"VAY!" Seru sembilan Kurcil. Vay meringis, kupingnya berdengung dapat pekikan serempak lewat earphone di sebrang sana.
"Ada jebakan sinar laser bertenaga listrik tinggi, kalian akan terpanggang bila tersentuh, coba pakai kacamata khusus kalian!" Terang Vay. Kurcil cs mendengarnya namun tidak bersuara. "Pelangi, Badai! apa kalian dengar?"
"Dengar dan segera non-aktifkan sekarang!" Pinta Badai seraya memakai kacamata berteknologi intel nya, mengikuti saran Vay.
Pelangi pun memakai kacamata hitam berteknologi buatan Vay dan Guruh itu, dan terlihatlah laser X terbentang apik di hadapannya.
Pelangi seketika mundur dua langkah, takut-takut kulit mulusnya tersentuh listrik mematikan. " Tes kekuatannya." Dengan konyol, Pe melepas topi hitamnya sehingga surai hitam pekat sepinggang itu tergerai indah dan topi itu pun hangus seketika.
Suara wow ngeri dari Badai dan Pelangi pun terdengar mencengangkan. Hebat! lirihnya kompak dengan mata bulat saling pandang.
"Kenapa masih aktif Vay?" Tanya Pelangi sudah menunggu lima menit.
"Lagi di usahakan, kalian pikir mudah mencuri kode system-nya?"Ketus Vay, tangan dan otak itu pun bekerja keras. Dia kualahan juga, berpikir seraya mata itu di haruskan jeli menguasai keamanan sembilan sahabatnya di tempat yang berbeda-beda.
Sementara para sahabatnya yang lain masih saja membantai Mafioso The Hawk yang sisanya tinggal sedikit. Ama-si Ratu bom itu serasa jengah, kalau dia tidak ingat ada anak kecil yang harus di selamatkan, maka pasti dia akan melempar bill of material sana sini biar cepat selesai pertarungan yang membuat tubuhnya berkeringat lengket di tubuh modelnya itu.
"Kembar Twins, tepat belokan lorong-lorong lima meter dari langkah kalian...sang ketua muncul bersama enam Mafioso kekarnya, kalian dengar?" Suara Vay kembali terdengar dengan terus berusaha mematikan laser itu.
"Dengar!" Kompak si Twins. Topan yang mendengar itu, jadi berbelok arah...Dia tidak jadi menghampiri keberadaan Pelangi, ketua Hawk lebih membuatnya bersemangat.
"Badai! tetap jaga Pelangi bersama mu!" Seru Topan. Badai mengangguk bodoh di sisi Pelangi yang tidak di lihat oleh Topan di seberang sana, ke-duanya itu masih saja berdiri kesal karena Vay masih belum mendapat cela untuk mematikan jebakan laser. "Twins! kasih tau kakak, kalian ada di sebelah mana? jangan gegabah menghadapi si tua bangka Hawk!" Topan membetulkan earphonenya yang mau terlepas.
Dia berlari kecil dengan mata elangnya terus bersiaga, berjaga-jaga mana tau masih ada musuh, kaki itu kerap melompat agar tidak menginjak mayat yang tergeletak sana sini di lantai itu.
"Kami ada di bagian barat, kakak kenapa tiba-tiba bodoh, deteksilah kami melalui jam GPS mu?" Angkasa terkikik pelan di dalam persembunyiannya dari ketua Hawk, dia puas sudah mengumpati kakak Simba-nya. High five pun terlihat kompak oleh si Twins. Si Kembar ini tidak tahu suasana kalau mereka sedang di tempat berbahaya.
"Jaga lidah kalian!" Dingin suara Topan dan Tuing... ternyata kakak Simba-nya sudah berada di belakang mereka dengan tangan itu menoyor kepala Twins, satu-satu kebagian sakit di dekat tengkuk itu.
"Kak!" kaget Bhumi seraya mengelus kepalanya yang di geprak kuat oleh Topan.
Seperti hantu aja tidak terdengar derap langkahnya. Angkasa cuma berani membatin kesal.
Topan mendelik datar, sejurus menaruh telunjuknya di bibir, menyuruh adik-adiknya diam karena suara derap langkah kaki terdengar semakin dekat.
Inilah permainan sesungguhnya! Batin Topan menyeringai kejam. Kaki itu pun maju kearah suara derap langkah yang mungkin benar adanya di belokan depan ada si ketua Hawk.
Topan sudah tidak sabar merebut kembali chip miliknya, dia ingin segera meninggalkan Negara ini yang sudah satu tahun lamanya meninggalkan Negaranya demi mencari keberadaan chip canggihnya.
"Ish, katanya harus diam, tapi si Simba garang malah menghampiri." Heran Angkasa.
"Dia memang susah di tebak, kakak kamu itu benar benar aneh." Sahut Bhumi seraya mengekori Topan.
Tuinggg...
"Kakak kamu juga, ogeb!" Tangan kurang ajar Angkasa menoyor kepala sebelah kiri Bhumi.
"Sialan!" Dengus Bhumi. Angkasa tercengir bodoh. Mereka berdua memang berbisik bisik agar Topan tidak mendengarnya.
Di sisi lain, semua anak buah The Hawk sudah tumbang akan keberingasan Kurcil lainnya, Badai dan Pelangi pun sudah melewati jebakan laser yang sudah di nonaktifkan oleh Vay. Keduanya lagi sibuk mengevakuasi anak-anak yang berjumlah cukup banyak di tahanan itu.
"Petir dan Lautan!" Panggil Pelangi di seberang earphonenya.
"Yes!" Sahut Petir, senjata dia taruh di saku jaket kulit hitamnya dengan kaki itu mengikuti Lautan yang berjalan di depannya.
" Tolong bantu kami mengevakuasi anak-anak ini, banyak yang sakit." Badailah yang bersuara dengan tangan itu menggendong anak perempuan berkisaran delapan tahun, sedang terluka bedah di bagian perutnya. Punggung itu pun di temploki anak laki-laki yang susah berjalan karena kakinya terluka tembak, mungkin ingin lari dari tahanan sehingga berujung di lukai oleh The Hawk yang tidak punya hati itu, pikir tebak Badai.
"Kami segera ke sana!" jawab Lautan cepat. Dia dan Petir pun berlari dengan melihat lingkaran jam GPS-nya yang sudah di atur nama Pelangi di sana.
Di depan Badai, Pelangi juga sedang repot memberi instruksi anak-anak itu yang berjumlah dua puluh orang, untuk mengikuti arah langkahnya, mencari jalan keluar yang aman.
"Hiks-hiks, aku takut... na_nanti kaki kami di tembak kalau coba-coba kabur, hiks-hiks..." Satu Anak laki-laki malah menangis, mengadu pilu dengan tangan itu tiba-tiba memeluk jenjang kaki Pelangi sehingga terpaku di tempat.
"Tidak akan boy, ada kami yang menjamin keamanan kalian, ayo naik ke punggung kakak, kita tidak ada waktu banyak!" Pinta lembut Pelangi dengan kaki itu tertekuk demi memudahkan anak itu naik ke punggungnya.
"Kami segera ke sana!" jawab Lautan cepat. Dia dan Petir pun berlari dengan melihat lingkaran jam GPS-nya yang sudah di atur nama Pelangi di sana.
"Aku pun hadir!" earphone dari Guruh ikut terdengar, ingin membantu mengevakuasi anak-anak itu. Dia dan Purnama berpisah tanpa Guruh ketahui karena Ama lebih tertarik menghampiri Topan yang mungkin sedang senggol bacok bersama ketua the Hawk. Vay yang melihat di layar hanya bisa tercengir geli, tidak ada niatan untuk memberi tahukan kenakalan Ama yang sebenarnya tidak boleh jauh-jauh dari kakaknya-Guruh.
"Nonton duel si simba garang lebih seru kayaknya." Ama mendeteksi GPS jam khususnya, mensetting sistem Topan, Dia juga sudah mendengar suara tembakan saling bersahutan kejam di bagian barat, tidak di pungkiri... Purnama yang kerap di sapa Ama ini telah mengagumi interior markas The Hawk yang menyerupai labirin, lorong-lorong nampak sama.
Dor...
"KAK!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
siapa yg kena😱
2022-04-19
1
Arida Retna Nugrahani
apaaann ituu
2022-04-13
2
herry cahyani
mantap.... seruuuu
2022-04-05
1