Badai, Petir dan Guruh masih di dalam club. Para Kurcil Smart lainnya menyusul atas perintah Badai. Sekarang semuanya berkumpul di ruangan VVIP.
"Ada info?" Topan langsung bertanya yang baru datang. Wine yang akan disesap oleh Bhumi, segera di rampasnya lalu di teguknya, "Anak bayi di haramkan minum susu ini."
"Ck." decak Bhumi. Seiring tawa geli pun terdengar dari mulut lainnya menertawakannya.
"Aku dan Twins tidak ada kabar." lapor Pelangi yang duduk di dekat Vay dan Purnama.
Angkasa mengangguk kecil membenarkan laporan Pelangi. Bhumi mau merajuk karena di ledek bayi.
"Vay, Ama, dan kamu, Lautan. Bagaimana?" Topan menatap sang empu nama, bergantian.
Dan ketiganya kompak menggeleng.
"Bolehkah aku dugem di luar? suara DJ mengundang sampai kemari." lanjut Ama setelah mengangguk lapor. Kakinya sudah bergerak-gerak kecil menikmati dentuman musik yang terdengar seru.
"Ayo! Aku pun mau!" Pelangi menyambut. Vay ikut antusias.
"Silakan! Tapi siap-siap bom akan meledak di lautan orang dugem di luaran sana, sekalian ngebom kalian bertiga." Guruh lah yang berkata kejam. Petir tersenyum ejek ke Vay.
"Hmm." Ama melengos malas.
Dan kini Topan menatap ketiga Kurcil lainnya yang masih bungkam, belum melapor. Badai, Guruh dan Petir.
Badai yang ditatap, seketika mengerti. Dia menaruh gelas wine-nya terlebih dahulu dan berdiri ke hadapan Topan. Mereka saat ini bertatap muka satu sama lain seperti orang yang bercermin.
"Aku dapat info. Kalau anak Xian telah bekerja di sini sebagai penggantinya__" Badai menjeda ceritanya. Matanya tertuju ke arah pintu kaca buram ruangan. Ada bayangan orang yang entah mau masuk atau menguping. Senjata pun dia arahkan ke sana. Sontak membuat perhatian sahabatnya ikut bersiaga.
Ceklek...
Dor...
Praaang...
Arrgh...
Tuinggg...
"Gegabah!"
Saat pintu terbuka. Badai tidak sengaja menarik pelatuknya. Tembakan pun terlepas ke gadis pelayan minuman yang seketika menjatuhkan nampang berisi wine mahal seraya menjerit takut. Hampir saja tertembak, bila Topan tidak segera menepis tangan kembarannya. Badai menerima ketukan gemas dari Topan di kepalanya, saat seruan gegabah terucap.
Badai meringis.
Topan belum melihat wajah si gadis itu yang seketika di hampiri Pelangi dan Vay. Dia adalah Gerhana.
"Hey, bangunlah!" kata Pelangi seraya membantu Gerhana berdiri karena terduduk meringkuk dengan kepala itu dia lindungi pakai tangannya.
"Apa salah ku?" lirih Gerhana dengan suara bergetar. Topan baru menoleh saat mendengar suara yang dia kenali, tapi dia hanya datar justru malah mengambil duduk di sisi Petir dan Guruh yang kedua sahabatnya itu seakan-akan tidak menganggap ada keributan. Lautan beserta si Twins sama saja tidak mau ikut campur. Ketiganya malah bersulang.
"Salah mu?" Badai mengulang dengan sinis ke Gerhana, "Itu karena kamu masuk tanpa mengetuk pintu!"
Gerhana tertunduk di bentak oleh Badai.
"Ma_maaf." gagap Gerhana.
"Astaga! Kamu membuatku rugi!" bentakan suara itu datang dari belakang Gerhana. Sang pria melotot marah ke arah Gerhana. "Bereskan segera, dan ganti ruginya malam ini kamu akan melayani salah satu tamu ku." Sang bos mencekram lengan Gerhana. Topan yang sedari tadi bersabar, mengeraskan rahangnya.
"Lepaskan tanganmu dari wanita itu, Tuan!"
Topan bersuara keras dengan mata tajamnya sudah menghardik sang pemilik Club. Lantas semua Kurcil menatap aneh si Simba.
"Maaf, Tuan.Tapi dia adalah pegawai ku yang sudah membuat ku rugi besar. Aku berhak melakukan apapun ke dia. Dan ah, maaf untuk keributan yang di buat pegawai ku. Nanti akan saya panggil OB untuk membersihkan beling ini."
Gerhana semakin pias mendengar itu. Dia tidak mau menjadi wanita malam, cukup jadi pelayan minuman saja sudah membuatnya resah apalagi...? Oh no.
Sang bos club tidak peduli dengan tatapan tajam Topan. Duit adalah segalanya, pokoknya Gerhana harus membuatnya cuan malam ini. Bukan apa-apa, banyak pelanggan yang menginginkan Gerhana, tapi wanita itu tidak mau di ajak wik wik di ranjang.
Topan berdiri kasar. Berjalan cepat pun ke Pria itu yang sudah membalikkan badan ke pintu dengan tangan menggeret Gerhana yang tidak mau ikut.
Tolong... Tatapan mata Gerhana seperti itulah yang di rasakan Topan.
"Apa yang akan di lakukan si Simba?" Bisik Lautan ke gerombolan para sahabatnya.
"Nonton saja." sahut Angkasa. Yang lainnya hanya diam penasaran ke Topan.
"Malam ini dia adalah milik ku. Ambilah!"
Sang Kurcil seketika menganga lebar melihat Topan menempelkan selembar cek ke jidat pemilik Club yang saat ini sudah seperti vampir yang di mantrai kertas oleh Topan.
"Inilah namanya bisnis. Have fun, Tuan!" Sang bos itu pergi dengan langkah yang riang meninggalkan Gerhana yang semakin bergetar di tatap sinis oleh Topan.
"Aku akan membayar uang mu dengan cara menyicil___"
"Ikut aku!" Topan menyela dengan tangan sudah mencengkram pergelangan Gerhana, "Kalian, kita akan membahas tentang tadi di rumah saja, aku pergi." lanjutnya pamit ke para geng-nya.
"Wiih, si Simba kagak ga* ternyata. Doyan cewek juga, ck ck ck." Petir menggeleng geleng lucu diiringi decakan lidah.
"Hahahaha, kembaran kalian mau wik wik di hotel." Seloroh Lautan ke Badai dan Pelangi yang diam dengan pikiran herannya ke telah di kuasai Topan.
"Ayo pulang, Dai!" ajak Pelangi. Badai menyambut baik dan langsung merangkul posesif pinggang kembarannya agar aman berjalan di luar lantai club.
"Yeakh, kok pada balik sih!" Dengus Ama saat Guruh dan lainnya pun ikut pulang.
...****...
Di rumah Gerhana. Danish dan Elle saat ini dalam keadaan payah lebam dapat siksaan. Mereka telah ketahuan keberadaannya dari kubu Mafia lainnya.
"Mana chip itu, hah?" bentak sang ketua, bertanya.
"Chip apa? aku tidak paham apa yang kalian maksud__ aww."
Elle di jambak yang saat ini berlutut di lantai, ada Danish pun di sampingnya dengan posisi lutut yang sama. Semua rumah sudah di geledah oleh klan Mafia ini, tapi nihil. Rumah sudah kayak kapal pecah.
"Pelacak kita tidak menemukan apapun di sini, Bos." lapor sang anak buah.
"Buang-buang waktu."
Dan... dor, dor. Tembakan menghunus dahi Elle dan Danish sudah terpatri sempurna membuat keduanya end. Gerombolan Mafia itu pun beranjak pergi dengan tangan kosong.
Tepat gerombolan tadi pergi. Guntur dan Belen datang bersama anak buahnya. Mereka saling pandang mendapati pemandangan mayat di depannya di tambah rumah sudah berantakan.
"Kita telat, Laric." ujar Belen.
"Arrgh, sialan!" Guntur menjerit kesal dengan kaki dia tendang ke mayat Danish. "Aku bersumpah demi kebebasan Mommy-ku, maka siapapun akan aku bantai." Guntur prustasi. Kali ini dia tidak akan malas-malasan mencari chip itu demi sang Mommy yang telah di belenggu oleh paman dari saudara Daddy-nya.
"Gitu dong." Belen menyeringai dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Arida Retna Nugrahani
waaahhhhh guntur ngenalin pelangi ga ya☺yuuukkkk yuuukkk saling ketemu jodohnya 😆
2022-04-19
1
💮Aroe🌸
seru ta😆😆😆 gk salah bikin beginian, semangat 45 💪 46 juga boleh😆
2022-04-19
3
💮Aroe🌸
gk usah ada DJ, mereka ber3 kumpul aja udah rame😅
2022-04-19
0