya putus.
Wei Su yang tidak mampu berdiri harus bertempur dalam posisi berlutut.
Wei Sin yang ingin maju membantu saudaranya, tertahan oleh kepungan musuh, sehingga dia tidak mampu mendekat.
Sedangkan Wen Zhong dan Mu Gui Ying juga berada dalam posisi terkepung, tidak mengetahui yang terjadi pada Wei Su.
Lima batang anak panah yang dilepaskan dari arah belakang, memperparah keadaan Wei Su.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 641 Episodes
Comments
BaronMhk
akibat pemimpin gak bener
2023-04-25
1
BaronMhk
akibat kebodohan raja yang gampang disetir
2023-04-25
1
Imam Iswanto
😢😢😢😢 makanya aku sangat sangat mbenci pengkhianat 😈😈😈😈😈😈😈
2023-03-20
1