"Laric, apa kamu mengenalnya?" Belen kembali bertanya ke Guntur. Mereka berdua memang sedari tadi berada di taman tersebut sebelum Pelangi dan Twins ada di sana.
"Aku tidak mengenalnya, tapi aku suka melihat orang melukis," sahut Guntur. Dia beranjak ke arah belakang Pelangi seraya memakai topi hoodienya, kacamata hitam di inderanya sudah terpatri membuat sosok itu semakin tampan. Wanita pelukis itu telah mengingatkan sosok gadis remaja kecil dari masa lalunya.
Guntur berdiri di belakang duduk Pelangi seraya meneliti tangan lihai itu bermain dengan kuas lukis dan catnya. Dia ingin melihat wajah si pelukis. Seperti tidak asing, batinnya.
"Woi, apa kamu sudah minta izin di sini? jangan sok berani berkarya tanpa ada izin dari kami."
Dua preman taman membentak Pelangi, seketika menghentikan Guntur yang ingin melihat wajah Pelangi.
Sontak Pelangi mendongak santai ke arah dua orang sangar tepat di hadapannya. Twins pun mengurungkan ketengilanya yang sedari tadi main jewer-jeweran. Si Twins mendekat namun dia hanya diam, biar kakak cantiknya yang mengurusnya.
"Aku bertanya, izin belum?" Bentaknya lagi.
"Apa harus begitu? ini taman umum, siapapun boleh menggunakannya." santai Pelangi, bahkan dia kembali melukis.
Guntur di belakang sana berucap lirih. "wanita pemberani," pujinya. Belen tidak suka Guntur mengagumi wanita lain.
"Apa kita harus berkelahi, Bhumi?" bisik Angkasa.
"Tidak perlu, kak Pe pasti bisa mengurusnya." santai Bhumi. Si kembar malah duduk santai di kursi taman.
Dasar adik sialan!
Ternyata ada Topan yang melihat semuanya dari kejauhan. Dia merutuki Twins yang lalai dari tugasnya untuk melindungi Pelangi. Topan ingin mendekat tapi di urungkan saat mengingat kalau Pelangi masih marah kepadanya. Dia tau watak kembarannya itu, jika marah maka tidak akan mudah untuk luluh.
"Sok berani." Geram kedua preman itu dan segera beranjak menyerang Pelangi.
Hiaaakkk...
Bugh...bagh...duakh..
Baru juga hiaaakk, belum merusak lukisan Pelangi, kedua pria sangar itu sudah dapat tendangan cantik Pelangi tanpa berdiri dari kursinya. Membuat pria itu terhuyung ke belakang.
"Bos, cantik-cantik tapi iblis!" Serunya masih penasaran dengan keahlian Pelangi.
"Mati kamu gadis songong." Geram sang bos. ke-dua preman itu pun meringsek ingin menghajar Pelangi lagi.
"Berisik!" Pelangi menggunakan jam tangan sistemnya yang mengeluarkan dua jarum berbius.. Kedua pria itu pun tergeletak begitu saja tanpa bersusah-susah payah. keduanya sudah pingsan. Membunuh? tidak mungkin, dia ada di tengah tengah kerumunan. Pelangi tau batasannya.
Harusnya aku tidak usah berlebihan mengkhawatirkan Pelangi. Dia bisa menjaga diri sendiri. Topan pun berlalu pergi, dia punya urusan penting saat ini yaitu mencari tahu di Mana anak angkat Xian berada saat ini.
"Boy. Ayo cabut!" Pelangi berseru ke Twins. Moodnya dalam melukis sudah hancur.
"Ayo, aku sudah lapar." sahut Angkasa.
Gegas Guntur mendekat ke tiga Kurcil itu. "Excuse me," serunya. Lantas ketiga Kurcil menoleh ke belakang.
"Apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Guntur tidak asing dengan raut wajah cantik Pelangi. Di balik kacamatanya, mata itu tidak berkedip dari perangai Pelangi.
"Maaf, anda salah orang," Pelangi acuh. Dia dan Twins pun kembali beranjak.
Entah kenapa, Ada rasa kecewa yang terbesit di hati Guntur.
"Sombong sekali, rasakan ini."
Blaaass...
Belen yang berperangai angkuh itu, tidak terima sepupunya di acuhkan. Dia melempar pisau kecil ke arah betis Pelangi hingga menancap sempurna.
"Belen!" Bentak Guntur, marah. Tidak menyangka pergerakan Belen.
"Aaaw!" jerit Pelangi. Si Twins yang sudah di depannya seketika tersentak.
"Kak!" cemas keduanya.
"Sialan!" Pelangi mengeraskan wajahnya seraya meringis saat pisau dia cabut. Mata marahnya tertuju ke Guntur.
Guntur yang merasa tidak enak, memberanikan diri berniat mengikis jarak.
"Maaf__"
Blaaass...
Pelangi tidak terima, Dia melempar kembali pisau itu dengan membidik wajah Guntur yang masih berjarak dua meter dari posisinya.
Hap ... Guntur dengan mudah menangkap pisau milik Belen dengan apitan jarinya.
"Kamu melukai kakak ku. Nyari mati, hah?" sarkas Angkasa sudah siap bertarung. Kuda kudanya pun sudah sempurna. Namun terhenti di saat seruan wanita di belakang Guntur menyela.
"Akulah pelakunya!" Belen memasang badan untuk mengakui perbuatannya. Dia tersenyum remeh ke ke-tiga orang di depannya.
"Maka rasakan ini." ucap Pelangi cepat.
Darah di bayar darah, bukan? itulah premis Pelangi. Dengan itu, pisau tajam kesayangannya pun dia keluarkan untuk membidik bagian paha Belen yang terbuka seksi.
"Tidak semudah itu." Belen tersenyum miring seraya sigap memutar untuk menghindari pisau tersebut.
Pelangi tentu saja tidak bodoh. Dia pun menyeringai remeh. Pisau pertama hanyalah pancingan untuk memecah konsentrasi lawan dan lemparan keduanya sudah tertancap sempurna di betis Belen.
"Aaargh, wanita bodoh," umpat Belen setelah mengeram sakit di bagian betisnya. Dia pun mencabutnya sehingga darah segar keluar dari betis putih nan mulusnya.
"Satu sama, Nona!" Pelangi berdecak pinggang. "Dan anda, Bung! kalau sudah punya kekasih maka jangan sok genit dengan berpura pura kita pernah berjumpa dan saling mengenal," sambungnya mengomeli Guntur yang terpaku memandangnya terus.
"Laric." Belen merintih manja. Dia berharap Guntur mau menghajar Pelangi demi dirinya.
"Ayo pulang!"
Alih-alih mendapat pembelaan, Belen malah di tinggal oleh Guntur. Anak keturunan onta itu merasakan jantungnya berdegup tidak karuan di saat menatap mata Pelangi. Dia sepertinya tidak asing. Tapi siapa?
"Awas kalian, terutama kamu wanita sialan. Kamu akan mendapat luka lebih dari kakiku saat ini. Lihat saja." Belen masih sempat menahan Pelangi cs sebelum pergi terpincang-pincang.
"Dan sebagai jawaban ancamannya, maka terimalah sekarang ini."
Bhumi jelas tidak terima kakak tersayangnya di lukai tanpa sebab plus dapat ancaman. Dia menarik pistolnya dan bermaksud untuk menembak betis Belen yang terpincang-pincang menyusul Guntur, namun ter-urung karena Pelangi menahannya.
"Sudah, biarkan saja. Ingat! Kita ada di tempat umum. Jangan sampai mengundang pihak berwajib." cegah Pelangi.
"Ayo kita pulang. Entah siapa mereka yang nampak bukan orang biasa?" Angkasa meraup tubuh Pelangi yang terluka ke arah mobilnya.
Siapa mereka? Batin Pelangi pun bertanya.
"Melihat keahlian wanita tadi, pasti mereka dari organisasi pun." Tebak Bhumi menyahuti Angkasa yang tadinya bertanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
belen...,😤minta di rujak😒
2022-04-23
2
Dewi Sri Marlina
lg dong mba ta2...
2022-04-22
3
Irma Tjondroharto
pelangi oh pelangi...itu guntur yg dl prnh tersekap dg mu...untung gak da topan...klo ada auto mampus km belen...parah...
2022-04-22
4