...~Mental besi hanya bisa terbentuk dari panasnya kehidupan~...
POV: Dave
Bruk!
"Kenapa kau ke sini?! Tempat ini bukan untuk anak kotor sepertimu!" Aku memandang seorang anak laki-laki yang lebih tinggi dariku. Sorot matanya menatapku tajam dan jijik, seperti memandang sebuah kotoran di atas lantai.
"Bajumu kumuh! Baumu juga tidak enak! Memang pantas untuk anak haram sepertimu!" Anak itu kemudian berbalik, meninggalkanku di tepi lapangan yang gersang. Aku segera berdiri sambil membersihkan telapak tanganku yang kotor.
Dari balik pagar kawat ini, aku hanya bisa memandang teman seumuranku yang bermain sepak bola. Cukup lama aku memandang, hingga aku mendengarkan perutku berbunyi.
"Aku lapar ...," gumamku sambil menatap perutku. Akupun berjalan pergi meninggalkan lapangan yang tidak menerimaku.
***
Tok tok tok!
Aku mengetuk sebuah pintu kayu yang cukup sederhana. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang kian mendekat dari dalam.
Cklek.
Pintu itu terbuka, menampilkan sesosok wanita paruh baya dengan penampilan yang sedikit kacau. "Ah, apa kamu mau makan?" tanyanya padaku dengan senyuman dan nada yang ramah.
"Em." Aku menganggukkan kepala. Setelah itu dia membuka pintunya lebar dan menuntunku untuk masuk ke dalam rumah.
"Oh! Itu Dave! Halo Dave!" sapa seorang anak perempuan yang lebih muda dariku. Aku menundukkan sedikit wajahku untuk membalas sapaannya.
"Kebetulan ibuku baru saja membuat sup labu! Ayo kita makan bersama!" ajaknya sambil menggenggam tanganku.
"Ah! Kau harus cuci tangan dulu!" ucapnya saat merasakan tanganku yang penuh debu dan tanah. Dia kemudian menarik tanganku pelan.
"Dave, cuci tangan dulu. Aku akan menyiapkan alat makannya. Luci pastikan Dave cuci tangan dengan benar!" ucap perempuan paruh baya itu pada anaknya. Luci hanya mengangguk sambil tersenyum dan membawaku ke keran cuci air. Setelah selesai mencuci tangan, Lucy membawaku untuk duduk bersila di depan makanan.
Aku menatap nasi yang masih mengepul dan beberapa lauk sederhana. "Nah makanlah, jangan sungkan-sungkan!" ucap wanita paruh baya itu sambil memberiku sepiring nasi.
Setelah itu kami mulai memakannya bersama-sama. Aku hanya makan tanpa suara, sedangkan Luci dan ibunya berbincang-bincang.
Seperti yang kalian lihat, aku adalah anak yang menyedihkan. Namaku Dave, dan umurku saat ini 6 tahun. Aku lahir dari seorang kupu-kupu malam, dan merupakan anak haram dari wali kota.
Fakta yang kejam untuk anak usia 6 tahun, bukan? Aku sudah tau fakta ini sejak usiaku masih 5 tahun. Kecaman, hinaan, dan juga berbagai kekerasan verbal selalu kuterima dari lingkungan sekitar.
"Dave, apa yang kamu pikirkan?" tanya wanita paruh baya itu sambil menatapku dengan senyuman. Aku meletakkan sendok di atas piring dan menatapnya sendu.
"Kenapa ... Bibi sangat baik padaku?" tanyaku. Padahal sejak aku kecil, memang Bibi dan Lucy yang sudah mengurusku. Aku heran, kenapa mereka melakukan ini. Kondisi mereka kurang lebih sama denganku, sama-sama orang yang kekurangan. Kenapa mereka mau mengurusku yang bahkan ditelantarkan oleh ibuku sendiri?
"Hmmm~ karena Dave lucu? Kan sangat disayangkan jika anak lucu sepertimu tidak dirawat," ucap Bibi sambil menambahkan lauk lagi di piringku. Meskipun yang kumakan hanyalah tahu goreng dengan bumbu garam, tapi bagiku ini sudah sangat mewah.
"Ibu! Aku sudah selesai makan!" ucap Lucy sambil menunjukkan piringnya yang sudah kosong. Umur Lucy sepantaran denganku, tapi dia masih bisa tersenyum lepas seperti ini, pasti karena kasih sayang dari ibunya yang besar.
"Anak pintar! Cepat taruh piringmu di tempat cucian ya," ucap Bibi sambil menunjuk tempat cuci piring. Setelah itu Lucy berlari ke sana, meninggalkanku berdua dengan Bibi.
"Dave ... aku pernah bilang bukan? Bahwa tidak ada anak yang berdosa saat mereka lahir ke dunia ini." Bibi duduk di sampingku sambil mengambil piring nasi yang ada di depanku.
Dia mulai menyendok nasi dan mengarahkannya ke mulutku, aku menurut dan membuka mulut, membiarkannya menyuapiku. "Namun kadang dunia ini buta, mereka menilai dosa seseorang dari orang yang melahirkan mereka," ucapnya sambil kembali menyendok nasi, menungguku menelan nasi yang masih aku kunyah.
"Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan dunia yang seperti itu, jadi yang bisa kita lakukan ... hanyalah terus bertahan hidup dengan tekad," ucap Bibi sambil menyuapiku lagi setelah aku menelan nasi di mulutku.
"Meskipun hidupmu sekarang sangat berat, tapi kamu tidak boleh menyerah untuk hidup," tambahnya lagi. Aku masih menguyah dan menatap matanya yang terlihat lelah namun penuh ketulusan.
Padahal aku yakin hidupnya saja sudah berat, tapi dia masih sampai mempedulikan seperti ini.
"Ibu! Aku sudah selesai cuci tangan!" Lucy muncul lagi dengan kedua tangannya yang agak basah. Aku juga sudah selesai makan, dan yang kulakukan sekarang adalah diam.
"Sepertinya ... aku mendapat sebuah tujuan hidup sekarang," ucapku sambil menatap Bibi yang mengeringkan tangan Lucy dengan kain yang agak kotor.
"Benarkah? Bagus untukmu," ucap Bibi sambil tersenyum. Setelah itu aku berdiri dan mendekat ke arah Bibi. Dengan pelan aku memeluknya dari samping.
"Terimakasih sudah mengurusku selama ini, aku janji tidak akan melupakan kebaikan kalian!" ucapku sambil melepaskan pelukan lalu berlari kecil ke depan pintu rumah.
"Tunggu Dave! Kamu mau kemana?!" tanya Bibi dengan raut wajah khawatir saat melihatku membuka pintu.
"Benar Dave, kenapa tidak tidur di sini saja? Matahari sudah terbenam ...," ucap Lucy padaku.
"Aku akan pulang ke rumah asliku. Terimakasih atas tawaran kalian, tapi aku ... ingin bersama ibuku, siapa tau malam ini ibu pulang!" Setelah itu aku keluar dari rumah mereka dan menutup pintu dari luar.
***
Aku berlari tanpa henti menuju ke rumahku. Rumah sederhana yang selalu membuatku iri pada orang yang kaya. Entahlah, bahkan aku tidak yakin ini pantas disebut rumah atau tidak.
Aku berhenti saat menatap sebuah rumah kumuh yang penuh lumut dan berdebu. Karena aku sendiri jarang tinggal di sini, selama ini aku selalu tinggal di jalanan atau di rumah Lucy.
Aku langsung memegang kenop pintu yang lebih tinggi dariku, dan menariknya ke bawah. Derit pintu tua yang nyaring, kadang membuatku merasa bukan pulang ke rumah. Aku menginjakkan kaki ke lantainya yang berdebu, sesekali melihat ke kiri dan kanan.
"Apakah ibu tidak pulang hari ini?" gumamku sambil melihat ke kiri dan kanan.
"Ah? Dave?".
Aku menoleh ke arah samping kiriku, melihat ibuku yang ternyata tiduran di sofa dengan wajah yang cukup kacau. Dia bangun dengan lemas lalu menatapku. "Kenapa kau baru pulang? Kupikir kau sudah meninggalkanku sendiri," ucapnya sambil tersenyum sendu.
Aku terdiam, dan melihat matanya yang lelah. "Ibu sudah ada di rumah sejak kapan?" tanyaku sambil berjalan mendekat. Ibuku segera duduk dengan benar sambil menurunkan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Mungkin sejak 3 hari yang lalu?" gumamnya dengan wajah yang setengah mengantuk. Aku terdiam sambil menatapnya. Sudah seminggu lebih aku tidak pulang ke sini, karena aku justru lebih takut di dalam rumah sendirian. Jadi aku lebih memilih tidur di gang-gang dan tempat umum.
"Begitu ... Ibu ... aku ingin masuk sekolah," ucapku dengan wajah yang datar. Ibuku yang awalnya mengantuk, langsung membelalakkan matanya.
"Kau serius? Bukannya kau bilang tidak mau sekolah karena takut dibuli?" tanya ibuku dengan wajah yang kaget.
Aku menggelengkan kepala lalu berkata, "Sekarang aku sudah tidak peduli, aku punya mimpi yang ingin aku wujudkan."
"Kau ... sudah tidak malu punya ibu seperti aku?".
"Tidak, aku sudah tidak peduli saja. Mau bagaimanapun aku menolak, bukankah Ibu tetap Ibuku? Dan tak peduli seberapa parah Ibu tidak peduli denganku, aku juga anak Ibu," ucapku lagi. Ibuku kemudian terdiam dan mulai tersenyum.
"Baiklah! Karena Ibu juga sudah keluar dari pekerjaan menjijikkan itu! Ayo kita mulai hidup baru!" Ibuku langsung berdiri sambil melemparkan selimut usang kami ke sembarang arah.
"Hidup baru?" tanyaku bingung dengan kosakata yang baru aku dengarkan.
"Ya! Kita akan membuat hidup baru untuk diri kita sendiri! Hanya kita berdua!".
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
mas kus
lanjutkan.... walau yg comment cuma aku sendiri
2022-10-07
1