Chapter 9 Kalung Cahaya

Shanum menatap sepanjang perjalanan yang dilalui oleh mobil mereka menuju Itinenary berikutnya, yaitu Lembah Lotus. Sepanjang jalan dia asyik melamun. Setelah mimpi yang dialaminya, Shanum berubah menjadi lebih pendiam. Hal ini disadari oleh kedua sahabatnya. Mereka mengerti dan tak pernah bosan untuk menghiburnya.

Mereka telah sampai di Lembah Lotus, lembah ini membentang lebih dari seribu hektar. Lautan bunga pink--putih pucat yang tak berujung tepat di atas air, membuat takjub. Mereka beruntung dapat melihat musim mekar lotus yang hanya mekar setahun sekali. Tim mengatakan, menurut adat setempat lotus adalah simbol kemurnian, lotus melambangkan semua waktu yang ada; sekarang, masa lalu dan masa depan.

Shanum langsung mengabadikan suasana itu dengan kameranya. Dia sibuk mencari spot foto yang unik dan bagus. Berkali-kali terlihat dia membidikkan kameranya.

Kemudian mereka dipandu oleh Tim menuju sebuah gazebo berwarna putih berbentuk Rotundas. Gazebo jenis ini memiliki atap berbentuk melingkar menyerupai kubah. Di sisi kanan gazebo, terdapat tanaman rambat jenis Honeysuckle, dengan bunga berwarna putih dan kuning. "Kita duduk di sini dulu ya, aku mau membeli tiket perahu terlebih dahulu." Tim dan Ula kemudian meninggalkan kami di sana.

"Suasananya cantik sekali, kita berpose dulu ya di sini," ucap Diva. "Ayo, di mana ponselnya?" sahut Farah. Shanum menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keduanya temannya, mereka sama-sama suka berpose. Seharusnya mereka menjadi model saja, karena sangat natural di depan kamera. Tak lama Tim dan Ula kembali. "Tim, kita belum foto di sini. Ayo semua ikut, Ula juga," seru Farah. Lalu Tim meminta salah satu pekerja lembah itu untuk mengambil foto mereka.

Setelahnya, mereka berlima menuju dermaga tempat sebuah perahu kayu di tambatkan. Perahu itu berukuran sedang, satu perahu memiliki kapasitas sepuluh hingga lima belas penumpang. Namun isi perahu mereka saat itu hanya oleh mereka saja, tidak ada penumpang lain. Mereka naik ke perahu, sebelum naik seluruh penumpang diberikan pelampung untuk dipakai sebagai standar dasar keselamatan.

Perahu itu membelah sungai yang di kiri--kanannya terdapat bunga Lotus. "Tim, apakah aku boleh berdiri di buritan kapal ?" tanya Shanum. Tim langsung menanyakan pada kru kapal, salah satu kru bilang boleh asal tidak bersandar di pagar pembatas. Shanum menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah diberi izin, dia menuju buritan kapal.

Angin berhembus sangat kencang menerbangkan rambutnya. Shanum mengerjapkan mata, ia terpesona melihat pemandangan di buritan kapal yang sangat indah. Ia dapat melihat riak-riak air yang membelah kapal, dan suara halus mesin kapal yang memecah keheningan. Shanum mendekati salah satu tiang, dia memegangnya sambil memejamkan kedua matanya.

Merasakan hembusan angin menerpa wajah, mengusap kulitnya oleh hawa sejuk, dan wangi aliran air bercampur harum bunga lotus ikut terasa di udara. Membawa serta kedamaian di seluruh sudut hatinya.

Tiba-tiba Shanum mendengar suara bisikan di telinganya. Dia langsung membuka matanya, dan melihat sekelilingnya, mencari asal bisikan tersebut. Namun tidak ada siapa pun di buritan kapal ini, hanya ada dirinya. Shanum mendengar lagi suara bisikan, dia mencoba menajamkan seluruh inderanya. "Сонгогдсон хүн дахин төрсөн." Shanum terpaku, dia tidak mengerti artinya.

Seharusnya gadis itu merasa takut, namun anehnya tidak ada setitik pun rasa itu di pikiran dan hatinya. Dia mencoba mengikuti lafal bisikan itu, kemudian menyimpannya dalam ingatan. Mungkin nanti dia bisa mendapatkan arti kata-kata itu dari Tim atau Ula.

"Sha, ayo kembali. Kita sudah hampir merapat di dermaga," panggil Farah. Panggilan itu menghentikan bisikan-bisikan yang didengarnya. Shanum menoleh ke arah Farah dan menganggukkan kepalanya. Dia bergegas menuju ke bagian tengah kapal, bergabung kembali dengan teman-temannya.

Mereka turun satu persatu dari kapal, kondisi kapal yang bergoyang membuat mereka harus hati-hati menapakkan kaki. Jika salah pijak, bisa tergelincir, dan jatuh ke dalam sungai. Yang pertama kali turun adalah Tim, kemudian disusul Shanum, setelah itu Diva. "Diva ayo cepat turun, lama sekali sih," teriak Farah tidak sabar.

"Iya bawel--ini juga sudah mau turun, tapi kapalnya goyang-goyang terus jadi oleng kan, aku takut jatuh." Diva menjawab sambil mendengus, dia kesal dipaksa harus segera turun. "Sini aku bantu." Shanum menyodorkan tangannya dari bawah. Namun di sebelah tangan Shanum, ada tangan lain yang menyodorkan tangannya juga ke arah Diva. Salah seorang kru kapal menawarkan untuk membantu Diva turun dari kapal.

Diva kaget melihat pria itu. Penampakannya yang terlihat tampan sempat membuatnya melongo sesaat. Pria itu tersenyum menatap Diva. Matanya yang berwarna biru itu membuatnya terpukau. Diva terlihat ingin sekali mengambil tangan pria itu bukannya tangan Shanum.

Dia menoleh ke arah Shanum dan mengeluarkan senyum tipis permohonan maafnya, lalu mengambil tangan pria tampan itu, dan menggenggamnya erat. Shanum yang melihat hal itu terkekeh geli, dia segera menarik tangannya, dan mengerti arti tatapan mata temannya itu.

"Ya ampun, dasar genit! Tukang kapal dilirik juga," ledek Farah. Diva tetap dengan posisinya memegang erat tangan pria itu, dan tak mengacuhkan ledekan Farah. Diva fokus turun dari kapal dibantu oleh pria itu. Sesampainya di bawah Diva mengucapkan terima kasih sambil tersenyum malu-malu.

Setelah tiba giliran Farah, ia turun dengan tangkas dari atas kapal, Farah tidak perlu dibantu oleh siapa pun. Gadis itu tampak mengernyitkan keningnya melihat Diva masih asyik mengobrol dengan pria bermata biru itu.

Farah mendekati keduanya, lalu berkata "Sorry, Om tampan, my friend wants to be taken first. We'll talk later." Farah memotong percakapan mereka sambil tersenyum manis. "Jangan tebar pesona melulu, yang lain sudah menunggu tuh." Farah berbisik sambil langsung menarik tangan Diva. Pria bermata biru itu tampak menganggukkan kepalanya dan tetap tersenyum. Meski bahasa Farah barusan campur aduk tidak karuan.

"Hei, jangan tarik-tarik begitu, sakit tahu!" Diva berusaha melepaskan diri dari tarikan tangan Farah. "Kamu ganggu saja deh, tidak bisa melihat temennya bahagia sih," ucap Diva kesal sambil memonyongkan bibirnya.

"Ishh... kalau suka sama pria tuh lihat-lihat. Tukang kapal kok dilirik juga, modalnya pasti cuma tampang saja. Cari pria itu yang berbobot begitu. Kaya Shanum tuh, tebar pesona langsung yang bobotnya paling bergengsi--prianya miliuner," oceh Farah.

"Biar saja, suka-suka aku dong. Bilang saja kamu iri, wee..." Diva tampak memeletkan lidahnya, ia tidak terima dengan ucapan Farah. "Enak saja, siapa yang iri, jauh ya dari selera aku. Pria begitu sih, banyak di pasaran, kurang mutunya." Farah menjawab sambil tersenyum sombong.

Shanum yang mendengarkan adu mulut antara Diva dan Farah hanya bisa menghembuskan napas, dan menepuk jidatnya. Mereka berdua sudah sering membuatnya malu dengan kelakuan absurd mereka. Namun apa mau dikata, mereka sahabat terbaik yang dia miliki.

Tim dan Ula yang sudah mulai paham dengan kelakuan kedua gadis itu hanya bisa tersenyum geli. Menurut mereka tingkah laku keduanya menjadi hiburan tersendiri buat mereka. "Terus kita mau kemana lagi, Tim?" tanya Shanum. "Kalau kalian masih mau berkeliling lembah ini boleh saja. Kita bisa lanjut jalan lagi," jawab Tim.

"Kita menyusuri pinggir sungai ini saja dulu boleh kan Tim?" sahut Shanum. "Masih ada beberapa spot foto yang mau kupotret," tambahnya. "Boleh, ayo..." Tim memimpin jalan mereka di depan dengan Shanum berada di sebelahnya. Sedang Farah dan Diva berada di barisan kedua, dan Ula berjalan di barisan belakang.

"Em...Tim, boleh aku bertanya." Shanum melirik Tim dengan pandangan ragu. "Tentu saja boleh, selama aku bisa menjawabnya, pasti akan aku jawab." " Begini Tim, aku pernah mendengar kata-kata ini Сонгогдсон хүн дахин төрсөн. Apakah kau tahu artinya Tim?" Pria itu menghentikan langkahnya, ia menatap Shanum dengan heran. Wajahnya tampak kaget.

"Di mana kau mendengar kata-kata itu? Itu bahasa Mongolia, artinya yang terpilih sudah terlahir kembali," ucap Tim. "Kau serius Tim, artinya itu? Shanum kembali bertanya. "Iya. Kau belum menjawab pertanyaanku Shanum, di mana kau mendengarnya?" selidik Tim. Shanum terdiam, ia tidak dapat menjawabnya. Tidak mungkin ia menjawab bisikan angin yang mengatakan padanya, bisa-bisa Tim akan menganggapnya gila.

"Em...aku hanya pernah mendengar ada yang mengatakannya entah di mana. Aku mengira bahasa itu menarik, aku pernah mendengar kau juga sesekali berbicara dengan Ula. Jadi aku tiba-tiba mengingatnya di kepalaku, dan langsung bertanya padamu," jawab Shanum sambil tersenyum manis. Tim tampak mengulum senyum, ia kembali melanjutkan langkahnya, sepertinya ia percaya dengan jawaban Shanum.

Shanum tampak lega, Tim tidak terlihat curiga lagi. "Iya, sampai saat ini kami masih tetap melestarikan penggunaan bahasa itu di lingkungan kami," jawab Tim dengan bangga.

"Tim-Shanum, boleh berhenti dulu kah? Mulai susah ini melangkahnya, kakinya pegal," teriak Diva. Tim dan Shanum menoleh ke belakang mereka, ternyata kedua gadis itu sudah berdiri lumayan jauh dari mereka. Keduanya menunjuk ke sebuah gazebo di dekat mereka.

"Baik, kita istirahat dulu ya." Tim mengajak Shanum menuju ke sana. Saat sampai di pintu masuk gazebo, suara ponsel Shanum terdengar. Dia menaruh tas, dan kamera di bangku dalam gazebo, lalu segera mengambil ponsel. Shanum menitipkan tas dan kameranya pada Farah, dan permisi untuk menjawab panggilan telepon dari ayah. Ayah dan ibu memang tak pernah lepas memantaunya lewat ponsel, bertanya tentang keadaannya, dan kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Saat sedang bercerita, ia tanpa sadar bergerak kembali ke arah pinggiran sungai.

Kejadian itu terjadi begitu cepat, satu saat Shanum masih berdiri di pinggir sungai sambil berbicara dengan ponselnya, namun beberapa detik kemudian ia menghilang dari tempat itu. Ada suara jeritan yang terdengar, dan suara keras akibat benda jatuh ke dalam air. Keempat orang itu serempak melihat ke arah suara jeritan. Mereka melihat seseorang tampak berlari menjauh dari lokasi terakhir Shanum berada.

"Itu suara Shanum, apa yang terjadi? Hei Farah, tunggu!" Diva ikut mengejar Farah yang sudah berlari terlebih dahulu. Ula dan Tim menyusul di belakang mereka. Saat mereka semua sampai di pinggir sungai, mereka dikejutkan oleh orang yang berlari sangat cepat dari arah samping. Tiba-tiba orang itu langsung terjun ke dalam sungai. Keempatnya saling berpandangan, suara tanya tercetus di dalam pikiran mereka masing-masing. Siapa orang yang terjun ke dalam sungai itu? Di mana Shanum? Apakah dia terjatuh ke dalam sungai?

"Oh Tuhan, Shanum...jangan-jangan dia jatuh ke sungai?" tanya Diva sambil membekap mulutnya. Kalian tadi melihat Shanum jatuh kah?" tanya Farah. Mereka semua menggelengkan kepalanya. Tadi mereka asyik menikmati makanan yang dibawa Ula, jadi tidak terlalu memperhatikan Shanum.

Orang yang terjun tadi masih terlihat menyelam mencari sesuatu, ia berulang kali muncul ke permukaan untuk menarik napas. "Tim aku lapor ke bagian keamanan dulu ya. Aku curiga dengan orang yang tadi berlari ke arah sana itu," ucap Ula. Ula langsung berlari meninggalkan mereka. "Kalian berdua bisa tunggu di sini kan, aku juga mau memanggil tenaga medis, untuk berjaga-jaga." Tim juga bilang akan pergi mencari pertolongan. Diva dan Farah hanya bisa menganggukkan kepala, mereka terpaksa menunggu.

"Kenapa lama sekali ya Farah. Bukannya Sha itu bisa berenang? Kalau dia tercebur, harusnya kan dia bisa langsung muncul ke permukaan dan berenang ke tepi. Benarkah yang sedang dicari pria itu, Shanum? Kalau bukan Sha, terus ia kemana? Masa bisa hilang begitu saja?" Diva bertanya bertubi-tubi. Farah menghembuskan napasnya, ia tampak gelisah.

"Aku tadi dengar jeritan Shanum, cuma aku ragu dia jatuh ke sungai apa diculik orang. Tapi kalau diculik, masa pergerakannya cepat sekali sih, kecuali yang menculiknya sejenis dedemit," jawab Farah. "Issh...jangan bicara sembarangan, serem tahu." Diva melotot pada Farah. Di antara mereka bertiga, Diva memang yang paling penakut, jadi kurang suka dengan hal-hal yang berbau mistis.

"Omong-omong...siapa pria itu ya?" tanya Diva. Farah memicingkan matanya, ia tampak berpikir sejenak. "Em, sepertinya aku tahu siapa dia?" gumam Farah. Diva menoleh ke arah Farah, keningnya tampak berkerut mendengar ucapan Farah. "Mengapa Farah bisa tahu, padahal wajah pria itu saja tidak terlihat jelas dari tempat mereka berdiri," ungkap Diva dalam hati.

Sementara itu, Shanum yang berada di dalam sungai masih mencoba berenang ke permukaan. Namun anehnya kaki dan tangan sebelah kanannya tidak bisa digerakkan. Dia mencoba untuk tidak panik, meski ia tahu bahwa nyawanya berada di ujung tanduk. Setelah mencoba terus tanpa hasil, ia mulai pasrah.

Di dalam sungai ini begitu gelap, tertutup oleh banyaknya bunga lotus di permukaan. Shanum memejamkan matanya, di tengah kepasrahannya, ia terbayang wajah ayah dan ibunya. Kemudian wajah Khan Adrian. Entah mengapa ia teringat juga dengan pria itu. Pria yang muncul dalam mimpi tak masuk akalnya.

Pria yang membuatnya berdebar, dan kehilangan kata-kata. Shanum ingin bertemu lagi dengannya. Di antara keinginan yang berkecamuk di batinnya, ia merasakan aliran panas mulai muncul perlahan di leher dan telapak tangan kanannya. Membuatnya merasa ada sesuatu yang akan meledak di dalam dadanya. "Apakah ini tanda-tanda ia akan segera meninggalkan dunia ini," ungkap batinnya. Shanum merasa tidak rela, menurutnya masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Mendadak muncul cahaya terang yang memancar di kegelapan sungai itu. Pria yang menyelam mencari gadis itu terpana sesaat. Dia melihat gadis itu ternyata berada tak jauh darinya. Mata gadis itu terpejam, ia mengambang dikelilingi untaian cahaya. Gadis itu terlihat sangat cantik. Cahaya yang berasal dari lehernya itu bagai untaian mutiara yang bersinar indah. Begitu pula cahaya dari telapak tangan kanannya.

Cahaya itu telah menyelamatkan gadis itu, menuntunnya menuju sang gadis. Setelah sebelumnya ia terus berputar-putar dalam kegelapan sungai. Pria itu lalu memeluknya, dan menariknya ke permukaan. Shanum masih bisa merasakan ada sesuatu yang begitu erat memeluk tubuhnya, mendekap kuat namun tetap lembut memegang telapak tangannya. Dia tersenyum bahagia dalam hati, karena merasakan suatu kedamaian di dalam pelukan itu. Setelah itu akhirnya Shanum menyerah, dan kehilangan kesadarannya.

Episodes
1 Chapter 1 Mimpi
2 Chapter 2 Golden Horde
3 Chapter 3 Pengakuan Ibu
4 Chapter 4 Pertemuan
5 Chapter 5 Kota Kuno
6 Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7 Chapter 7 Kenangan
8 Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9 Chapter 9 Kalung Cahaya
10 Chapter 10 Yang Tersembunyi
11 Chapter 11 Klan Altan
12 Chapter 12 Kota Para Penyihir
13 Chapter 13 Dalam Pelarian
14 Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15 Chapter 15 Masa Lalu
16 Chapter 16 Penebusan
17 Chapter 17 Klan Batbayar
18 Chapter 18 Hanya Padamu
19 Chapter 19 Pilihan Shanum
20 Chapter 20 Kejujuran
21 Chapter 21 Sang Pelacak
22 Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23 Chapter 23 Penganiayaan
24 Chapter 24 Garis Darah
25 Chapter 25 Melihat Masa Depan
26 Chapter 26 Kekuatan Elemental
27 Chapter 27 Pukulan Telak
28 Chapter 28 Perlawanan
29 Chapter 29 Kebenaran
30 Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31 Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32 Chapter 32 Tetua Klan
33 Chapter 33 Kebohongan
34 Chapter 34 Ingin Melupakan
35 Chapter 35 Cemburu
36 Chapter 36 Pulang
37 Chapter 37 Rencana Terselubung
38 Chapter 38 Nasihat Ayah
39 Chapter 39 Kembali ke Kampus
40 Chapter 40 Menolak Terlibat
41 Chapter 41 Arti Persahabatan
42 Chapter 42 Hari Tanpamu
43 Chapter 43 Pengagum Rahasia
44 Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45 Chapter 45 Bersandiwara
46 Chapter 46 Berita Mengejutkan
47 Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48 Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49 Chapter 49 Penyesalan
50 Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51 Chapter 51 Menjauh
52 Chapter 52 Kehilangan
53 Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54 Chapter 54 Tambatan Hati
55 Chapter 55 Mantra Kuno
56 Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57 Chapter 57 Saat Bersamamu
58 Chapter 58 Khan Versus Reno
59 Chapter 59 Pendatang Baru
60 Chapter 60 Serangan Bola Api
61 Chapter 61 Menguasai Keadaan
62 Chapter 62 Rasa Posesif
63 Chapter 63 Merancang Strategi
64 Chapter 64 Keinginan Khan
65 Chapter 65 Penyamaran
66 Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67 Chapter 67 Kekuatan Alam
68 Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69 Chapter 69 Pertarungan Sengit
70 Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71 Chapter 71 Klan Bataar
72 Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73 Chapter 73 Kekuatan Ayah
74 Chapter 74 Pandangan Ibu
75 Chapter 75 Perpisahan
76 Chapter 76 Merasa Hampa
77 Chapter 77 Pembawa Berita
78 Chapter 78 Luruh Lunglai
79 Chapter 79 Terluka Melihatmu
80 Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81 Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82 Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83 Chapter 83 Dinding Penghalang
84 Chapter 84 Penyangkalan
85 Chapter 85 Mengamuk
86 Chapter 86 Menyingkir
87 Chapter 87 Mengenal Kembali
88 Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89 Chapter 89 Kecurigaan
90 Chapter 90 Kemarahan Eej
91 Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92 Chapter 92 Racun Helm Iblis
93 Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94 Chapter 94 Pernikahan Sementara
95 Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96 Chapter 96 Terkejut
97 Chapter 97 Penjelasan Khan
98 Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99 Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100 Chapter 100 Pernikahan Impian
101 Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102 Chapter 102 Status Baru
103 Chapter 103 Pria Cantik
104 Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105 Chapter 105 Bercak Hitam
106 Chapter 106 Pertukaran
107 Chapter 107 Klan Erebos
108 Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109 Chapter 109 Mencari Kelemahan
110 Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111 Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112 Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113 Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114 Chapter 114 Kepercayaan
115 Chapter 115 Senyum Kebohongan
116 Chapter 116 Misi
117 Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118 Chapter 118 Menemukanmu
119 Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120 Chapter 120 Keluarga
121 Chapter 121 Keterbukaan
122 Chapter 122 Pasangan Terbaik
123 Chapter 123 Perang Pertama
124 Chapter 124 Perang Kedua
125 Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126 Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127 Chapter 127 Silsilah Rumit
128 Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129 Chapter 129 Duongan Sakhai
130 Chapter 130 Terkuak
131 Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132 Chapter 132 Keputusan Shanum
133 Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134 Chapter 134 Dalam Mimpi
135 Chapter 135 Tanah Air
136 Chapter 136 Keajaiban Kecil
137 Chapter 137 Sahabat Sejati
138 Chapter 138 Menuju Akhir
139 Chapter 139 Tentang Mereka
140 Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141 Chapter 141 Akhir Kisah
142 Extra Chapter 1
143 Extra Chapter 2
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Chapter 1 Mimpi
2
Chapter 2 Golden Horde
3
Chapter 3 Pengakuan Ibu
4
Chapter 4 Pertemuan
5
Chapter 5 Kota Kuno
6
Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7
Chapter 7 Kenangan
8
Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9
Chapter 9 Kalung Cahaya
10
Chapter 10 Yang Tersembunyi
11
Chapter 11 Klan Altan
12
Chapter 12 Kota Para Penyihir
13
Chapter 13 Dalam Pelarian
14
Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15
Chapter 15 Masa Lalu
16
Chapter 16 Penebusan
17
Chapter 17 Klan Batbayar
18
Chapter 18 Hanya Padamu
19
Chapter 19 Pilihan Shanum
20
Chapter 20 Kejujuran
21
Chapter 21 Sang Pelacak
22
Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23
Chapter 23 Penganiayaan
24
Chapter 24 Garis Darah
25
Chapter 25 Melihat Masa Depan
26
Chapter 26 Kekuatan Elemental
27
Chapter 27 Pukulan Telak
28
Chapter 28 Perlawanan
29
Chapter 29 Kebenaran
30
Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31
Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32
Chapter 32 Tetua Klan
33
Chapter 33 Kebohongan
34
Chapter 34 Ingin Melupakan
35
Chapter 35 Cemburu
36
Chapter 36 Pulang
37
Chapter 37 Rencana Terselubung
38
Chapter 38 Nasihat Ayah
39
Chapter 39 Kembali ke Kampus
40
Chapter 40 Menolak Terlibat
41
Chapter 41 Arti Persahabatan
42
Chapter 42 Hari Tanpamu
43
Chapter 43 Pengagum Rahasia
44
Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45
Chapter 45 Bersandiwara
46
Chapter 46 Berita Mengejutkan
47
Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48
Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49
Chapter 49 Penyesalan
50
Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51
Chapter 51 Menjauh
52
Chapter 52 Kehilangan
53
Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54
Chapter 54 Tambatan Hati
55
Chapter 55 Mantra Kuno
56
Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57
Chapter 57 Saat Bersamamu
58
Chapter 58 Khan Versus Reno
59
Chapter 59 Pendatang Baru
60
Chapter 60 Serangan Bola Api
61
Chapter 61 Menguasai Keadaan
62
Chapter 62 Rasa Posesif
63
Chapter 63 Merancang Strategi
64
Chapter 64 Keinginan Khan
65
Chapter 65 Penyamaran
66
Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67
Chapter 67 Kekuatan Alam
68
Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69
Chapter 69 Pertarungan Sengit
70
Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71
Chapter 71 Klan Bataar
72
Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73
Chapter 73 Kekuatan Ayah
74
Chapter 74 Pandangan Ibu
75
Chapter 75 Perpisahan
76
Chapter 76 Merasa Hampa
77
Chapter 77 Pembawa Berita
78
Chapter 78 Luruh Lunglai
79
Chapter 79 Terluka Melihatmu
80
Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81
Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82
Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83
Chapter 83 Dinding Penghalang
84
Chapter 84 Penyangkalan
85
Chapter 85 Mengamuk
86
Chapter 86 Menyingkir
87
Chapter 87 Mengenal Kembali
88
Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89
Chapter 89 Kecurigaan
90
Chapter 90 Kemarahan Eej
91
Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92
Chapter 92 Racun Helm Iblis
93
Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94
Chapter 94 Pernikahan Sementara
95
Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96
Chapter 96 Terkejut
97
Chapter 97 Penjelasan Khan
98
Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99
Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100
Chapter 100 Pernikahan Impian
101
Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102
Chapter 102 Status Baru
103
Chapter 103 Pria Cantik
104
Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105
Chapter 105 Bercak Hitam
106
Chapter 106 Pertukaran
107
Chapter 107 Klan Erebos
108
Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109
Chapter 109 Mencari Kelemahan
110
Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111
Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112
Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113
Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114
Chapter 114 Kepercayaan
115
Chapter 115 Senyum Kebohongan
116
Chapter 116 Misi
117
Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118
Chapter 118 Menemukanmu
119
Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120
Chapter 120 Keluarga
121
Chapter 121 Keterbukaan
122
Chapter 122 Pasangan Terbaik
123
Chapter 123 Perang Pertama
124
Chapter 124 Perang Kedua
125
Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126
Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127
Chapter 127 Silsilah Rumit
128
Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129
Chapter 129 Duongan Sakhai
130
Chapter 130 Terkuak
131
Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132
Chapter 132 Keputusan Shanum
133
Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134
Chapter 134 Dalam Mimpi
135
Chapter 135 Tanah Air
136
Chapter 136 Keajaiban Kecil
137
Chapter 137 Sahabat Sejati
138
Chapter 138 Menuju Akhir
139
Chapter 139 Tentang Mereka
140
Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141
Chapter 141 Akhir Kisah
142
Extra Chapter 1
143
Extra Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!