Chapter 17 Klan Batbayar

Pulau Abbasid bukanlah mitos. Merupakan suatu tempat milik klan Batbayar, memiliki pelindung sihir yang merentang berkilo-kilometer di sekitar pulau, menyembunyikannya dari mata manusia.

Tidak ada yang diizinkan masuk pulau kecuali mereka telah diundang oleh sang ratu.

Dan mereka yang cukup bodoh untuk mencoba menyelinap melewati penghalangnya akan segera mendapatkan pelajaran yang tidak menyenangkan dari Chinua Maedekhgui. Sebuah pelajaran yang tidak akan pernah dilakukan oleh orang yang masih memiliki akal sehat. Sebagian besar karena mereka akan langsung tewas.

Pada hari itu angin berhembus sangat kencang di sekitar pulau, ombak bergulung-gulung sangat tinggi. Tampak mengancam, mencerminkan suasana hati Chinua. Sang Ratu terlihat mondar-mandir di atas permadani beludru di ruang singgasananya. Ruangan itu merupakan sebuah ruangan kaca besar yang sangat mengesankan. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah mimbar dengan singgasana emas.

Di setiap sisinya berdiri dua orang pria. Mereka sempurna. Sangat cocok dengan rambut perak panjang yang jatuh hingga pinggang mereka, dan wajah yang dipahat oleh tangan malaikat. Dengan busana yang tidak dapat menutupi tonjolan sempurna otot pada tubuh mereka. Keduanya terlatih dengan sempurna untuk tidak menunjukkan emosi tanpa izin. Benar-benar sempurna. Sang Ratu hanya menuntut yang terbaik.

Bukan berarti Chinua peduli untuk melihat sekilas ke arah mereka. Sebaliknya, ia terus bergerak, gaun biru laut halus yang dikenakannya melayang di sekitar tubuhnya yang tinggi dan ramping, sementara rambut hitam ikalnya yang indah berkilauan dalam siraman cahaya batu sihir, yang digunakan sebagai penerang ruangan. Ia tampak berhenti bergerak saat merasakan kedatangan pria lain yang mendekat, dan memaksanya untuk duduk kembali di singgasananya.

Chinua tampak tenang, raut wajah cantiknya tidak terbaca, dan mata biru gelapnya tampak berkilat. Ekspresinya tidak berubah sedikit pun saat seorang pria tinggi dengan kegagahan yang tidak biasa dengan rambut coklat keemasan berombak, serta mata berwarna biru dalam cenderung ungu, memasuki ruangan.

Pria itu adalah makhluk yang menakjubkan, dan akan menjadi pasangan yang sempurna untuk Chinua, seadainya ia tertarik. Mengamati dalam diam, Chinua menunggu pria itu berlutut di hadapannya dan menundukkan kepala, sampai ia mengijinkan pria itu mengangkat kepalanya kembali.

"Kau memanggilku, Ratuku?" Chinua mengabaikan suara yang sudah dilatih pria itu untuk membuat setiap wanita bergetar. Kuku Chinua yang panjang, diwarnai biru muda, diketuk-ketukkan di atas lengan kursi bersepuh emas. "Apakah kau berusaha menghindariku, Osbert?" tanya Chinua lembut. Osbert mengangkat kepala untuk memandang Chinua dengan pandangan waspada. "Tidak, aku begitu gemetar dengan keinginan untuk menyembah di kakimu," ucap pria itu. Chinua mendengus. "Bukan itu yang ingin kudengar."

Wanita itu mencondongkan badannya ke depan. "Apakah kau lupa, bahwa aku akan diberitahu saat kau berhasil mengontak Batu." Osbert seketika memucat di bawah tatapan tajam Chinua. "Lalu mengapa kau membuat aku menunggu?" Pria itu menelan ludahnya. "Ada sedikit kesulitan, Ratuku." Chinua menahan keinginan memukul wajah pria itu dengan tinjunya. "Dasar bodoh," geram Chinua. Chinua tidak mau mendengar alasannya yang menyedihkan. Ia mau hasil.

"Apa yang menjadi kesulitan dari tugas yang begitu sederhana itu?" tuntut Chinua. Ruangan itu mendadak terasa semakin dingin. Osbert melayangkan tatapan gelisah sebelum menelan gumpalan dalam tenggorokannya. "Batu belum menjawab panggilan-panggilanku, Ratuku," ucapnya lirih.

"Kau membuka sebuah portal?" tanya Chinua. "Tentu saja, Your Majesty, tapi ada sesuatu yang menghalanginya," jawab Osbert. "Sesuatu?" Chinua mengerutkan keningnya. "Aku tidak tahu apa itu, Ratuku." Osbert mengangkat tangan, ekspresi memohon. "Seperti perisai yang tidak bisa kutembus," lanjutnya.

Kemurkaan mengalir cepat dalam darah Chinua saat ia perlahan berdiri dari singgasananya. Ia sudah bekerja keras ratusan tahun untuk mengakhiri garis darah kakak laki-lakinya. Untuk memastikan musuh-musuhnya mati tanpa meninggalkan jejak. Dan untuk waktu yang singkat, Chinua yakin sudah berhasil.

Tujuh ratus tahun yang lalu dia sudah membunuh keturunan terakhir dari kakaknya yang terkutuk itu. Tapi entah bagaimana, Chinua telah gagal. Ia tidak mungkin salah ketika merasakan kekuatan yang tumbuh semakin besar. Sebuah kekuatan yang seharusnya sudah disingkirkan dari dunia ini, kekuatan yang dapat mengancam tahtanya.

Ketakutannya kembali mengejarnya, dan Chinua sudah mengirim pesan kepada salah seorang anggota klannya. Lima hari yang lalu Chinua menerima pesan dari Batu bahwa ia sudah menemukan yang dicari Chinua. Batu juga berjanji akan membereskannya. Namun Batu tidak pernah tiba, dan sekarang Osbert mengakui bahwa Batu tidak bisa dihubungi. Chinua meraih dagu Osbert dan menyentaknya hingga pria itu berdiri. "Sepertinya aku terlalu berlebihan menilai kegunaanmu bagiku, Osbert."

Mata indah Osbert membelalak. "Tidak, aku akan menemukannya, aku bersumpah demi hidupku," ucapnya. Dengan senyum dingin, Chinua memberi Osbert usapan pelan di pipinya. "Terlambat, Tampan. Aku putuskan untuk menangani masalah ini sendiri. Sekarang enyah dari hadapanku!" Chinua mengangkat sebelah tangannya, dan cahaya berwarna biru muncul dari tangan itu.

Pria itu tersentak, dan berlari terbirit-birit keluar dari ruangan itu. "Dasar pengecut!" gumam Chinua. Menunggu pintu ditutup oleh penjaga, Chinua mengayunkan kepalanya ke belakang dan memekikkan rasa frustasinya. Dia menghancurkan salah satu dinding yang ada di ruangan itu hingga hancur berserakan. Beraninya takdir terus mengejeknya?

Chinua adalah seorang ratu. Pemimpin tertinggi di klan Batbayar. Dia seharusnya dihormati dunia karena kecantikannya dan kekuatannya. Dia seharusnya dipuja oleh semua orang. Sebaliknya, dia terpaksa menjalani hidupnya dalam ketakutan, bahwa pembalasan terakhir keturunan saudara laki-lakinya mengintai dari persembunyiannya.

"Menakut-nakuti salah satu anak buahmu lagi?" tanya sebuah suara perempuan yang melengking. "Berapa kali harus aku peringatkan kau tentang sifat pemarahmu itu?" Memutar tubuhnya, Chinua menyaksikan seorang wanita dengan rambut mulai kelabu menjuntai indah dari kepalanya, dan bola mata hitam yang tampak kosong. Wanita itu masih terlihat cantik, dengan usianya yang sudah tidak lagi muda. Sang Ratu menyeringai angkuh mendengar kata-kata itu.

Xanadu mengambil Chinua dari rumahnya ketika ia masih bayi dan membesarkannya seperti anaknya sendiri. Akan tetapi bukan karena perasaan kasih sayang yang mencegahnya untuk membunuh wanita itu. Wanita itu seorang peramal hebat. Sebuah kekuatan yang jarang dimiliki oleh kalangan mereka. Chinua sudah bersabar selama ini dengan sikap ikut campur wanita itu.

"Diamlah, Tukang Sihir Tua," kata Chinua geram, seraya melempar dirinya ke atas singgasana sambil mengernyit marah. "Aku sudah punya banyak kesulitan tanpa mendengar ceramahmu yang membosankan." Wanita itu tertawa terkekeh-kekeh, menyeberangi ruangan untuk berdiri di hadapan singgasana dengan sangat mudah mengingat matanya buta.

"Mudah tersinggung," ucapnya. "Aku tidak mudah tersinggung, aku marah. Aku mencurahkan hidupku selama seribu tahun untuk menyingkirkan garis keturunan kakak laki-lakiku. Aku yakin sudah membunuh keturunan Chenghiz yang terakhir, saat aku mengejarnya sampai ke tanah Jawa tujuh ratus tahun yang lalu. Seharusnya mereka semua sudah mati, sudah lenyap dari muka bumi.

Xanadu menggelengkan kepala. "Mereka seperti tikus. Selalu pintar bersembunyi dan berhasil bertahan dari kepunahan." Chinua memukul tinjunya di atas lengan kursi singgasananya. "Tidak kali ini." "Apa yang akan kau lakukan?" tanya Xanadu. "Pesan terakhir yang kuterima dari Batu berasal dari Astrakhan," ucap Chinua.

Senyum Xanadu memudar. "Kau bermaksud pergi ke sana?" Chinua menyipitkan matanya. "Kita berdua akan ke sana." Xanadu mendesis, tangannya memegang erat gaun hijau daun yang senada dengan warna matanya. "Meninggalkan pulau ini? Tidak. Itu berbahaya," kata Xanadu.

Chinua mencondongkan tubuhnya untuk menampar wajah wanita itu, tamparannya sangat kuat sehingga ia tergeletak di karpet. "Barangkali kau harus memikirkan itu sebelum kau memprediksi munculnya orang yang dapat membunuhku." Wanita itu mengusap darah yang menetes dari sudut bibirnya. Dia tertawa sangat kencang, tidak merasakan sakit akibat tamparan tersebut.

"Aku hanya mengatakan berdasarkan penglihatanku. Jika kau merasa resah, silahkan nikmati ketakutanmu itu." Wanita itu lalu beranjak bangun, dan pergi keluar dari ruangan itu dengan bahu tegak.

Menyandarkan kepalanya ke singgasana, Chinua mengalihkan pandangannya ke badai di luar ruangan itu. Dia dapat melihat dari kaca besar yang menghadap langsung ke laut lepas. Bangunan tempat tinggalnya berada di salah satu ujung pulau, berdiri di atas tebing yang menghadap laut.

"Aku tahu kau ada di luar sana, bersembunyi dariku seperti seorang pengecut, tapi aku akan mencarimu," desah Chinua, rambutnya bergerak-gerak saat kekuatannya mengalir keluar dari tubuhnya. Dia tidak bisa melihat mangsanya, tapi ia bisa merasakan kekuatan yang berkobar. "Dan saat aku menemukanmu, aku akan menyiksamu, dan menikmati detik-detik malaikat maut menjemputmu."

***

Selain kenyataan bahwa Shanum ditatap sangat dalam oleh wajah ingin tahu ibu Khan, ia lebih merasa gelisah oleh pertanyaan sebelumnya yang dilontarkan oleh wanita itu. Pertanyaan langsung ke inti tanpa ada basa-basi. "Jadi sejauh apa hubunganmu dengan Khan?" Shanum tidak dapat menjawab pertanyaan itu hingga detik ini. Karena dia juga tidak dapat menelaah hubungannya yang sebenarnya dengan pria itu.

"Mengapa kau diam, Shanum?" Ibu Khan masih tampak penasaran. "Em, Yang Mulia..." ucap Shanum ragu. "Panggil aku Eej, artinya Ibu dalam bahasa kami," potongnya. Shanum tampak salah tingkah, "Eej, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Khan. Kami hanya tak sengaja bertemu, dan pertemuan itu selalu menjadi kekacauan yang absolut."

Wanita itu mengerutkan keningnya, dia tampak bingung dengan maksud gadis itu. "Eej pasti bingung, sama denganku. Aku juga sangat-sangat bingung." Gadis itu tersenyum takut-takut saat menatap ibu Khan.

Ibu Khan tiba-tiba terkekeh geli. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jangan katakan kau bertemu dengannya karena unsur ketidaksengajaan, melahirkan pertemuan-pertemuan lain yang berkelanjutan setelahnya. Dan selalu merasakan daya tarik menarik di alam bawah sadar kalian. Seakan-akan ada hal tak kasat mata yang membawamu untuk selalu bertemu dengannya. Dia pasti berusaha menahanmu di sisinya dan mencarimu jika kau pergi."

Shanum tampak terperangah. "Bagaimana anda bisa tahu?" Wanita itu kemudian menarik tangan Shanum, ia menepuknya. "Itu tandanya kau dan Khan adalah pasangan jiwa. Kalian diciptakan untuk satu sama lain. Aku dan ayahnya Khan juga seperti itu." Untuk sesaat, Shanum menikmati kehangatan tangan wanita itu. Mengingatkannya akan ibunya sendiri. Namun saat mendengar ucapan terakhir wanita itu Shanum terpana dan gugup, ia menggelengkan kepalanya.

"Itu takdir, Shanum. Kau tidak akan bisa lari dari itu," kata wanita itu sebelum ia bisa menghentikan pernyataannya. Gadis itu menarik tangannya, lalu dia berdiri dari duduknya. Matanya berkedip kebingungan, dan berdiri kaku. "Maafkan aku Eej, aku tidak berani berpikir ke arah itu. Karena saat ini sudah terlalu banyak masalah yang kuhadapi." Shanum menatap wanita itu sambil tersenyum miris.

Ibu Khan menarik napasnya dengan berat. "Aku tidak bermaksud membuatmu bingung dan gundah. Aku tahu mungkin sekarang terlalu cepat untuk membicarakan ini. Tapi aku cemas kepadanya, dia putraku satu-satunya. Hanya satu pesanku untukmu Shanum. Tolong, jangan sakiti hatinya, bersabarlah terhadapnya. Anakku itu sudah terlalu banyak memendam rasa sakit. Jika kau menyakitinya lagi, aku tak yakin ia akan tetap hidup." Wanita itu menatap dengan pandangan memohon pada Shanum. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan ibu Khan.

"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku. Kau boleh tetap di sini, atau boleh kembali ke kamarmu, semua terserah padamu," ucap ibu Khan lembut. "Aku di sini saja dulu Eej," jawab Shanum. Wanita itu lalu menganggukkan kepalanya, dan membuka handle pintu. Suara klik pintu di tutup terdengar. Kini tinggal Shanum berdua dengan Khan di dalam kamar itu. Shanum kembali duduk, dia menatap Khan dengan sedih. Shanum menutup matanya sebentar sebelum menarik napas dalam.

"Benarkah kau adalah pasangan jiwaku, Khan?" gumamnya. Pasangan jiwa adalah ikatan yang sangat dalam, sangat permanen sehingga dihormati melebihi yang lainnya. Sungguh langka, dan berharga. Shanum masih tidak percaya ia adalah pasangan jiwa Khan. Pasangan jiwa itu sepadan, serasi, setidaknya dalam beberapa hal. Seperti Khan dan Sarnai, mereka yang seharusnya menjadi pasangan jiwa.

Shanum kembali melihat pria yang masih menutup matanya itu, "Kau harus bangun Khan. Aku tidak tahan melihatmu sekarat karenaku." Air mata perlahan menetes dari matanya. Shanum mencoba mengusapnya, namun sia-sia, tetesan bening itu terus turun, tidak dapat dibendung. Pria dihadapannya ini memang selalu terlihat dingin dan kuat, tapi jauh di lubuk hatinya yang terdalam Shanum tahu, pria itu hanya bersandiwara, untuk menutupi seluruh kerapuhan yang ada di jiwanya. Kerapuhan yang juga kini disadari dimiliki olehnya.

Episodes
1 Chapter 1 Mimpi
2 Chapter 2 Golden Horde
3 Chapter 3 Pengakuan Ibu
4 Chapter 4 Pertemuan
5 Chapter 5 Kota Kuno
6 Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7 Chapter 7 Kenangan
8 Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9 Chapter 9 Kalung Cahaya
10 Chapter 10 Yang Tersembunyi
11 Chapter 11 Klan Altan
12 Chapter 12 Kota Para Penyihir
13 Chapter 13 Dalam Pelarian
14 Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15 Chapter 15 Masa Lalu
16 Chapter 16 Penebusan
17 Chapter 17 Klan Batbayar
18 Chapter 18 Hanya Padamu
19 Chapter 19 Pilihan Shanum
20 Chapter 20 Kejujuran
21 Chapter 21 Sang Pelacak
22 Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23 Chapter 23 Penganiayaan
24 Chapter 24 Garis Darah
25 Chapter 25 Melihat Masa Depan
26 Chapter 26 Kekuatan Elemental
27 Chapter 27 Pukulan Telak
28 Chapter 28 Perlawanan
29 Chapter 29 Kebenaran
30 Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31 Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32 Chapter 32 Tetua Klan
33 Chapter 33 Kebohongan
34 Chapter 34 Ingin Melupakan
35 Chapter 35 Cemburu
36 Chapter 36 Pulang
37 Chapter 37 Rencana Terselubung
38 Chapter 38 Nasihat Ayah
39 Chapter 39 Kembali ke Kampus
40 Chapter 40 Menolak Terlibat
41 Chapter 41 Arti Persahabatan
42 Chapter 42 Hari Tanpamu
43 Chapter 43 Pengagum Rahasia
44 Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45 Chapter 45 Bersandiwara
46 Chapter 46 Berita Mengejutkan
47 Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48 Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49 Chapter 49 Penyesalan
50 Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51 Chapter 51 Menjauh
52 Chapter 52 Kehilangan
53 Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54 Chapter 54 Tambatan Hati
55 Chapter 55 Mantra Kuno
56 Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57 Chapter 57 Saat Bersamamu
58 Chapter 58 Khan Versus Reno
59 Chapter 59 Pendatang Baru
60 Chapter 60 Serangan Bola Api
61 Chapter 61 Menguasai Keadaan
62 Chapter 62 Rasa Posesif
63 Chapter 63 Merancang Strategi
64 Chapter 64 Keinginan Khan
65 Chapter 65 Penyamaran
66 Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67 Chapter 67 Kekuatan Alam
68 Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69 Chapter 69 Pertarungan Sengit
70 Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71 Chapter 71 Klan Bataar
72 Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73 Chapter 73 Kekuatan Ayah
74 Chapter 74 Pandangan Ibu
75 Chapter 75 Perpisahan
76 Chapter 76 Merasa Hampa
77 Chapter 77 Pembawa Berita
78 Chapter 78 Luruh Lunglai
79 Chapter 79 Terluka Melihatmu
80 Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81 Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82 Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83 Chapter 83 Dinding Penghalang
84 Chapter 84 Penyangkalan
85 Chapter 85 Mengamuk
86 Chapter 86 Menyingkir
87 Chapter 87 Mengenal Kembali
88 Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89 Chapter 89 Kecurigaan
90 Chapter 90 Kemarahan Eej
91 Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92 Chapter 92 Racun Helm Iblis
93 Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94 Chapter 94 Pernikahan Sementara
95 Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96 Chapter 96 Terkejut
97 Chapter 97 Penjelasan Khan
98 Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99 Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100 Chapter 100 Pernikahan Impian
101 Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102 Chapter 102 Status Baru
103 Chapter 103 Pria Cantik
104 Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105 Chapter 105 Bercak Hitam
106 Chapter 106 Pertukaran
107 Chapter 107 Klan Erebos
108 Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109 Chapter 109 Mencari Kelemahan
110 Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111 Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112 Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113 Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114 Chapter 114 Kepercayaan
115 Chapter 115 Senyum Kebohongan
116 Chapter 116 Misi
117 Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118 Chapter 118 Menemukanmu
119 Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120 Chapter 120 Keluarga
121 Chapter 121 Keterbukaan
122 Chapter 122 Pasangan Terbaik
123 Chapter 123 Perang Pertama
124 Chapter 124 Perang Kedua
125 Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126 Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127 Chapter 127 Silsilah Rumit
128 Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129 Chapter 129 Duongan Sakhai
130 Chapter 130 Terkuak
131 Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132 Chapter 132 Keputusan Shanum
133 Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134 Chapter 134 Dalam Mimpi
135 Chapter 135 Tanah Air
136 Chapter 136 Keajaiban Kecil
137 Chapter 137 Sahabat Sejati
138 Chapter 138 Menuju Akhir
139 Chapter 139 Tentang Mereka
140 Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141 Chapter 141 Akhir Kisah
142 Extra Chapter 1
143 Extra Chapter 2
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Chapter 1 Mimpi
2
Chapter 2 Golden Horde
3
Chapter 3 Pengakuan Ibu
4
Chapter 4 Pertemuan
5
Chapter 5 Kota Kuno
6
Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7
Chapter 7 Kenangan
8
Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9
Chapter 9 Kalung Cahaya
10
Chapter 10 Yang Tersembunyi
11
Chapter 11 Klan Altan
12
Chapter 12 Kota Para Penyihir
13
Chapter 13 Dalam Pelarian
14
Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15
Chapter 15 Masa Lalu
16
Chapter 16 Penebusan
17
Chapter 17 Klan Batbayar
18
Chapter 18 Hanya Padamu
19
Chapter 19 Pilihan Shanum
20
Chapter 20 Kejujuran
21
Chapter 21 Sang Pelacak
22
Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23
Chapter 23 Penganiayaan
24
Chapter 24 Garis Darah
25
Chapter 25 Melihat Masa Depan
26
Chapter 26 Kekuatan Elemental
27
Chapter 27 Pukulan Telak
28
Chapter 28 Perlawanan
29
Chapter 29 Kebenaran
30
Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31
Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32
Chapter 32 Tetua Klan
33
Chapter 33 Kebohongan
34
Chapter 34 Ingin Melupakan
35
Chapter 35 Cemburu
36
Chapter 36 Pulang
37
Chapter 37 Rencana Terselubung
38
Chapter 38 Nasihat Ayah
39
Chapter 39 Kembali ke Kampus
40
Chapter 40 Menolak Terlibat
41
Chapter 41 Arti Persahabatan
42
Chapter 42 Hari Tanpamu
43
Chapter 43 Pengagum Rahasia
44
Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45
Chapter 45 Bersandiwara
46
Chapter 46 Berita Mengejutkan
47
Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48
Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49
Chapter 49 Penyesalan
50
Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51
Chapter 51 Menjauh
52
Chapter 52 Kehilangan
53
Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54
Chapter 54 Tambatan Hati
55
Chapter 55 Mantra Kuno
56
Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57
Chapter 57 Saat Bersamamu
58
Chapter 58 Khan Versus Reno
59
Chapter 59 Pendatang Baru
60
Chapter 60 Serangan Bola Api
61
Chapter 61 Menguasai Keadaan
62
Chapter 62 Rasa Posesif
63
Chapter 63 Merancang Strategi
64
Chapter 64 Keinginan Khan
65
Chapter 65 Penyamaran
66
Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67
Chapter 67 Kekuatan Alam
68
Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69
Chapter 69 Pertarungan Sengit
70
Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71
Chapter 71 Klan Bataar
72
Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73
Chapter 73 Kekuatan Ayah
74
Chapter 74 Pandangan Ibu
75
Chapter 75 Perpisahan
76
Chapter 76 Merasa Hampa
77
Chapter 77 Pembawa Berita
78
Chapter 78 Luruh Lunglai
79
Chapter 79 Terluka Melihatmu
80
Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81
Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82
Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83
Chapter 83 Dinding Penghalang
84
Chapter 84 Penyangkalan
85
Chapter 85 Mengamuk
86
Chapter 86 Menyingkir
87
Chapter 87 Mengenal Kembali
88
Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89
Chapter 89 Kecurigaan
90
Chapter 90 Kemarahan Eej
91
Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92
Chapter 92 Racun Helm Iblis
93
Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94
Chapter 94 Pernikahan Sementara
95
Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96
Chapter 96 Terkejut
97
Chapter 97 Penjelasan Khan
98
Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99
Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100
Chapter 100 Pernikahan Impian
101
Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102
Chapter 102 Status Baru
103
Chapter 103 Pria Cantik
104
Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105
Chapter 105 Bercak Hitam
106
Chapter 106 Pertukaran
107
Chapter 107 Klan Erebos
108
Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109
Chapter 109 Mencari Kelemahan
110
Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111
Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112
Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113
Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114
Chapter 114 Kepercayaan
115
Chapter 115 Senyum Kebohongan
116
Chapter 116 Misi
117
Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118
Chapter 118 Menemukanmu
119
Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120
Chapter 120 Keluarga
121
Chapter 121 Keterbukaan
122
Chapter 122 Pasangan Terbaik
123
Chapter 123 Perang Pertama
124
Chapter 124 Perang Kedua
125
Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126
Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127
Chapter 127 Silsilah Rumit
128
Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129
Chapter 129 Duongan Sakhai
130
Chapter 130 Terkuak
131
Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132
Chapter 132 Keputusan Shanum
133
Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134
Chapter 134 Dalam Mimpi
135
Chapter 135 Tanah Air
136
Chapter 136 Keajaiban Kecil
137
Chapter 137 Sahabat Sejati
138
Chapter 138 Menuju Akhir
139
Chapter 139 Tentang Mereka
140
Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141
Chapter 141 Akhir Kisah
142
Extra Chapter 1
143
Extra Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!