Chapter 8 Seribu Pertanyaan

"Tidak! Hentikan...Tidaaak!" Dengan raungan dari jiwanya yang tercabik oleh kepedihan, Shanum tersentak bangun. Sekujur tubuhnya basah oleh peluh, napasnya menderu, ia tersengal-sengal. Selama beberapa saat lamanya, Shanum merasa tubuh dan pikirannya lumpuh.

Ketakutan...syok...kesedihan...silih berganti menekan dadanya dan hampir mencekiknya. Kedua temannya sudah berada di sisinya. Diva memegang tangannya sambil sesekali mengusap bahunya. "Kau mimpi lagi Sha?" Farah bertanya sambil menatapnya prihatin, wajahnya tampak sedih. "Mau cerita?" tanya Diva lembut.

"A--ku kacau balau...aku bingung, karena di mimpi kali ini aku--aku..." Ia menjelaskan sambil terbata-bata, matanya tampak berkaca-kaca. "Aku merasakan semua kesakitan, kekecewaan dan ketakutan itu. Hal itu teramat sakit, dan aku tak kuasa menghentikannya..."

Shanum menahan isakan yang nyaris meledak keluar kembali. Dia ingat wanita itu, riap-riap rambut yang sangat hitam hingga warnanya tampak biru, seperti rambutnya sendiri. Mata yang ujungnya mencuat dan berwarna hitam berkilau.

Wanita itu berada di sana, dia berdiri di belakang wanita itu bagai bayangan. "Kenapa aku bisa merasakan perasaannya? Kenapa?" Shanum mengusap wajahnya, ia tampak meracau. "Sha, shh...hei, jika kau tidak sanggup untuk menceritakannya tidak apa-apa. Kami mengerti Sha," ucap Diva.

"Sebentar...aku ambilkan air dulu ya." Farah bergegas ke meja bulat di pojok ruangan, mengambil salah satu air mineral kemasan yang terdapat di sana. Kemudian ia memberikannya pada Shanum. Dia meminum air tersebut sampai tandas, tenggorokannya yang sangat kering terasa segar setelahnya. Napasnya pun mulai teratur, tampak mulai tenang.

Farah dan Diva masih menatapnya penasaran, menunggu kelanjutan lisannya. Pandangan Shanum tampak menerawang, tubuhnya berada di kamar itu, tapi ruhnya seakan-akan tidak berada di sana.

"*Aku tiba-tiba berdiri di tengah suatu ruangan, ruangan itu sangat luas. Ada sebuah singgasana di sana, dan di atasnya duduk seorang laki-laki paruh baya dengan penampilan seorang petinggi. Pakaiannya terlihat kuno, dengan jubah panjang berwarna hitam dengan sulur-sulur keemasan. Di samping kiri dan kanannya ada meja-meja berderet rapi, berisi orang-orang yang tengah duduk di belakang meja tersebut. Di hadapanku ada seorang wanita yang sedang berdiri di tengah ruangan juga.

Aku merasakan sesuatu, apa ini? Rasa ketakutan, siapa yang memiliki perasaan ini, apakah aku? Lalu aku melihat orang-orang di hadapan kami berbisik-bisik, kemudian terdengar suara ketukan. Suara-suara itu mendadak menghilang, ruangan menjadi hening. Pria yang terlihat seperti petinggi itu kemudian melihat ke arah kami, dia tampak tersenyum sombong*.

"*Sarnai, para tetua sudah memutuskan, kau tidak boleh berhubungan kembali dengan Khan. Khan adalah calon pemimpin Klan, sedang kau tidak sepadan untuknya. Kali ini Dewan akan melepasmu, dan membiarkan kau beserta keluargamu hidup tenang, dengan syarat kau dan keluargamu jauh-jauh dari Khan. Jika tidak, kau beserta keluargamu akan menerima hukuman di penjara untuk selamanya, dan aku akan memastikannya.

"Apakah kau mengerti Sarnai?" Pria itu menatapnya dengan tajam, suaranya terdengar keras. Sarnai mendongakkan kepalanya kemudian menganggukkan kepalanya. Pria itu tampak puas melihatnya.

"Bawa dia keluar dari ruangan ini," perintah pria itu pada seorang pria di sampingnya. Pria yang menerima perintah itu kemudian berbicara dengan orang lain*.

Wanita di depanku ini ternyata bernama Sarnai. Tiba-tiba ia menoleh ke belakang, tampak gelisah, wajahnya pucat bagaikan mayat, tatapannya kosong. Aku merasakan gejolak dalam perasaannya, rasa pedih, amarah, ketidakadilan, semuanya tumpang *tindih.

Aku dapat merasakan apa yang dirasakannya, dan itu membuatku kaget. Apakah ia menyadari keberadaanku? Tapi tidak ada reaksi bahwa dia tahu aku ada di sana.

Kemudian ruangan itu memudar, aku mengerjapkan mataku, dan melihat Sarnai sedang berlari-lari, lalu ia bersembunyi di salah satu sudut bangunan. Entah apa yang membuatnya begitu, dan mengapa aku tetap setia mengikutinya, setiap ia berlari aku ikut berlari, ia berjalan pelan aku ikut juga.

Aku selalu berada di belakangnya, tampak seperti bayangannya. Saat ini Sarnai melihat secara sembunyi-sembunyi ke arah jalanan di hadapannya. Setelah dirasanya sudah aman ia mulai kembali berlari, dan sampai ke depan sebuah tenda bulat berwarna putih. Aku kaget, penampakan di hadapanku ini--adalah sebuah Ger, tenda tradisional khas suku Mongolia. Seperti yang pernah kulihat di kota tua itu.

Lalu aku melihat Sarnai dihadang oleh sesosok pria. Pria ini--mataku terbelalak syok, mulutku melongo, aku melihat Khan Adrian berdiri dihadapanku. Aku memicingkan mataku, betul...itu dia. Wajahnya tampak lebih muda. Rambutnya juga panjang dan diikat. Aku menatap wajah tampannya, ya--itu benar-benar dia, aku tak mungkin salah. Oh Tuhan, apakah ini sebuah lelucon, tolong katakan! karena menurutku ini tidaklah lucu.

"Khan..." Sarnai mengucapkan namanya dengan suara pelan. Bahkan namanya pun sama, Sarnai memanggilnya Khan. Aku meneliti keseluruhan wajahnya, aku sungguh penasaran. Bagaimana bisa, ia ada di dalam mimpiku? "Apa kabar Nai, mengapa wajahmu nampak kaget begitu? Seperti melihat hantu saat bertemu denganku."

Dia bertanya pada Sarnai sambil tersenyum. "Sebaiknya kita tidak bicara di sini." Sarnai mulai bergerak berjalan ke arah jalan setapak, entah menuju kemana, diikuti oleh Khan di sebelahnya.

Sarnai tetap menundukkan kepalanya sambil berjalan, ia tidak tampak menoleh sedikit pun ke arah Khan. Ketika mereka berjalan menyusuri jalan setapak itu, aku menyadari beberapa tatapan penasaran dan penuh dugaan dari orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Namun mereka berdua tetap melangkah dalam diam.

Saat tiba di sebuah tempat yang sepi, tak terlihat satu orang pun, Sarnai berhenti--kemudian ia menatap ke wajah Khan Adrian. Dia hanya menatap, masih tak mengeluarkan suara apa pun. Posisiku sekarang bisa berada di samping Sarnai.

Syukurlah aku sekarang bisa bebas bergerak kemana saja sesuka hatiku. Aku dapat melihat wajah mereka dari dekat, dan bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. "Nai, aku mau minta maaf, aku baru tahu kalau kau ternyata dipanggil para tetua. Kenapa kau tidak mencariku dan mengatakannya?" tanya Khan.

Sarnai tidak menjawab, ia melangkah ke arah pinggiran sungai di dekat tempat ini dan melihat sepanjang alirannya. "Nai, kenapa kau diam saja. Katakan sesuatu?" Khan bergerak mendekatinya, kemudian tiba-tiba merengkuhnya ke dalam pelukan. Sarnai diam membatu, ia tetap tidak bergerak sedikit pun, tubuhnya tampak bergetar. Kemudian dia melepas pelukan Khan. "Nai..." Khan masih bertanya sambil mengernyitkan keningnya.

Mungkin ia bingung, apa yang terjadi dengan Sarnai. "Apa yang dikatakan dewan, ceritakan padaku?" Sarnai menggelengkan kepalanya," Aku tidak perlu mengatakannya padamu." "Mengapa tidak perlu? Apa alasannya, apa kau diancam, Nai?" Khan kemudian mencoba mengusap pipinya, Sarnai tersentak, dan ia menepisnya*."

"*Alasannya tidak penting Khan." "Apa maksudmu? Mengapa menjadi tidak penting?" tanya Khan bertanya bingung.

"Bagiku sekarang sudah tidak penting Khan. Tolong jangan tanyakan lagi." Khan Adrian terlihat semakin kalut, jawaban ambigu yang dilontarkan Sarnai membuatnya gelisah. Sesuatu membuatnya cemas, karena saat ini ia tidak bisa membaca maksud pikiran wanita itu secara tepat.

"Jadi apa maumu sekarang, Nai?" Khan menantangnya dengan geram. Api di mata pria itu membuat Sarnai merasa takut--bukan api amarah, melainkan sesuatu yang terlihat sebagai kekecewaan. Dan rasa putus asa juga karena sejak tadi ia tidak menjelaskan kepada pria itu.

Sarnai berusaha menatap pria itu dengan pandangan tak terbaca, datar tanpa emosi. Meski sebenarnya di dalam dirinya terkurung rasa pilu yang menyesakkan dadanya. Pria itu memiliki segalanya, kekayaan, kekuasaan, harga diri, pengaruh. Pria itu menguasai dunia. Pria itu pernah memberinya kebahagiaan.

Aku mengerjap. Aku bisa merasakan apa yang berkecamuk di pikiran Sarnai--sungguh bertolak belakang dengan apa yang diucapkannya. "Maafkan aku Khan, aku tidak bisa lagi menjalin hubungan denganmu." Sarnai tiba-tiba berkata.

Khan memicingkan matanya. "Jangan," perintah Khan, suaranya pelan dan mengancam. "Jangan menghinaku lebih jauh dengan berdusta." Khan tampak mengepalkan tangannya. "Aku tidak berdusta, aku mengatakan yang sebenarnya." Sarnai menatap mata Khan dengan berani.

"Mengapa?" tanya Khan lirih. "Kita sangat berbeda Khan-bagaikan langit dan bumi. Aku bumi dan kau langit. Kita tidak akan pernah bisa bersatu," jawab Sarnai.

"Kata siapa? Apakah kata dewan?" Khan mencoba kembali memancing Sarnai untuk mengakuinya. "Tidak Khan, tak perlu dewan mengucapkannya pun sudah terlihat jelas di depan mata." Sarnai masih menutupinya.

"Ah--Itu pikiran picik, tidak ada batas langit dan bumi jika keduanya sama-sama saling menginginkan. Kita sudah menjalani ini cukup lama. Apakah itu tidak ada artinya untukmu, Nai?" tanya Khan. Sarnai menggelengkan kepalanya.

Khan memejamkan matanya, kemudian ia tertawa lirih. "Nai, tolong katakan padaku kalau gelengan kepalamu tadi hanya bercanda. Kau tidak serius kan?" tanya Khan. "Tidak, aku serius," jawab Sarnai tegas.

Mata Khan yang biasanya dihangatkan oleh cinta ketika menatapnya, kali ini terlihat keras dan tajam. Otot rahangnya nyaris mencuat akibat marah. Cuping hidung Khan mengembang. "Kau mengatakan cinta padaku. Apakah itu juga palsu?" bentak pria itu.

Sarnai tertawa. "Cinta saja tidak akan cukup Khan. Aku hanya rakyat jelata. Terimalah." Sarnai tampak mengertakkan giginya."Itu cukup bagiku, Nai. Yang lain tidak berarti. Kita akan menjalani ini bersama-sama. Aku akan melakukan segalanya, bahkan melepas gelarku, jika itu bisa membuatmu kembali kepadaku," teriak Khan.

Sarnai mengerjap-ngerjap untuk menahan air mata yang menggenang dan hampir tumpah. Dia merasa Khan telah menyiksanya habis-habisan dengan kata-katanya itu.

Tepat saat Sarnai merasa bahwa dirinya tak mungkin mencintai pria itu lebih besar daripada yang dirasakannya sekarang, Khan telah melakukan sesuatu yang membuatnya jatuh cinta lebih dalam lagi. Khan bersedia melepas apa yang ia dapatkan sejak lahir, gelarnya...untuk dirinya.

Sarnai terpana, dia menatap Khan, terlalu mengenal setiap garis, lekuk, dan sudut tajam wajahnya. Dia akan merindukan wajah itu di kemudian hari. "Khan, aku punya permintaan." ucapnya lirih.

"Tidak. Kau tidak berniat memberi apa yang kuinginkan. Mengapa aku harus melakukan sesuatu untukmu?" Sarnai tersenyum miris mendengar kata-kata Khan. Ia tahu Khan peduli akan dirinya. Pria itu tidak akan mencarinya jika tidak demikian.

Di balik kemarahan dan penolakan kasar Khan, entah bagaimana Sarnai tahu bahwa pria itu akan melakukan hal ini untuknya. Untuk itulah dia harus berkorban. Dia akan pergi meninggalkan pria itu. Ia akan melindungi pria itu, ia tidak akan membiarkan Khan menghancurkan kehidupannya demi dirinya.

"Dengar! Aku sama sekali tidak peduli! Meski seluruh dunia menentang kita. Kau adalah milikku, selamanya harus menjadi istriku." Khan mengucapkan lagi dengan lantang. Dia mengatupkan mulutnya rapat-rapat, dan menatap Sarnai tajam. Sarnai merasa tali jerat sudah melingkari lehernya, dan pintu jebakan telah terbuka.

"Tidak mungkin," bisik Sarnai. Kemudian ia tertawa kaku, "Bodoh sekali kau*, Khan. Aku ternyata berhasil. Ya, kau adalah korban penipuanku yang paling berhasil. Kau mungkin berniat akan menentang aturan klan, dan menikahiku. Tapi untuk apa semua itu, tidak ada gunanya. Karena kau akan sendirian, aku tidak akan bersedia. Dan aku tidak pernah mencintaimu, Khan. Itu dusta, aku hanya ingin dapat membuktikan kepada orang-orang bahwa aku, Sarnai, wanita jelata mampu menaklukkan Khan yang mulia."

"Jangan, Nai." Khan tampak syok, wajahnya pucat. Dia tampak tidak terima dengan ucapan Sarnai. Aku yang mendengarnya ikut sedih, Oh Tuhan...sungguh berat untuk Sarnai, dan sangat sakit untuk Khan.

"Jangan apa? Jangan jujur kepadamu? Sejak awal kau adalah mangsaku. Semua kata-kata manis yang keluar dari bibirku itu racun. Apakah kau benar-benar mengira aku mau tetap bersamamu, melakukan apa pun yang kau inginkan, selama yang kau mau? Tidak Khan, aku sekarang mulai bosan, dan permainan ini sudah selesai. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi. Aku akan mulai mencari pria lain, yang bisa menjadi korbanku."

"*Kau bohong. Aku tidak percaya dengan kata-katamu." Khan menatap Sarnai dengan mata memicing dan rahang menegang, ia menatapnya dengan tajam. "Terserah saja, itu kata-kata paling jujur yang pernah kuucapkan kepadamu." Sarnai berusaha menjawab tanpa keraguan. "Baik, jika itu maumu." Khan membuang pandangannya. Dia tampak ingin pergi jauh-jauh dari Sarnai. Keningnya tampak berkerut, bibirnya menipis, dan matanya tanpa binar, terlihat remuk redam.

Aku merasakan sesuatu berdenyut di dalam hatinya. Aku merasakan cairan hangat perlahan bergerak menuruni pipiku. Membawa kepedihan yang tak terkira untuknya. Perasaanku meluap, aku ingin merengkuh pria itu dalam pelukanku*.

"*Khan, ada satu permintaan lagi," ucap Sarnai. Khan berhenti lalu berbalik, dan hati Sarnai nyaris hancur melihat ekspresi datar di wajah pria itu. "Jangan mencariku lagi," kata Sarnai pelan dengan wajah tak terbaca. Khan mengangguk sekilas sebelum kembali melangkah, meninggalkan tempat itu. Tempat yang sunyi dengan suara gemericik air sungai yang terdengar.

Bersama kepergian pria itu, Sarnai merasa dirinya tersesat, air mata yang sedari tadi ditahannya kini berusaha membebaskan diri. Namun jika ia menangis sekarang, demi semua hal yang telah hilang darinya, ia takut tidak akan bisa berhenti. Khan tidak pernah akan tahu seberapa besar pemberiannya untuk Sarnai, tidak akan pernah tahu apa yang di deritanya setelah berdusta lalu menyuruhnya pergi*.

*Saat ini, Sarnai membenci dirinya sendiri karena telah jatuh cinta pada pria itu, karena telah memberikan kekuasaan kepada pria itu untuk menghancurkan hatinya. Dan dia juga tahu, kalau ia sudah ikut mematahkan hati pria itu. Namun dia harus melakukannya, jarak itu terlalu lebar untuk diseberangi. Semua ini demi yang terbaik, semua ini demi Khan. Dia ingin Khan tetap dengan semua gelar yang menyertainya. Dia harus naik tahta, ia terlahir untuk itu, untuk memimpin klannya. Membawa rakyatnya ke arah yang lebih baik.

Sarnai mencintainya, dengan segenap hati dan jiwa. Dia akan tetap mencintainya hingga napas terakhirnya, bahkan jika ia dilahirkan kembali. "Maafkan aku, Khan." Sarnai jatuh terduduk di atas tanah. Telapak tangannya memegang wajahnya, dan ia tak kuasa lagi menahan tangis. Aku juga ikut terduduk di atas tanah, di sampingnya, ikut menangisi kehilangannya*.

Kemudian aku berada di tempat lain, aku melihat kembali mimpi saat wanita yang ternyata Sarnai sedang terikat dan di siksa oleh seorang wanita sadis. Wajah cantiknya dirusak oleh sebuah pisau. Aku mulai mengerti maksud mimpi ini. Potongan-potongannya mulai membentuk satu cerita yang utuh.

Shanum telah selesai bercerita. Diva dan Farah tampak tercengang. Wajah mereka seakan tak percaya. Diva bahkan sedang mengusap lelehan air mata dengan jarinya. "Jadi Sha, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Farah. Shanum beranjak dari kasur, ia melangkah ke arah jendela. Menatap pemandangan pagi yang indah di Astrakhan.

"Aku tidak tahu, Farah. Apa yang harus kulakukan setelah ini. Karena aku juga belum tahu, apa peranku dalam kehidupan Sarnai dan Khan Adrian. Mengapa aku harus ada di sana? Banyak pertanyaan yang belum terjawab." Shanum kemudian menoleh, menatap kedua sahabatnya.

"Kalian percaya pada ceritaku kan? Tidak berpikir kalau aku semakin kehilangan kewarasanku?" "Kalau kami menganggap semua ini hanyalah kegilaan, untuk apa kami sekarang berada di sini, di tempat yang jauh dari rumah, bersamamu," cemooh Farah.

"Iya Sha, kami ingin kau dapat menemukan tabir di balik mimpimu itu," timpal Diva. Shanum tersenyum, ia bahagia memiliki kedua teman di hadapannya ini. Biarlah, untuk selanjutnya ia memasrahkan pada takdir yang akan menuntunnya.

Episodes
1 Chapter 1 Mimpi
2 Chapter 2 Golden Horde
3 Chapter 3 Pengakuan Ibu
4 Chapter 4 Pertemuan
5 Chapter 5 Kota Kuno
6 Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7 Chapter 7 Kenangan
8 Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9 Chapter 9 Kalung Cahaya
10 Chapter 10 Yang Tersembunyi
11 Chapter 11 Klan Altan
12 Chapter 12 Kota Para Penyihir
13 Chapter 13 Dalam Pelarian
14 Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15 Chapter 15 Masa Lalu
16 Chapter 16 Penebusan
17 Chapter 17 Klan Batbayar
18 Chapter 18 Hanya Padamu
19 Chapter 19 Pilihan Shanum
20 Chapter 20 Kejujuran
21 Chapter 21 Sang Pelacak
22 Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23 Chapter 23 Penganiayaan
24 Chapter 24 Garis Darah
25 Chapter 25 Melihat Masa Depan
26 Chapter 26 Kekuatan Elemental
27 Chapter 27 Pukulan Telak
28 Chapter 28 Perlawanan
29 Chapter 29 Kebenaran
30 Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31 Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32 Chapter 32 Tetua Klan
33 Chapter 33 Kebohongan
34 Chapter 34 Ingin Melupakan
35 Chapter 35 Cemburu
36 Chapter 36 Pulang
37 Chapter 37 Rencana Terselubung
38 Chapter 38 Nasihat Ayah
39 Chapter 39 Kembali ke Kampus
40 Chapter 40 Menolak Terlibat
41 Chapter 41 Arti Persahabatan
42 Chapter 42 Hari Tanpamu
43 Chapter 43 Pengagum Rahasia
44 Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45 Chapter 45 Bersandiwara
46 Chapter 46 Berita Mengejutkan
47 Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48 Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49 Chapter 49 Penyesalan
50 Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51 Chapter 51 Menjauh
52 Chapter 52 Kehilangan
53 Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54 Chapter 54 Tambatan Hati
55 Chapter 55 Mantra Kuno
56 Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57 Chapter 57 Saat Bersamamu
58 Chapter 58 Khan Versus Reno
59 Chapter 59 Pendatang Baru
60 Chapter 60 Serangan Bola Api
61 Chapter 61 Menguasai Keadaan
62 Chapter 62 Rasa Posesif
63 Chapter 63 Merancang Strategi
64 Chapter 64 Keinginan Khan
65 Chapter 65 Penyamaran
66 Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67 Chapter 67 Kekuatan Alam
68 Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69 Chapter 69 Pertarungan Sengit
70 Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71 Chapter 71 Klan Bataar
72 Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73 Chapter 73 Kekuatan Ayah
74 Chapter 74 Pandangan Ibu
75 Chapter 75 Perpisahan
76 Chapter 76 Merasa Hampa
77 Chapter 77 Pembawa Berita
78 Chapter 78 Luruh Lunglai
79 Chapter 79 Terluka Melihatmu
80 Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81 Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82 Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83 Chapter 83 Dinding Penghalang
84 Chapter 84 Penyangkalan
85 Chapter 85 Mengamuk
86 Chapter 86 Menyingkir
87 Chapter 87 Mengenal Kembali
88 Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89 Chapter 89 Kecurigaan
90 Chapter 90 Kemarahan Eej
91 Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92 Chapter 92 Racun Helm Iblis
93 Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94 Chapter 94 Pernikahan Sementara
95 Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96 Chapter 96 Terkejut
97 Chapter 97 Penjelasan Khan
98 Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99 Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100 Chapter 100 Pernikahan Impian
101 Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102 Chapter 102 Status Baru
103 Chapter 103 Pria Cantik
104 Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105 Chapter 105 Bercak Hitam
106 Chapter 106 Pertukaran
107 Chapter 107 Klan Erebos
108 Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109 Chapter 109 Mencari Kelemahan
110 Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111 Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112 Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113 Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114 Chapter 114 Kepercayaan
115 Chapter 115 Senyum Kebohongan
116 Chapter 116 Misi
117 Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118 Chapter 118 Menemukanmu
119 Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120 Chapter 120 Keluarga
121 Chapter 121 Keterbukaan
122 Chapter 122 Pasangan Terbaik
123 Chapter 123 Perang Pertama
124 Chapter 124 Perang Kedua
125 Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126 Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127 Chapter 127 Silsilah Rumit
128 Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129 Chapter 129 Duongan Sakhai
130 Chapter 130 Terkuak
131 Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132 Chapter 132 Keputusan Shanum
133 Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134 Chapter 134 Dalam Mimpi
135 Chapter 135 Tanah Air
136 Chapter 136 Keajaiban Kecil
137 Chapter 137 Sahabat Sejati
138 Chapter 138 Menuju Akhir
139 Chapter 139 Tentang Mereka
140 Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141 Chapter 141 Akhir Kisah
142 Extra Chapter 1
143 Extra Chapter 2
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Chapter 1 Mimpi
2
Chapter 2 Golden Horde
3
Chapter 3 Pengakuan Ibu
4
Chapter 4 Pertemuan
5
Chapter 5 Kota Kuno
6
Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7
Chapter 7 Kenangan
8
Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9
Chapter 9 Kalung Cahaya
10
Chapter 10 Yang Tersembunyi
11
Chapter 11 Klan Altan
12
Chapter 12 Kota Para Penyihir
13
Chapter 13 Dalam Pelarian
14
Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15
Chapter 15 Masa Lalu
16
Chapter 16 Penebusan
17
Chapter 17 Klan Batbayar
18
Chapter 18 Hanya Padamu
19
Chapter 19 Pilihan Shanum
20
Chapter 20 Kejujuran
21
Chapter 21 Sang Pelacak
22
Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23
Chapter 23 Penganiayaan
24
Chapter 24 Garis Darah
25
Chapter 25 Melihat Masa Depan
26
Chapter 26 Kekuatan Elemental
27
Chapter 27 Pukulan Telak
28
Chapter 28 Perlawanan
29
Chapter 29 Kebenaran
30
Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31
Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32
Chapter 32 Tetua Klan
33
Chapter 33 Kebohongan
34
Chapter 34 Ingin Melupakan
35
Chapter 35 Cemburu
36
Chapter 36 Pulang
37
Chapter 37 Rencana Terselubung
38
Chapter 38 Nasihat Ayah
39
Chapter 39 Kembali ke Kampus
40
Chapter 40 Menolak Terlibat
41
Chapter 41 Arti Persahabatan
42
Chapter 42 Hari Tanpamu
43
Chapter 43 Pengagum Rahasia
44
Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45
Chapter 45 Bersandiwara
46
Chapter 46 Berita Mengejutkan
47
Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48
Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49
Chapter 49 Penyesalan
50
Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51
Chapter 51 Menjauh
52
Chapter 52 Kehilangan
53
Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54
Chapter 54 Tambatan Hati
55
Chapter 55 Mantra Kuno
56
Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57
Chapter 57 Saat Bersamamu
58
Chapter 58 Khan Versus Reno
59
Chapter 59 Pendatang Baru
60
Chapter 60 Serangan Bola Api
61
Chapter 61 Menguasai Keadaan
62
Chapter 62 Rasa Posesif
63
Chapter 63 Merancang Strategi
64
Chapter 64 Keinginan Khan
65
Chapter 65 Penyamaran
66
Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67
Chapter 67 Kekuatan Alam
68
Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69
Chapter 69 Pertarungan Sengit
70
Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71
Chapter 71 Klan Bataar
72
Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73
Chapter 73 Kekuatan Ayah
74
Chapter 74 Pandangan Ibu
75
Chapter 75 Perpisahan
76
Chapter 76 Merasa Hampa
77
Chapter 77 Pembawa Berita
78
Chapter 78 Luruh Lunglai
79
Chapter 79 Terluka Melihatmu
80
Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81
Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82
Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83
Chapter 83 Dinding Penghalang
84
Chapter 84 Penyangkalan
85
Chapter 85 Mengamuk
86
Chapter 86 Menyingkir
87
Chapter 87 Mengenal Kembali
88
Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89
Chapter 89 Kecurigaan
90
Chapter 90 Kemarahan Eej
91
Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92
Chapter 92 Racun Helm Iblis
93
Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94
Chapter 94 Pernikahan Sementara
95
Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96
Chapter 96 Terkejut
97
Chapter 97 Penjelasan Khan
98
Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99
Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100
Chapter 100 Pernikahan Impian
101
Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102
Chapter 102 Status Baru
103
Chapter 103 Pria Cantik
104
Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105
Chapter 105 Bercak Hitam
106
Chapter 106 Pertukaran
107
Chapter 107 Klan Erebos
108
Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109
Chapter 109 Mencari Kelemahan
110
Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111
Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112
Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113
Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114
Chapter 114 Kepercayaan
115
Chapter 115 Senyum Kebohongan
116
Chapter 116 Misi
117
Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118
Chapter 118 Menemukanmu
119
Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120
Chapter 120 Keluarga
121
Chapter 121 Keterbukaan
122
Chapter 122 Pasangan Terbaik
123
Chapter 123 Perang Pertama
124
Chapter 124 Perang Kedua
125
Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126
Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127
Chapter 127 Silsilah Rumit
128
Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129
Chapter 129 Duongan Sakhai
130
Chapter 130 Terkuak
131
Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132
Chapter 132 Keputusan Shanum
133
Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134
Chapter 134 Dalam Mimpi
135
Chapter 135 Tanah Air
136
Chapter 136 Keajaiban Kecil
137
Chapter 137 Sahabat Sejati
138
Chapter 138 Menuju Akhir
139
Chapter 139 Tentang Mereka
140
Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141
Chapter 141 Akhir Kisah
142
Extra Chapter 1
143
Extra Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!