Malam semakin larut. Usai dari club, Topan membawa Gerhana ke sebuah hotel.
Jelas gadis itu ketakutan...
"Kamu mau ngapain? kenapa membawa ku ke si-sini?" Gerhana berkeringat dingin.
Kakinya seperti di lem. Dia tidak mau masuk ke ruangan mewah itu yang saat ini dia masih terpaku di ambang pintu. Instingnya mengatakan kalau Topan ingin ngewik-wiknya.
Kaburrrr...
"Mau kemana, kucing liar?"
Topan berbalik yang tadinya hendak masuk ke kamar duluan. Menahan kuat ujung belakang baju Gerhana, sehingga gadis itu hanya berlari di tempat.
"Huawaaa, lepas!" pekik Gerhana. Dia telah di tarik masuk ke kamar itu dengan berjalan mundur-mundur ulah Topan. "Laki laki sialan! Hidung belang, busuk kayak taii ayam, cabul," makinya ke Topan.
Braaak..
Topan hanya menyeringai seraya membanting pintu dan kliiik, terkunci. Gerhana membulatkan pupil matanya.
"Tolong! biarkan aku pergi," Gerhana memohon.
Mendengar itu, Topan tersenyum miring. "Aku sudah membayarmu mahal, lalu apa kamu bilang? lepaskan?" Topan meledek. Dia tengah berdecak pinggang seraya menatap selidik penampilan Gerhana dari atas sampai ke bawah. Stop...matanya terhenti pas di bukit kembar. Ah, ternyata aku normal, batinnya menepis hardikan sahabatnya yang dari dulu tidak mempunyai kekasih atau pun selir hati satu malam. Topan tetiba menelan ludahnya karena tergoda oleh dada yang montok membusung indah itu.
"Yeakh, apa yang kamu lihat, sialan? dasar mata cabul! aku congkel matamu!" Gerhana terpekik meneriaki Topan seraya tangannya dia silangkan di dada busung itu.
"Aku sudah pernah bilang, kalau kita sampai berjumpa lagi maka hanya masalah yang kamu dapatkan." Topan maju perlahan. Gerhana yang mundur mundur ketakutan.
"Dan aku benci bertemu dengan mu....jangan mendekat atau ku bunuh kamu!" ancam Gerhana dengan telunjuk dia hardikkan ke Topan yang sialnya laki-laki itu semakin maju kepadanya.
Bugh..
Hiaaakk...
Punggung Gerhana tertubruk tembok. Dia tidak bisa mundur untuk mengelak dari Topan lagi, sehingga memaksanya untuk menyerang Topan menggunakan tonjokannya yang berniat meninju wajah rupawan Topan.
"Bisa apa kamu?" Topan begitu mudahnya menangkap kepalan tangan itu. Dia malah memiting tangan Gerhana hingga bagian tubuh depan Gerhana terkunci ke tembok.
"Aaargh..." ronta Gerhana. Topan sedikit mengencangkan kunciannya seraya mencondongkan kepalanya di sisi telinga Gerhana.
"Jadi kamu lebih memilih di sentuh oleh pria tua seumuran bos kamu, eum?" Topan berucap dingin di sisi telinga Gerhana, sangat dekat hingga membuat Gerhana merinding akan hembusan nafas laki laki sialan itu.
"Tidak dua duanya, baik orang tampan tapi iblis seperti kamu, maupun tua macam jin penghuni neraka. Semuanya laki laki itu biadab." Mulut Gerhana memang tajam, dan itu sebenarnya bukan perangai aslinya. Dia sebenarnya penakut dan lemot. Keadaanlah yang membuatnya keluar dari zona nyamannya.
"Kamu sepertinya tong kosong nyaring bunyinya." Topan membalikkan kuncian pitingan itu, hingga mereka sudah berhadap-hadapan. Kejeliannya memang juara tentang membaca mimik seseorang. Lihatlah gadis ini, mulut bisa saja besar tapi mata Gerhana telah berkata ketakutan.
"Malam ini kamu miliki ku, kucing liar. So... lakukan tugas mu."
Topan menakuti, dia juga sebenarnya tidak melupakan ajaran ayahnya kalau perempuan itu harus di hargai. Tapi entah kenapa, Topan suka bermain-main dengan kucing liar ini.
"A-aku..." gugup Gerhana. Dia ingin menghindar dan menjauh dari posisi dekat itu...tapi hap..hap. Topan segera menaruh ke-dua tangannya di masing-masing sisi kepalanya hingga dia tidak bisa berkutik.
Wajah mereka tinggal berjarak satu jengkal.
"Sampai nangis kejer pun, kamu tidak akan bisa kabur dari ku dan aku pun bukan orang baik yang melepaskan mangsa empuk seperti kamu." Topan semakin menakuti, perlahan wajahnya dia majukan seakan akan ingin memangsa bibir merah muda itu.
Gerhana yang tak berkutik, hanya mampu memejamkan mata. Hatinya merasakan takut luar biasa. Sumpah demi apapun juga, dia membenci laki laki yang ada di hadapannya, bila mana mahkotanya hilang di makan oleh laki laki bejat ini.
"Kamu sudah pasrah, kucing liar?" Topan mensentil jidat berkeringat dingin Gerhana.
"Awww, sialan!" Bibir Gerhana cemberut dengan mata dia buka.
Dan bibir itu malah menggoda Topan untuk di cicipinya. Dia teringat ciuman pertamanya di ambil paksa oleh gadis ini. Ok... Topan akan bermain gila malam ini. Awalnya hanya menakuti tapi berujung menimbulkan libidonya on.
"Btw...kamu sudah merampas ciuman pertama ku yang ku simpan baik-baik untuk wanita di masa kecil ku, jadi rasakan ini..."
Hmmmpp...
Topan memaksa, kedua tangannya dia gunakan untuk membelenggu kepala Gerhana agar tidak mengelak dari bibirnya.
Rakusnya permainan lidah Topan membuat oksigen Gerhana berkurang. Gadis itu memukuli dada bidang Topan berharap lepas dari pagutan liar tersebut.
"Ha-ha-ha."
Terlepas! Gerhana segera menggambil oksigen rakus-rakus. Topan tersenyum tipis seraya membersihkan ujung bibirnya yang basah.
"Siapa nama mu?" Dua kali bertukar saliva, Topan baru tertarik ingin mengetahui nama perempuan cantik alami di matanya.
"Awas!" Gerhana mendorong Topan dari sisinya, hingga anak sulung Sagara itu mundur satu langkah. "Aku tidak sudih memberi tahukan namaku ke pria cabul seperti mu."
Keras kepala yang di lontarkan Gerhana membuat Topan semakin ingin bermain-main. Sreeek.. sekonyong-konyongnya, Topan merusak kemeja Gerhana dengan pergerakan tak terbaca menggunakan metode benda tajam, pisau. Dia begitu lihai sehingga tidak melukai kulit gadis itu, hanya baju yang sudah terkoyak seperti jemuran yang jatuh ke tanah.
"KAMU!!!" Geram Gerhana, dia reflek menyilangkan tangannya karena sudah setengah polos. Hanya kain kacamata berwarna pink yang membalut kulitnya yang sebenarnya banyak bekas luka cambuk dari kelakuan Elle yang menyiksanya selama ini.
"Siapa namamu?" Topan meringis dalam hati, ternyata gadis yang menarik perhatiannya mempunyai kehidupan liar yang di baca nya dari luka luka cambuk tersebut. "Katakan atau kain bawah mu akan ku sobek paksa menggunakan pisau mematikan ini," ancamnya.
"Bul__Gerhana."
Deg..
Topan tersentak. Dia mundur perlahan dari hadapan Gerhana yang meneteskan air mata ketakutannya.
Apakah Gerhana ini adalah Nana yang ku cari karena hilang tanpa jejak?
Ya... Topan jadi merasa bersalah. Dia melalang buana ke masa kecilnya, di mana dia pertama kali bertemu gadis kecil yang sedang menangis karena mengantri paling belakang di saat orang tuanya mengadakan santunan yatim piatu.
"Jangan cengeng dan jangan selalu menangis di hadapan pria. Pakai ini!" Topan mencopot jaket hoodienya dan melemparkan ke Gerhana.
Gadis itu meraihnya dan segera memakainya.
"Apa kamu kenal dengan kalung ini?" Topan manarik paksa kalung panjang yang selama ini di simpannya di dompet.
"Tidak!" Gerhana tidak terlalu mengenali liontin bulan itu padahal benar adanya adalah milik nya. Dia lupa ingatan jadi wajar saja tidak mengenalinya.
"Apa aku salah orang?" Lirih Topan seraya menatap dalam lagi wajah Gerhana, mencoba mengenali.
"Apa lihat-lihat?" ketus Gerhana. Dia perlahan meringsek ke pintu.
"Jangan pergi dan temani aku tidur." Kali ini Topan menahan tangan itu secara lembut. Meminta pun secara baik baik.
"Gila!" Gerhana prustasi. Dia tidak percaya suara lembut itu. Cabul tetap saja cabul. " Aku tidak mau di sentuh oleh mu," tegas Gerhana.
"Hanya tidur biasa karena aku juga tidak nafs* bercinta dengan wanita yang sedang luka luka lebam." Topan tidak menerima penolakan.
"Ba-baiklah, tapi tidak aneh aneh kan?" Gerhana memastikan.
Entah kenapa dia seperti terkena hipnotis oleh mata Topan yang tiba-tiba sendu, tidak seperti tadi yang mirip Simba siap menerkam mangsanya.
"Eum."' Singkat Topan seraya berbaring ke di kasur itu. "Tunggu apalagi? atau maunya yang lebih?"
Gerhana menggeleng-geleng, secepatnya dia menurut, berbaring di sisi Topan dan secepat kilat pun menutup matanya karena takut.
Topan tersenyum manis tanpa sadar. Aku yakin, kamulah wanita masa kecil ku, walaupun kamu mengelak, batinnya dengan tangan lancangnya dia lingkarkan ke perut rata Gerhana. Dia akan menyelidiki dalam gadis yang sudah membuatnya nyaman.
Arrghh, gila...gila dan gila. Jangan tidur Gerhana, mungkin dia hanya modus doang dan perlahan akan memakan mu di saat kamu lengah, Gerhana tidur ayam. Hembusan nafas mint Topan menerpa wajahnya, membuatnya merinding. Dia gemetaran, ingin menyingkirkan tangan Topan tapi si cabul itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Tidur atau kulucuti pakaian mu!"
Aih ding... mendengar ancaman mematikan Topan yang terpejam, Gerhana tidak jadi kabur. Padahal sudah dua jam dia menunggu waktu. Akhirnya Gerhana tertidur dalam keterpaksaannya.
Topan malah beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
****
Mau ngapain coba si Topan? ayo readers pasti menebak mau ketemu Tante Lux ya?🤣 Elaaah, mau pipissss dianya tuh.😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ayi Hadi
lanjut
2022-11-11
0
💮Aroe🌸
omes juga, topan😆
2022-04-22
2
Irma Tjondroharto
hayo tata cantik ngintip kan..kan..kan...tuh tau klo lagi pipis...atau jangan2 yg lain ya...hayo...topan tyt menyimpan rasa suka pada gerhana dari kecil ya...aku rasa chip nya ada pada gerhana...seru thor...siiiippp deh
2022-04-20
1