Chapter 7 Kenangan

Shanum terpaku menatap kedua bola mata coklat keemasan yang memandangnya tanpa jeda, ia merasa tersihir oleh kedalamannya. Lalu sepercik kepedihan melintas di sekelebatan pandangan pria itu. Namun cuma sebentar, nyaris tak terlihat, setelahnya yang muncul adalah tatapan dingin membekukan itu kembali.

Tanpa sadar Shanum mengetatkan pelukannya, rasa ingin merengkuh pria ini dan menghiburnya tak dapat terelakkan. Seakan-akan dia dituntun tangan tak kasat mata untuk merangkul pria itu dalam dekapan hangatnya. Shanum juga baru tahu, jika sebuah tatapan mata bisa memperlihatkan banyak rasa, dan itu bisa terjadi hanya dalam satu tatapan singkat.

Suara deham dan batuk-batuk dari arah samping memutuskan koneksi yang terjadi pada keduanya. Mereka sontak melepaskan pelukan. Pria itu tampak menarik napas panjang, seakan-akan hal tadi membuatnya harus menahan napas. "Well--maaf Sir, kita masih ada janji lagi setelah ini. Dan Anda juga menghalangi pintu." Seorang pria berkaca mata melihat ke arah pria itu, tampak meringis, dan merasa bersalah telah mengganggu situasi di antara keduanya.

"Tunggu sebentar!" jawab pria itu dengan suara tegasnya. Kemudian dia menoleh ke arah Shanum. "Sebutkan namamu?" Ia bertanya dengan gaya arogan seorang Alfa. Shanum tampak menelan ludah dengan susah payah dan mengucapkan namanya, "Shanum." Suaranya terdengar serak dan ragu-ragu.

Pria itu mengulas sebentuk senyum sangat tipis di bibirnya, senyum yang tidak akan terlihat jika Shanum tidak memperhatikan bibir pria itu. Bibir yang sangat ranum dan memerah hingga seorang wanita hanya perlu sekali melihatnya untuk selamanya berfantasi tentang pemilik bibir itu. "Astaga, kau mulai melantur Shanum," ungkap batinnya.

"Sha--num..." Pria itu melafalkan namanya dengan aneh. "Sepertinya kau selalu tertarik untuk menuju kepelukanku," ucapnya. Shanum melongo, "Apakah itu rayuan? Tapi masa iya, pria sedingin ini merayunya? Ah--tidak mungkin, pasti dia salah dengar," katanya dalam hati. Shanum berharap saat ini pipinya tidak semerah yang ia rasakan.

Kemudian Shanum bergeser ke samping untuk menutupi kegugupannya. Pria itu tidak berkata apa-apa lagi, ia mulai bergerak keluar, diiringi oleh pria berkacamata tadi dan satu orang pria lain.

Gadis itu masih terpaku, hingga pintu perlahan tertutup di hadapannya. Dia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, mencubit dirinya sendiri, lalu meringis sakit. Ternyata dia tidak bermimpi, kejadian tadi... Oh Tuhan...ingin rasanya dia melompat karena bahagia.

Keempat orang yang sedang duduk di pojok itu memperhatikan Shanum dengan berbagai ekspresi, ada yang geli, melongo, dan mengerutkan kening. Diva melambai-lambaikan tangannya saat Shanum menghampiri mereka.

"Habis sudah, aku pasti akan jadi korban ledekan mereka," katanya dalam hati. Lalu Shanum mendekati bangkunya, langsung duduk, mengambil kopi pesanannya tadi, dan menyeruputnya sambil berpura-pura bertingkah tidak ada sesuatu pun yang terjadi.

"Jadi Sha, bagaimana rasanya di peluk lagi sama pria kulkas itu? Masih tetap dingin, apa sudah berubah menjadi hangat?" Farah tersenyum usil. Shanum kontan terbatuk-batuk, tersedak kopi yang sedang dia minum. Kopi itu tiba-tiba sebagian berubah arah jadi masuk ke hidungnya. Diva tampak menyipitkan matanya, menatap ke arah kedua sahabatnya.

"Tunggu, ada sesuatu yang kulewatkan di sini. Kau sudah pernah bertemu pria itu?" tanya Diva. Shanum menganggukkan kepalanya sambil meringis. "Bertemu pria tampan seperti Oppa Korea itu, dan aku tidak di beri tahu!" Diva tampak geram, mulutnya merengut. Shanum masih berusaha menguasai rasa perih di hidungnya akibat tersedak. Ia mengusap mulutnya, dan menarik napas dalam.

"Kau...bagaimana kau tahu kalau pria itu yang kuceritakan saat itu?" Shanum tampak bingung melihat Farah bisa menebaknya dengan tepat. "Itu sih kecil." Dia menjentikkan jari kelingkingnya dengan penuh kesombongan. "Dari wajahmu tadi aku langsung tahu, Sha. Kamu itu tidak pernah terlihat terpesona dan segugup itu di hadapan seorang pria mana pun. Dari yang tampan bak dewa sampai yang keriput seperti Aki Ujang, penjaga kampus kita."

Shanum langsung memutar bola matanya. Sungguh perbandingan yang absurd dari seorang Farah. Tim dan Ula tampak mengerutkan keningnya. Sedang Farah masih tersenyum geli sendiri. "Bicara tuh yang benar, kedua orang di depan kita itu jadi bingung. Mereka mana tahu siapa Aki Ujang. Lihat tuh wajah mereka, Oh My God..." Diva tampak terkikik geli sambil memegangi perutnya.

"Astaga, gara-gara Farah nih, bayangan sosok Aki Ujang jadi muncul di pelupuk mata. Wajah tirus keriputnya, dan tubuh kurus keringnya." Shanum mencoba menutup mulutnya, menahan tawanya. "Sudah ah-- jangan tertawa terus, Tim dan Ula nanti cepat tua dari tadi keningnya berkerut terus. Kita pesan lagi saja ya." Farah lalu memanggil pelayan, meminta buku menu.

Tim dan Ula hanya mesem-mesem sendiri melihat tingkah polah ketiga gadis itu. "Eh, Tim--Ula, makanan camilan yang enak apa ya? Ada ide?" Tim melihat buku menu yang disodorkan Farah. "Em, kalian mau yang gurih apa yang manis?" tanya Tim. "Apa saja yang penting enak," jawab Farah dan Diva serempak. "Kalau kamu pilih apa?" Tim menatap Shanum, menunggu jawabannya. "Aku mau yang manis saja." jawab Shanum.

"Ciee...yang habis dapat pelukan manis, maunya merasakan yang manis-manis terus, awas diabetes lho," ledek Diva. "Memang manis ya rasa pelukannya Sha, bukannya dingin," celetuk Farah.

Shanum tampak tersenyum malu dan pasrah menerima ledekan kedua temannya itu. Mereka masih belum puas tampaknya meledek Shanum.

Lalu Tim memanggil pelayan, dan mulai memesan, "Saya mau lima porsi Blini dengan selai keju, diberi lelehan sirup coklat, jangan lupa dengan kaviar ya," pesan Tim. Pelayan itu mencatat pesanannya dan bertanya, apakah mereka mau pesan tambahan minuman. "Kami pesan Kefir, lima gelas," sahut Ula. "Sementara, itu dulu pesanannya, terima kasih." Tim tersenyum sopan pada pelayan itu.

"Jadi yang dipesan itu tadi apa Tim--Ula?" tanya Shanum. Ketiganya tidak mengerti saat Tim dan Ula berbicara dengan pelayan tadi. Mereka menggunakan bahasa setempat, yang tentu saja terasa asing di telinga mereka. "Tadi kami pesan Blini dan Kefir. Blini itu sejenis pancake dengan saus keju dan coklat. Kalian tahu pancake?"

Ketiganya menganggukkan kepala dengan mata berbinar, sudah membayangkan lelehan saus keju dan coklat terasa di mulut. "Dan Kefir itu susu fermentasi dengan akar Kaukasus, sangat sehat. Kalian harus coba, itu minuman terkenal di sini," tambah Ula. "Oke, terima kasih Ula atas penjelasannya. Aku jadi ingin buru-buru merasakannya," ucap Diva terlihat antusias.

"Oh iya, kamu sudah tahu nama pria itu, Sha?" tanya Farah dengan pandangan menyelidik. "Em, belum." Shanum menjawab sambil meringis. "Ampun, bikin geregetan!" Farah mendengus sambil menepuk jidatnya. "Namanya Khan Adrian," jawab Tim sambil tersenyum geli. "Kau tahu Tim?" seloroh Diva.

"Semua orang di negara ini pasti tahu siapa dia," jawab Tim sambil memutar bola matanya. "Maksudmu? Dia orang terkenal begitu?" Diva semakin penasaran. "Iya, dia pria yang memiliki banyak usaha di negara ini dan di negara lain. Kekayaannya tidak akan habis, meski dia membagi-bagikannya setiap hari." Ula menjelaskan sambil mendengus. Ketiga gadis itu melongo, mereka tampak takjub.

"Jadi pria itu orang penting?" tanya Shanum. "Ya, dia miliuner. Tapi pria itu tertutup dan misterius. Dia tidak suka diliput, setahu kami belum pernah ada yang berhasil mewawancarainya," jawab Tim.

"Oh iya, terkait percakapan kita yang tertunda saat piknik tadi, em...terus terang aku juga tidak tahu Shanum. Belum pernah ada kejadian seperti yang kau alami." Tim menjelaskan sambil meringis.

"Aku pernah mendengar dari penjaga kota tua itu kalau ada beberapa orang yang melaporkan mendengar suara-suara misterius. Namun setelah diselidiki tidak ada bukti yang konkret, jadi pengaduan itu dianggap selesai. Apalagi sekarang sudah banyak orang yang tidak peduli dengan hal mistis. Bagi beberapa dari kami sebagai salah satu keturunan suku Mongol pun, ada yang masih mempercayai keberadaan hal-hal di luar nalar itu, namun banyak juga yang tidak." Ula melengkapi penjelasan Tim. "Ula termasuk salah satu yang percaya," ungkap Tim sambil tersenyum smirk.

"Iya, terkadang kita harus percaya bahwa pasti ada sesuatu hal di luar nalar yang hidup berdampingan dengan kita." Ula menatap Shanum dengan mata berkilat dalam, dan itu membuat Shanum mengernyitkan keningnya. Entah mengapa hati kecilnya berkata, ada sesuatu yang di tutupi pria itu.

"Wah--makanan datang. Ayo ah--kita makan dulu. Perutku jadi lapar mendengarkan pembicaraan berat barusan," celetuk Diva. Farah mendengus mendengar ucapan Diva. "Oke, ayo kita makan, mumpung masih hangat," ucap Tim memecah suasana kaku tadi.

Setelah selesai makan, mereka kembali ke hotel. Sepanjang perjalanan Shanum sibuk berpikir. Tanda tanya atas sikap misterius Ula membebani hatinya. Ada sesuatu, dia yakin pria itu menyembunyikan sesuatu. Shanum harus menyelidikinya. "Ya, aku harus bisa bicara empat mata dengan Ula," bisik batinnya.

Di tempat lain, di kediaman Khan Adrian

"Di mana aku?" Pria mabuk yang terkapar di lantai ruang tengah itu tengah menggumam tak jelas, hanya setengah sadar dan berkomat-kamit sendiri ketika dia terjaga, sesuatu yang jarang terjadi akhir-akhir ini. Dia mengeluh karena sebetulnya dia tak ingin terbangun lagi.

Sambil bangkit berdiri dengan limbung, ia berjalan terseok menuju kamar mandi. Ia memandang pantulannya di cermin kamar mandi. Ia memicingkan matanya. Pandangannya masih buram dan kabur.

Ia mengenali sosok di balik janggut panjang, mata bengkak, dan wajah yang suram itu, wajah seorang yang bodoh.

Dengan sisa tenaganya, ia meninju cermin keras-keras, membuat pantulannya ikut pecah berkeping-keping. "Bajingan!" serunya lemah. Buku-buku jarinya yang tergores pecahan cermin mulai berdarah. Tinjunya masih terkepal, tidak ada rasa sakit terlihat di wajahnya. Kemudian ia mulai terisak.

Campuran emosi berkecamuk di dalam dirinya sampai dia tak sanggup berpikir dan bernapas. Rasa nyeri yang teramat sangat merobek dadanya. Seharusnya ia tidak peduli, ia tidak ingin peduli. Sialan! Dia benci saat-saat sadar seperti ini. Menyebalkan--yang diinginkannya hanyalah berhenti berpikir. Jangan pikirkan itu...jangan berpikir...jangan berpikir.

Perutnya terpuntir ketika memikirkan wanita itu, dan kenangan yang muncul setelahnya.

Dia mencoba mencari alasan, untuk tidak mencerna apa pun, namun otaknya tidak mau diajak bekerja sama. Dia berbalik dan meninggalkan kamar mandi tanpa membersihkan pecahan-pecahan kaca. Dia tidak peduli, meski seisi rumahnya hancur.

Setelah memutuskan bahwa ia perlu duduk, ia berjalan sempoyongan dan duduk di pinggir tempat tidur. Tangan yang tadi penuh luka gores sekarang perlahan mulai menutup. Dia memang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan luka di dirinya.

Suara tawanya tiba-tiba membahana di ruangan itu. "Miris--sangat miris, kau bisa menyembuhkan luka di tubuhmu, tapi luka di hati ini kenapa tak kunjung sembuh. Katakan...mengapa? Sudah lebih dari lima ratus tahun luka ini tetap berdarah dan bernanah. Katakan! Mengapa?" teriaknya.

Seketika alisnya berkerut, ia teringat gadis itu saat memeluknya, menghirup wangi tubuhnya, mengacaukan pikirannya--dan hatinya. Ia kembali merasakan kenangan lama yang seharusnya sudah terkubur dalam. Gadis itu, memanggil suara-suara di kepalanya yang membuatnya gila dan rasa nyeri di dadanya membunuhnya. "Pengecut! Kau mengacaukan segalanya! Hadapi itu!"

Masalahnya, dia tidak dapat menghadapi pikirannya yang campur aduk. Kemarahan, kebingungan, keputusasaan, sakit hati, semuanya menyerangnya bertubi-tubi, menghancurkannya. Dia menghela napas, lalu kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Sementara pandangannya mulai gelap, bagian kecil jiwanya mulai bangkit ke permukaan.

"Kau tidak mungkin begini terus. Bangunlah! Temukan gadis itu! Seharusnya kau sudah tidak bisa lagi merasakan cinta. Hatimu sudah mengeras, bagai batu. Namun gadis itu, Shanum...Shasha, ia ingin memanggilnya dengan sebutan itu."

Kemudian keputusasaan merayapinya, tepat ketika kekosongan yang dicarinya menelannya bulat-bulat, menghentikan segala pikiran, memotong segala resahnya. Akhirnya disambutnya kegelapan itu, pria itu kehilangan kesadaran dan membiarkan bayang-bayang gadis itu membawa jiwanya.

Episodes
1 Chapter 1 Mimpi
2 Chapter 2 Golden Horde
3 Chapter 3 Pengakuan Ibu
4 Chapter 4 Pertemuan
5 Chapter 5 Kota Kuno
6 Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7 Chapter 7 Kenangan
8 Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9 Chapter 9 Kalung Cahaya
10 Chapter 10 Yang Tersembunyi
11 Chapter 11 Klan Altan
12 Chapter 12 Kota Para Penyihir
13 Chapter 13 Dalam Pelarian
14 Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15 Chapter 15 Masa Lalu
16 Chapter 16 Penebusan
17 Chapter 17 Klan Batbayar
18 Chapter 18 Hanya Padamu
19 Chapter 19 Pilihan Shanum
20 Chapter 20 Kejujuran
21 Chapter 21 Sang Pelacak
22 Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23 Chapter 23 Penganiayaan
24 Chapter 24 Garis Darah
25 Chapter 25 Melihat Masa Depan
26 Chapter 26 Kekuatan Elemental
27 Chapter 27 Pukulan Telak
28 Chapter 28 Perlawanan
29 Chapter 29 Kebenaran
30 Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31 Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32 Chapter 32 Tetua Klan
33 Chapter 33 Kebohongan
34 Chapter 34 Ingin Melupakan
35 Chapter 35 Cemburu
36 Chapter 36 Pulang
37 Chapter 37 Rencana Terselubung
38 Chapter 38 Nasihat Ayah
39 Chapter 39 Kembali ke Kampus
40 Chapter 40 Menolak Terlibat
41 Chapter 41 Arti Persahabatan
42 Chapter 42 Hari Tanpamu
43 Chapter 43 Pengagum Rahasia
44 Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45 Chapter 45 Bersandiwara
46 Chapter 46 Berita Mengejutkan
47 Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48 Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49 Chapter 49 Penyesalan
50 Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51 Chapter 51 Menjauh
52 Chapter 52 Kehilangan
53 Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54 Chapter 54 Tambatan Hati
55 Chapter 55 Mantra Kuno
56 Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57 Chapter 57 Saat Bersamamu
58 Chapter 58 Khan Versus Reno
59 Chapter 59 Pendatang Baru
60 Chapter 60 Serangan Bola Api
61 Chapter 61 Menguasai Keadaan
62 Chapter 62 Rasa Posesif
63 Chapter 63 Merancang Strategi
64 Chapter 64 Keinginan Khan
65 Chapter 65 Penyamaran
66 Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67 Chapter 67 Kekuatan Alam
68 Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69 Chapter 69 Pertarungan Sengit
70 Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71 Chapter 71 Klan Bataar
72 Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73 Chapter 73 Kekuatan Ayah
74 Chapter 74 Pandangan Ibu
75 Chapter 75 Perpisahan
76 Chapter 76 Merasa Hampa
77 Chapter 77 Pembawa Berita
78 Chapter 78 Luruh Lunglai
79 Chapter 79 Terluka Melihatmu
80 Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81 Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82 Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83 Chapter 83 Dinding Penghalang
84 Chapter 84 Penyangkalan
85 Chapter 85 Mengamuk
86 Chapter 86 Menyingkir
87 Chapter 87 Mengenal Kembali
88 Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89 Chapter 89 Kecurigaan
90 Chapter 90 Kemarahan Eej
91 Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92 Chapter 92 Racun Helm Iblis
93 Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94 Chapter 94 Pernikahan Sementara
95 Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96 Chapter 96 Terkejut
97 Chapter 97 Penjelasan Khan
98 Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99 Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100 Chapter 100 Pernikahan Impian
101 Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102 Chapter 102 Status Baru
103 Chapter 103 Pria Cantik
104 Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105 Chapter 105 Bercak Hitam
106 Chapter 106 Pertukaran
107 Chapter 107 Klan Erebos
108 Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109 Chapter 109 Mencari Kelemahan
110 Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111 Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112 Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113 Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114 Chapter 114 Kepercayaan
115 Chapter 115 Senyum Kebohongan
116 Chapter 116 Misi
117 Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118 Chapter 118 Menemukanmu
119 Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120 Chapter 120 Keluarga
121 Chapter 121 Keterbukaan
122 Chapter 122 Pasangan Terbaik
123 Chapter 123 Perang Pertama
124 Chapter 124 Perang Kedua
125 Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126 Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127 Chapter 127 Silsilah Rumit
128 Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129 Chapter 129 Duongan Sakhai
130 Chapter 130 Terkuak
131 Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132 Chapter 132 Keputusan Shanum
133 Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134 Chapter 134 Dalam Mimpi
135 Chapter 135 Tanah Air
136 Chapter 136 Keajaiban Kecil
137 Chapter 137 Sahabat Sejati
138 Chapter 138 Menuju Akhir
139 Chapter 139 Tentang Mereka
140 Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141 Chapter 141 Akhir Kisah
142 Extra Chapter 1
143 Extra Chapter 2
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Chapter 1 Mimpi
2
Chapter 2 Golden Horde
3
Chapter 3 Pengakuan Ibu
4
Chapter 4 Pertemuan
5
Chapter 5 Kota Kuno
6
Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7
Chapter 7 Kenangan
8
Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9
Chapter 9 Kalung Cahaya
10
Chapter 10 Yang Tersembunyi
11
Chapter 11 Klan Altan
12
Chapter 12 Kota Para Penyihir
13
Chapter 13 Dalam Pelarian
14
Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15
Chapter 15 Masa Lalu
16
Chapter 16 Penebusan
17
Chapter 17 Klan Batbayar
18
Chapter 18 Hanya Padamu
19
Chapter 19 Pilihan Shanum
20
Chapter 20 Kejujuran
21
Chapter 21 Sang Pelacak
22
Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23
Chapter 23 Penganiayaan
24
Chapter 24 Garis Darah
25
Chapter 25 Melihat Masa Depan
26
Chapter 26 Kekuatan Elemental
27
Chapter 27 Pukulan Telak
28
Chapter 28 Perlawanan
29
Chapter 29 Kebenaran
30
Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31
Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32
Chapter 32 Tetua Klan
33
Chapter 33 Kebohongan
34
Chapter 34 Ingin Melupakan
35
Chapter 35 Cemburu
36
Chapter 36 Pulang
37
Chapter 37 Rencana Terselubung
38
Chapter 38 Nasihat Ayah
39
Chapter 39 Kembali ke Kampus
40
Chapter 40 Menolak Terlibat
41
Chapter 41 Arti Persahabatan
42
Chapter 42 Hari Tanpamu
43
Chapter 43 Pengagum Rahasia
44
Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45
Chapter 45 Bersandiwara
46
Chapter 46 Berita Mengejutkan
47
Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48
Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49
Chapter 49 Penyesalan
50
Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51
Chapter 51 Menjauh
52
Chapter 52 Kehilangan
53
Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54
Chapter 54 Tambatan Hati
55
Chapter 55 Mantra Kuno
56
Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57
Chapter 57 Saat Bersamamu
58
Chapter 58 Khan Versus Reno
59
Chapter 59 Pendatang Baru
60
Chapter 60 Serangan Bola Api
61
Chapter 61 Menguasai Keadaan
62
Chapter 62 Rasa Posesif
63
Chapter 63 Merancang Strategi
64
Chapter 64 Keinginan Khan
65
Chapter 65 Penyamaran
66
Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67
Chapter 67 Kekuatan Alam
68
Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69
Chapter 69 Pertarungan Sengit
70
Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71
Chapter 71 Klan Bataar
72
Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73
Chapter 73 Kekuatan Ayah
74
Chapter 74 Pandangan Ibu
75
Chapter 75 Perpisahan
76
Chapter 76 Merasa Hampa
77
Chapter 77 Pembawa Berita
78
Chapter 78 Luruh Lunglai
79
Chapter 79 Terluka Melihatmu
80
Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81
Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82
Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83
Chapter 83 Dinding Penghalang
84
Chapter 84 Penyangkalan
85
Chapter 85 Mengamuk
86
Chapter 86 Menyingkir
87
Chapter 87 Mengenal Kembali
88
Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89
Chapter 89 Kecurigaan
90
Chapter 90 Kemarahan Eej
91
Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92
Chapter 92 Racun Helm Iblis
93
Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94
Chapter 94 Pernikahan Sementara
95
Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96
Chapter 96 Terkejut
97
Chapter 97 Penjelasan Khan
98
Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99
Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100
Chapter 100 Pernikahan Impian
101
Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102
Chapter 102 Status Baru
103
Chapter 103 Pria Cantik
104
Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105
Chapter 105 Bercak Hitam
106
Chapter 106 Pertukaran
107
Chapter 107 Klan Erebos
108
Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109
Chapter 109 Mencari Kelemahan
110
Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111
Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112
Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113
Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114
Chapter 114 Kepercayaan
115
Chapter 115 Senyum Kebohongan
116
Chapter 116 Misi
117
Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118
Chapter 118 Menemukanmu
119
Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120
Chapter 120 Keluarga
121
Chapter 121 Keterbukaan
122
Chapter 122 Pasangan Terbaik
123
Chapter 123 Perang Pertama
124
Chapter 124 Perang Kedua
125
Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126
Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127
Chapter 127 Silsilah Rumit
128
Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129
Chapter 129 Duongan Sakhai
130
Chapter 130 Terkuak
131
Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132
Chapter 132 Keputusan Shanum
133
Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134
Chapter 134 Dalam Mimpi
135
Chapter 135 Tanah Air
136
Chapter 136 Keajaiban Kecil
137
Chapter 137 Sahabat Sejati
138
Chapter 138 Menuju Akhir
139
Chapter 139 Tentang Mereka
140
Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141
Chapter 141 Akhir Kisah
142
Extra Chapter 1
143
Extra Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!