Di markas, tepat waktu pencarian teamnya. Pelangi hanya sibuk rebahan di kasur empuknya dengan gawai di atas dadanya. Matanya menatap kosong langit langit kamarnya.
Drrrttt...
"Hais, bikin kaget aja!" Dia tersentak saat gawai itu berdering. Bahkan, Pe reflek menepis barang kecil tapi berharga itu.
"Kak Dibi?" Pe tersenyum manis dikala melihat siapa tersangka penelpon itu.
Dia pun menerima video call dari laki laki yang selalu mengerti dirinya dari sejak kecil.
"Hai, Warna!" Sapa Dibi yang mempunyai nama lengkap Galaksi Miller Al Malik. Anak dari Dirgan-Bintang itu sekarang bekerja sebagai satuan kepolisan, keturunan almarhum Opanya- pak pol Gional Malik. Bahkan hanya Dibi yang mempunyai nama khusus tersendiri untuk Pe... Warna!
"Kak Dibiii!" Pekik Pe senang. Dibi di seberang sana sampai menjauhkan gawainya.
"Hehehe, berisik ya?" Sadar Pe.
"Sangat!" Dibi mencibikkan bibirnya untuk meledek Pe, sejurus tersenyum manis. "Aku kangen!" ungkapnya.
"Hmm, sama!" Pe menopang dagunya di atas bantal guling. Dia meneliti dalam wajah Dibi yang saat ini sedang memasang earphone. Mereka satu tahun lamanya sudah tidak saling bertemu.
"Kapan pulang ke Indonesia, eum? Apa kamu tahu, kalau rindu ku terhadap adik cantik ku ini sudah seluas lautan. Jangan sampai aku ke sana menggeretmu pulang___"
"Aku sibuk kak Dibi! Tuh, dengarkan...ada suara Topan yang berteriak memanggil. Uda dulu ya, bye."
Tut tut tut...
Pe berbohong, dia tetiba murung. Bahkan, laki-laki yang selalu membuatnya nyaman ternyata sama saja seperti Topan dan Badai. Dia tidak suka mendengar Dibi memanggilnya adik.
"Semuanya nyebelin!" Kesalnya melempar guling dan beranjak mengambil kunci mobilnya. Pe loncat dari jendela, pergi tanpa sepengetahuan anak buah Topan.
***
Di sisi Topan, dia berada di suatu kamar yang sepertinya kamar seorang gadis di mana ketahuan dari aroma harum vanila manis di ruangan itu.
Semua Kurcil pada menyusul Topan karena hanya kamar inilah yang belum tersentuh.
Mereka masih dalam pengeledahan barang barang rumah orang tua angkat Gerhana.
"Apa kalian menemukan sesuatu?" Topan bertanya tanpa menoleh ke belakang. Dia ingin membalikan foto Gerhana yang terbalik di lantai itu. Tapi ter-urungkan karena seruan pertanyaan cemas para rekannya ke Vay yang baru bergabung di atas punggung Petir.
"Ada masalah, Vay?" tanya Badai.
"Kaki ku terjepit jebakan tikus," sahut Vay. "Turunin aku di kasur, Tir." Sambungnya seraya menepuk kecil dada Petir yang masih berada di atas punggung pria sosok tinggi nan sixpack itu.
Petir menurut dan ikut duduk di sisi Vay.
"Aku rasa kita hanya buang buang waktu saja di sini," Ama putus asa.
"Sisa ruangan ini yang belum, periksalah dahulu. Jangan mengeluh!" Seru Bhumi di angguki Topan.
Guruh tanpa suara, tangan dan matanya sudah menggerlya di laci-laci itu sedari tadi.
"Entah di mana kamu, chip? Kamu hanya benda kecil tapi menyusahkan karena organisasi jahat menginginkan mu." Lautan mendumel sendiri.
Angkasa hanya menggeleng aneh ke rekannya itu.
Di atas plafon, samar samar dari kesadaran Gerhana yang hampir kehabisan oksigen, telah menyadari ada banyak orang di bawah sana.
Gerhana memejamkan matanya dengan mulut itu maracau kecil. "Aku lebih baik mati kehabisan oksigen." Dia meringkuk di ruangan kecil itu. Keringat dingin sudah menyerang tubuh mungilnya.
"Hah," Topan mendesah kasar. "Bajingan si Xian!" Dia kesal karena tidak menemukan petunjuk apapun tentang keberadaan chipnya.
"Ayo pulang!" Badai pun menyerah.
"Apakah tempat tidak berguna ini butuh di ledakan?" tawar Ama bertanya. Dia menatap ijin ke Topan. Bagaimana pun Topan itu adalah ketua mereka. Yah... kudu di hargai.
"Ledakan saja!" Topan memberi ijin.
"Maka keluarlah kalian, kecuali mau jadi te-sate." Ama tersenyum devil. Dia sangat cinta bermain coklat tersayangnya-Bill Of Material.
Para Kurcil pun keluar dari kamar sederhana Gerhana, dimana Ama sudah menarik benda peledaknya yang termasuk bom tempel. Kecil kecil tapi ledakan frekuensinya bisa menghancurkan rumah sederhana itu.
"Kamu mau jadi sate, Topan? Keluarlah!"
Topan masih tidak bergeming.
"Topan Sagara bin Sagara Biru Sunjaya? Kagak budek 'kan?" Tegas Ama menyuruh Topan keluar.
"Bacot mu kayak laki." Ketus Topan. Ama tersenyum miring seraya tangannya siap menekan tombol on dipeledak itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Siapa Aku?
lanjut
2022-05-22
2
💮Aroe🌸
mikir apa sih, topan?🤔
2022-04-25
3
Dewi Sri Marlina
Oooch kelewat ternyata gerhana di plafon, hadeuh topan coba peka sedikit cinta sejati masa kecil mu dlm ketakutan dan bersembunyi, apa mungkin mau di jadikan abu...sama bom Ama 😲😲😲😲
2022-04-24
2