"Apakah aku butuh kamuflase untuk itu? Mungkin … dulu aku mengejar Liang Si. Tapi, tidak akan lagi. Cukup sudah, aku hampir mati dan lihatlah, pria itu sama sekali tidak memandangku," balas Dara sinis, "sial, jika ini di duniaku, aku yang dikejar-kejar cowok. Bah, mengapa pula sekarang aku yang mengejar cowok, mana cowoknya kayak cewek begitu? Tampan sih, yes! Tapi kepala batu!" batin Dara kesal.
Dara tidak peduli jika Jier masih menatapnya dengan tidak percaya, "sampai kapan aku akan berperan menjadi Li Phin, sial banget aku! Semua ini karena Jimmy, apakah semua bawahanku selamat atau tewas?" batinnya kacau.
"Hei, apa yang kau lamunkan?" tanya Jier kesal.
"Apakah aku harus memberitahu semua hal padamu? Memang kau siapa?" balas Dara semakin kesal.
"Jika bukan karena Yang Mulia Liang Bao melarang kami mengganggumu, aku sudah mencincangmu! Jangan mentang-mentang kamu putri dari menteri pertahanan, kami akan takut kepadamu!" balas Jier.
"Terus? Apakah aku harus bilang, wow gitu?" ucap Dara, "ups, sial! Pada zaman ini, mana ada kata seperti itu? Bisa-bisa aku dihukum pancung," sesal batin Dara, "aku harus hati-hati di dalam bersikap, Li Phin kamu ke mana sih?" batin Dara semakin kesal kepada Li Phin.
"Dasar, wanita genit!" maki Jier meninggalkan Dara.
"Sebaiknya aku cuek saja, masa bodoh! Um, bagaimana caranya agar mereka tidak selalu menghina dan mengganggu? Li Phin, sialan! Muncul kamu? Karena kamu aku yang menuai getahnya, tanggung jawab karena cinta gila, kamu ini!" batin Dara berteriak-teriak marah memanggil-manggil Li Phin yang tetap tak muncul di benaknya.
Tabib Wang datang membubuhkan kembali obat ke luka di tubuh Li Phin dan menyanggah tangan kiri Li phin dengan dua buah balok kayu, "mungkin maksudnya, ini gips kali ya? Mana berat lagi! Mama, aku ingin pulang! Ke peradaban modern," batin Dara.
Namun, semua itu hanya di jiwanya yang berontak dan marah, ia berusaha untuk menahan tangis dan teriakan kesakitannya, "Jika engkau ingin berteriak, berteriaklah Nona!" ucap Tabib Wang.
"Iya, Tabib!" balas Dara. Namun, ia melihat jika Jier mengintip dari balik pintu, sehingga Dara tidak ingin memberikan kepuasan kepada Jier untuk menghina atau bergosip tentang dirinya yang kesakitan kepada semua orang di Donglang.
"Kamu hebat sekali, Nona. Biasanya semua orang kuat pun pasti berteriak dan kesakitan," balas Tabib Wang, "sepertinya, luka-lukamu ini sudah lama kamu derita. Apakah kamu ingat siapa yang selalu menyiksamu, Nona?" tanya Tabib Wang.
"Apa?" balas Dara bingung, "bukankah Li Phin yang selalu menyiksa orang? Ataukah ada yang terlewat di dalam novel? Bukankah dia yang berperan sebagai antagonis?" batin Dara bingung.
Ia menatap ke arah Tabib Wang, "maksud Tabib bagaimana? Aku kurang paham?" tanya Dara.
"Apakah Nona Li Phin lupa ingatan?" Tabib Wang memperhatikan wajah Li Phin.
"Entahlah, tapi aku tidak mengingat ada yang pernah menyiksaku," alasan Dara, "Li Phin, andaikan kamu muncul aku ingin bertanya, siapa yang sudah melukaimu?" batin Dara bingung. Namun sejak Dara memutuskan untuk menjauhi Liang Si, Li Phin tidak pernah muncul lagi.
"Seperti luka ini, sepertinya Nona sudah mendapatkan sejak lama seperti 3 bulanan," ujar Tabib Wang memperlihatkan luka biru kehitaman di lengan kiri Li Phin.
Dara memperhatikan dengan seksama, "Iya, benar juga. Jika hanya dua hari dia tidak seperti itu," batin Dara, "aku akan mencari nanti di Chang An, ada apa sebenarnya," batin Dara.
Tabib Wang benar-benar mengobati tubuh Li Phin dan tidak ada yang berani mengganggunya kebanyakan para gadis dan dayang di kediaman Liang Si hanya berbisik dan mendengus kesal dan marah ke arah Dara di dalam tubuh Li Phin kala seminggu ia berada di rumah Tabib Wang.
"Lihat, wanita itu, selalu berpura-pura baik, sekarang. Aku sangat yakin jika dia merencanakan sesuatu," ucap seorang dayang berbaju sutra kuning menatapnya, Dara hanya meliriknya sekilas.
"Lihat saja, jalanmu! Jika kau ingin selamat!" ujar Dara ia merasa kedua dayang yang membawa keranjang berisi sayuran sebentar lagi akan terpeleset karena menginjak kulit pisang, bruk! Benar saja, dugaan Dara, "lain kali jika ingin bergosip. Pasang mata dan telinga baik-baik," sindir Dara dingin.
"Kau! Kau pasti yang membuang kulit pisang ini?" ujar salah satunya.
"Hadeh, lihat itu di atas!" ujar Dara.
Kedua dayang tersebut melihat ke atas di salah satu tembok pembatas seorang prajurit sedang memakan pisang, "jika menuduh harus memakai bukti, aku bisa menuntutmu!" balas Dara, "memang zaman ini, ada undang-undang pencemaran nama baik?" batin Dara bertanya.
"Sudahlah Li mei, mari kita tinggalkan wanita iblis itu!" balas salah satu dayang menarik tangan temannya.
"Nona Jiajia memasuki kediaman Tabib Wang!" teriak seorang prajurit.
Dara melihat semua orang berlutut kepada seorang wanita cantik berpakaian sutra lila dengan hiasan bunga perak di gulungan rambutnya dan aksesoris emas, "Siapa lagi wanita ini?" batin Dara bertanya.
"Kau tidak berlutut kepada Nona Jiajia?" tanya seorang prajurit.
"Sial, aku tidak tahu siapa yang paling tinggi kedudukannya? Jiajia atau Li Phin?" batin Dara.
Namin Dara tidak peduli, "Tidak perlu pengawal. Wanita seperti dia tidak akan tahu tata krama," balas Jiajia menatap Li phin, "bagaimana lukamu? Apakah kau masih ingin mengejar Liang Si?" tanya Jiajia.
"Apakah itu perlu?" balas Dara bingung harus mengatakan apa.
"Jika aku jadi kau, aku akan menjauhi Liang Si, karena dia tak pantas untukmu. Hanya akulah, yang pantas karena aku adalah putri seorang perdana menteri," balas Jiajia.
"Sial, bukankah perdana menteri orang kedua di kerajaan setelah keluarga kaisar?" batin Dara, "Li Phin, kau benar-benar cari mati!" batin Dara.
"Jadi, menyerahlah! Aku tidak ingin mengotori tanganku harus membunuhmu. Kau sudah cukup menderita bukan?" tanya Jiajia dengan sinis.
"Um, sebaiknya kau jaga saja Liang Si, agar tidak jatuh cinta kepadaku!" balas Dara dengan percaya diri, "sial, aku mengundang masalah," batin Dara.
"Hahaha, kau terlalu percaya diri. ingat, kau tidak akan pernah bisa mendapatkan cinta Liang Si," ujar Jiajia mendekati tubuh Li Phin ingin memukulnya dengan ranting kayu, tetapi sebelum ranting itu mengenai tangan Li Phin Dara secara refleks langsung menangkap ranting kayu dengan tangan kanan dan mematahkannya.
"Apakah seperti ini ajaran seorang putri perdana menteri di dalam meraih cintanya dengan menyiksa saingannya secara tidak terhormat?" balas Dara menatap tajam ke awajah Jiajia.
"Kau!" Jiajia marah ingin melayangkan tamparan, tetapi Dara langsung menangkap tangan Jiajia dan memelintir tangannya ke belakang punggung, "Aku bukanlah Li Phin yang bisa kau siksa lagi, Jiajia! Ingat aku tahu semua keburukanmu, jika kau terus menggangguku aku akan membongkar semua kedokmu!" ancam Dara.
"Prajurit!" teriak Jiajia, semua prajurit menghunuskan pedang dan tombak kepada Dara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Zhee
saran jangan kebanyakan ngebatin kata"nya bikin cerita ngebosenin🤮
2024-12-26
0
Rianti Dumai
ada lawak²a juga nie cerita😅bikin aQ cengengesan,,,
2024-06-15
1
Aquina
biasane time trevel tuh yg ketempatan raganya ngasih ingatan ke...ini ditinggal sndirian y bingung🤭🤭🤭
2023-06-17
0