Chapter 12 Kota Para Penyihir

Seluruh tubuh Shanum menegang. "Aku tidak percaya, jangan pernah berbohong padaku." Pria itu tampak serius, mata keemasannya menatap gadis itu tajam. Seakan-akan dia ingin mengetahui apa yang tersimpan dalam pikiran Shanum. Jika dia mengatakan dengan jujur lebih jauh lagi, apakah gadis itu akan tetap tinggal, atau dia akan lari karena takut. "Kali ini aku tidak berbohong, aku mengatakan kebenarannya."

"Mengapa? Kenapa aku?" Shanum menggosokkan tangan ke wajahnya. Lalu dia menatap Khan, ekspresi wajahnya tak terduga. "Aku tidak tahu, Shasha. Dari awal kau sudah membangkitkan insting melindungi di diriku. Kau tahu saat kau tenggelam aku memang berada di sana. Aku mengikutimu, mengamatimu, aku ingin tahu tentangmu. Dan saat kau mengunjungi taman itu, aku sekaligus bernostalgia. Sudah lama aku tidak menikmati musim mekarnya Lotus. Bunga itu mengingatkanku pada seseorang."

Khan tampak menatap Shanum, tapi matanya kosong, ia seperti berada di tempat lain. Hati Shanum terasa tercubit, dia merasa tidak suka pria itu sedang mengingat seseorang saat bersamanya. Hatinya tahu, pria itu sedang mengingat seorang wanita.

"Em, Adri, tentang ucapanmu, bahwa aku dalam bahaya. Apakah ada bukti tentang itu?" Saat Shanum bersuara, pria itu tersadar dari lamunannya. "Ya, aku melihat seorang pria mendorongmu ke sungai." Mendadak kepala gadis itu terasa pusing. Shanum kembali teringat saat dia tenggelam. Dia tampak meneguk ludahnya, wajahnya pucat pasi. "Shasha, kau baik-baik saja?" Shanum tidak mendengar pertanyaan itu. Benaknya penuh oleh memori mengerikan saat berada di dalam sungai.

"Aku tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kananku. Aku semakin tenggelam jauh ke dasar, napasku terasa tercekik." Shanum tampak semakin pucat, wajahnya mulai membiru. Khan Adrian langsung bergerak menarik tangan Shanum. Dia menepuk-nepuk pipinya. "Hei...hei, kau sudah selamat. Aku menolongmu, kau ingat. Shasha, tarik napas dalam. Yah...begitu, kau sudah aman, kau ada di rumahku sekarang."

Shanum menarik napas dalam, warna wajahnya berangsur-angsur terlihat normal. Tapi dia masih tampak lemas, tubuhnya di papah oleh Khan. Pria itu membawanya ke sofa. "Apa yang terjadi padaku?" tanyanya. "Kau terkena serangan panik. Tenggelam saat itu meninggalkan trauma mendalam di dirimu. Kau harus mencari pertolongan, jika tidak hal itu akan menggerogoti kewarasanmu."

Gadis itu tersenyum getir, dia tampak menelan ludahnya. "Kau tahu, aku sebenarnya tidaklah normal. Aku sudah terbiasa mengalami peristiwa yang traumatis." Khan mengerutkan alisnya, ia bingung.

Shanum berusaha menggerakkan lidahnya dan dengan susah payah, berhasil mengatakan, "Sejak usia tujuh belas tahun aku sudah di hantui mimpi. Mimpi berulang tentang seorang wanita. Aku mendengar wanita itu dipanggil dengan sebutan Sarnai."

Shanum mengawasi pria itu, melihat reaksinya. Pria itu mengernyit seakan-akan Shanum baru saja menonjoknya; rahangnya tampak mengeras, matanya berkilat. "Dari mana kau tahu nama itu?" Jika Shanum mengira tadi pria itu marah, itu hanya karena gadis tersebut belum melihat pria itu benar-benar marah. "Aku tahu dari mimpiku," ungkap Shanum. "Siapa kau sebenarnya?" bentak pria itu. Pria itu menarik tangannya dan mencengkeramnya. "Lepaskan!" Shanum berusaha melepaskan diri dari cengkeraman itu.

"Jangan bergerak!" raung pria itu. Shanum berhenti bergerak. Dia nyaris tidak memperhatikan ketika pria itu menjangkau senjata yang muncul entah dari mana. Pikirannya agak melambung saat imajinasinya digenapi kehadiran sebilah pedang mengesankan. Hingga, dengan gerakan luwes pergelangan tangannya, pria itu menodongkan senjata mematikan itu kepadanya.

Shanum terpana, tidak menyangka akan berada di bawah ancaman pedang. "Apa yang harus kulakukan?" ucap suara batinnya.

"Jangan berpikir untuk mengalihkanku," pria itu menggeram. "Apa maksudmu?" tanya Shanum, agak tersentak. Tepat pada saat itu pintu terbuka dengan keras. Pria kedua, berambut hitam, menghambur masuk ke ruangan. Shanum memanfaatkan situasi itu, ia menepis pedang tersebut. Kemudian ia membalik posisinya, tangan pria itu kini di kunci oleh salah satu jurus bela dirinya, dan dia mengarahkan pedang itu ke arah leher Khan Adrian. "Jangan bergerak, jika tidak aku akan menggores pedang ini di lehernya." Shanum melihat ke arah pria yang baru saja masuk.

Pria yang baru saja masuk itu berhenti melangkah, dia terpaku melihat pedang di leher Khan. Pedang itu tidak lepas sedikit pun dari leher Khan. Pegangan gadis itu pada gagang pedang terlihat mantap. Khan merasakan perlahan cairan menetes di lehernya, ia menatap gadis itu dengan takjub.

"Jangan pernah lakukan itu padaku! Aku tahu siapa kau Yang Mulia Khan Adrian. Aku juga melihatmu dalam mimpiku, bersama Sarnai." Shanum menggertakkan giginya, tampak geram. Mata Khan Adrian terbelalak, wajahnya terlihat tak percaya. Pria itu menutup matanya, lalu membuka kembali mata itu, dan Shanum terpana. Kedua bola mata keemasan itu memancarkan rasa pedih yang tak dapat ditutupi lagi. Keseluruhan wajahnya memperlihatkan suatu kesakitan yang teramat dalam, dia berusaha mengalihkan pandangannya.

Namun Shanum melihatnya, sontak dia menjauhkan pedang itu dari leher Khan. Dia melemparkan jauh-jauh benda itu, seakan-akan tangannya terbakar saat memegangnya. Lalu Shanum menatap pria itu, ia mundur beberapa langkah, menjaga jaraknya. Pria lain yang berada di ruangan itu, langsung mengambil pedang itu.

Khan Adrian menyadarinya, melihat pergerakan pria itu melalui lirikan matanya. "Tinggalkan kami, Dario," perintah Khan Adrian. Pria yang bernama Dario itu berhenti melangkah, ia tidak berkata apa pun, hanya menunduk hormat lalu keluar dari ruangan itu.

Khan menatap Shanum, matanya tak lepas darinya. Gadis itu hampir tidak dapat menahan dorongan untuk memeluk pria itu, meski dia sudah berusaha menyakitinya tadi. Tangannya masih terasa sakit akibat cengkeraman itu, Shanum mengusap-usap tangannya.

"Aku juga tidak tahu mengapa aku mendapatkan mimpi itu. Karenanya aku datang ke kota ini, untuk mencari jawaban," ungkap Shanum. Khan tampak melengos, dia mengangkat salah satu tangannya. "Tolong tinggalkan aku sendiri! Aku tidak ingin membicarakan hal ini sekarang. Tidak saat ini. Mungkin tidak akan pernah." Mereka saling memandang tanpa suara dengan tatapan menilai.

Kemudian, dengan alasan yang tak bisa dijelaskannya, terdorong oleh kekuatan yang tak mampu ditahannya, Shanum bergerak mendekati pria itu. Kali ini pria itu yang mundur. Dia lalu berbalik, secara halus ia mengatakan pada gadis itu untuk pergi dari ruangan itu. Shanum menggelengkan kepalanya getir, bimbang dengan pilihannya, tetap di ruangan ini atau keluar dari sini. Namun Shanum sadar, ia telah diusir, dengan satu gerakan pelan, Shanum keluar dari ruangan kerja itu.

Segera setelah pintu terayun menutup, kedua kaki Shanum lunglai dan gadis itu jatuh berlutut, jantungnya berdentum-dentum menyakitkan dalam dadanya. Air mata tampak menetes di pipinya, dia mencoba menghapusnya. Namun cairan bening itu terus turun tanpa bisa ditahan.

Tiba-tiba Shanum merasakan seseorang menunduk di hadapannya, dan mengusap bahunya. Shanum mendongak, melihat Farah sedang menatap sendu ke arahnya. Shanum tak kuasa menahan dirinya lagi, ia langsung berdiri, lalu menarik Farah kepelukannya, dia menangis terisak-isak di bahu Farah.

"Shh...Sha, ayo kita ke kamar. Jangan di sini ya, Diva sudah menunggumu sejak tadi di sana." Farah membimbing Shanum menuju kamar di lantai atas mansion ini, yang telah disediakan Khan Adrian untuk mereka.

Sementara itu, di dalam ruangan, Khan Adrian terlihat murka. Dia memukul keras tembok di hadapannya. Tembok itu terlihat retak dan serpihan-serpihannya meluruh ke lantai. Dia tidak peduli meski tangannya mulai memar, terdapat luka di sepanjang jari-jarinya. Luka-luka yang akan segera membaik, karena ia bukanlah manusia biasa.

Khan Adrian adalah seorang pemimpin dari Klan Altan. Meski tampilannya masih berusia 30 tahun, namun ia sudah sangatlah tua, ia sudah hidup selama 635 tahun. Sungguh usia yang tak masuk di akal bagi manusia pada umumnya. Rata-rata anggota klannya memang berumur panjang, mereka dapat mati, tapi menua secara lambat.

Beberapa dari mereka juga memiliki sihir yang diwariskan secara turun temurun. Meski ada beberapa yang tidak mempunyainya, namun karena gen mereka sudah unggul, orang-orang dalam klan tetap memiliki kecerdasan yang berbeda dan usia yang lebih panjang dari orang kebanyakan.

"Apakah kita perlu menghukum gadis itu, Khan?" tanya Dario, ketika Khan memasuki ruang latihan. "Kenapa?" Taban mengernyitkan kening. "Ini tentang peristiwa yang tadi kuceritakan." Dario mengingatkan Taban. Khan menarik napas pendek mendengar kata-kata Dario. "Menghukum karena apa?" Dia menggosok-gosok rahangnya, menutupi kerut kemarahan di balik tangannya.

Percakapan dengan gadis itu menjadi malapetaka. Dia meninggalkan ruang kerjanya dengan banyak serpihan dinding yang berceceran di lantai. Khan berencana menyalurkan amarahnya dengan berlatih. Dengan harapan ia dapat menjernihkan kepalanya, dan membuat beberapa keputusan--terutama, apa yang harus dilakukannya terhadap gadis itu.

Dia tidak bisa menghukum gadis itu hanya karena telah melukainya, atau karena gadis itu mengetahui tentang Sarnai. Namun dia juga memiliki orang-orang di klan yang harus dilindungi. "Gadis itu sudah mengancammu, Khan!" Dario mencoba mengingatkan.

Wajah Khan berubah masam. "Kurasa gadis itu tidak bersalah, aku yang sudah menodongkan pedang itu padanya. Dia tidak akan membahayakan klan kita," Khan mengelak, berhati-hati menakar reaksi Dario terhadap kata-katanya. Tanpa berkata-kata, dia juga menilai reaksinya sendiri.

Biasanya aturan-aturan yang ditetapkannya sendiri membuatnya tenang, memberinya tujuan dan arah, namun setiap jengkal kata hatinya menentang pemikiran menyakiti gadis itu. Khan mulai mempertimbangkan akibat-akibat yang mungkin ditimbulkan dengan membiarkan gadis itu mengetahui tentang Klan Altan.

Dario dan Taban telah menjadi rekan terpercaya Khan sejak lama sekali di dalam Klan Altan. Meski dunia nyata mengenal Taban sebagai Personal Assistantnya dan Dario sebagai Pengawal Pribadinya. Mereka sudah ratusan tahun bersama, berperang bersama, mengatur klan, dan mengembangkan bisnis saat ini bersama-sama.

Dario menyelipkan sesama jari-jari tangannya dan mengawasi ruas-ruasnya sambil berbicara, "Aku agak sulit memikirkan masalah ini. Kau melepaskan seorang gadis yang sudah mengintimidasi dan melukaimu. Sementara aku bisa mengerti bahwa gadis itu bisa menimbulkan rasa simpati, kau tidak tahu siapa sebenarnya dia. Gadis itu berasal dari negara lain, mungkinkah dia salah satu keturunan klan kita yang terlupakan?"

"Kurasa tidak. Aku tidak merasakan adanya kemampuan magis dari dirinya," jawab Khan.

"Kau yakin? Aku terkejut dia dapat memukul balik seranganmu terhadap dirinya hanya dengan satu gerakan." Khan terdiam, mendadak dia teringat cahaya terang yang keluar dari telapak tangan kanan dan leher gadis itu, saat berada di dalam sungai. Dia menatap terkejut ke arah Dario. "Kenapa Khan, ada yang teringat olehmu?" desak Dario.

Khan mendesah. "Ada, aku pernah melihat cahaya menyilaukan keluar dari leher dan tangan kanannya, saat di dalam air." Dario tertegun, dan berkata, "Lebih banyak alasan untuk curiga, lebih banyak alasan untuk mencari tahu tentang gadis ini dengan segera." Dario memicingkan matanya. "Sama seperti ancaman potensial yang lain, seseorang harus mempelajarinya terlebih dulu dan mengira-ngira seberapa luas ancaman itu," Khan mengelak.

"Sumpahmu Khan, mengalahkan yang lain. Pikiranmu harus terkait dengan Klan Altan dan menyelesaikan masalah yang banyak muncul akhir-akhir ini, bukan pada seorang gadis yang seharusnya sudah mati tenggelam saat itu," Dario mengingatkannya. Khan tampak tersinggung, ia merapatkan bibirnya.

"Apakah aku pernah gagal melaksanakan tugas-tugasku?" Khan menatap Dario lurus-lurus. "Tidak," Dario mengakui. "Belum," dia menambahkan. "Tidak," sahut Taban santai. "Lalu kenapa kau meragukanku? Apakah pengalamanku tentang orang-orang, dan berbagai pilihan tidak lebih banyak dari kalian berdua?" tanya Khan. Dario mengangguk masam.

"Namun jika kau melanggar sumpahmu, bagaimana kau menjelaskan kepada para Tetua Klan?" Tubuh Khan kaku. Kata-kata melanggar sumpahmu terngiang, membuat pikirannya gelisah dan membentuk bayangan kegagalan, kekalahan, serta kemungkinan adanya kecurangan. Rasanya seperti pembangkangan sementara dia selalu patuh pada aturan-aturan. "Biar aku yang menangani para Tetua Klan, seperti biasanya," kata Khan dingin.

Dario menggeleng-gelengkan kepala. "Orang-orang itu tidak akan menyukai ini, cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya. Kau tahu para Tetua tipe pemberang dan terutama berhati-hati pada para wanita--"

"Karena mereka tidak bisa memiliki wanita," potong Taban. "Mereka mencari alasan untuk tidak mempercayai wanita dalam usaha tetap menahan sekuat tenaga pikiran-pikiran bergairah mereka. Bertekad tidak berhubungan dengan wanita tidaklah wajar bagi pria, itu membuat mereka menjadi bedebah-bedebah dingin dan menjengkelkan. Aku, di sisi lain, selalu bersikap tenang, bertemperamen datar, dan ramah." Taban melayangkan senyum menyenangkan pada dua pria lainnya, seakan membuktikan kebenaran teorinya.

Meskipun sedang menghadapi berbagai masalah, mulut Khan tak urung membentuk seringai. Taban memiliki kecenderungan bersikap sebagai pria yang bersikap berlebihan, tapi tetap memiliki kecerdikan, pikirannya tidak melewatkan apa pun yang ada di sekitarnya. "Kau adalah orang yang ekstrem dan para Tetua adalah sebaliknya," sahut Dario. "Cukup," potong Khan. "Kita sedang membicarakan gadis itu, dan aku berjanji tidak akan sembarangan menghukum gadis tak berdosa."

"Kau tidak tahu apakah dia tidak berdosa," protes Dario. "Aku juga tidak tahu apakah dia sebaliknya," tukas Khan. "Sampai aku mendapatkan beberapa tanda kesalahan atau sihir yang berbahaya, aku--" Kata-katanya terputus dan dia mendesah berat. Pria itu tidak sanggup mengucapkan kalimat berikutnya.

"Kau apa?" tanya Dario, mengawasinya dengan tertarik. Ketika Khan tidak menjawab, Dario mendesaknya, "Kau akan menolak menghukumnya? Kau akan melanggar sumpah yang kau ucapkan sendiri?" Ketidakpercayaan tampak di seluruh bagian wajah tampan Dario. "Aku tidak bilang begitu," tukas Khan. "Kau memang tidak mengatakannya," kata Taban khawatir.

"Kalau begitu kita tidak akan memberitahu mereka tentang gadis itu, begitu bukan?" kata Khan perlahan, mengetahui kedua pria itu akan mendukung keputusannya baik setuju maupun tidak.

Mereka bagai saudara, kedua pria itu selalu berdiri di belakang pemimpin Klan Altan--sebuah sumpah darah yang menyatukan klan itu menjadi besar seperti sekarang. "Menurutku sebaiknya kau tetap menceritakannya pada Ibumu Khan," saran Taban.

"Dia akan sangat marah jika tahu kau menyembunyikan hal ini darinya. Aku lebih takut terhadap Ibumu daripada para Tetua," tambah Taban. Khan mengangguk masam. Ucapan Taban sangatlah benar, ia harus segera mengunjungi ibunya.

"Kalau begitu aku titip urusanku sementara di kota ini. Tolong tetap awasi juga gadis itu, jangan pernah berani-berani menyentuhnya tanpa seizinku." Khan menatap tajam ke arah Taban dan Dario. Mereka berdua menganggukkan kepalanya, tanda mengerti.

"Selamat datang kembali di Och, Khan Agung." Pria itu tampak menundukkan kepalanya. Dia adalah salah satu penjaga pintu kediaman ini. Sejak Khan bertahta, ibunya pindah ke rumah mereka yang berada di kota ini. Sudah lima tahun dia tidak pulang.

Ibu Khan biasanya menghubunginya lewat pikirannya, mereka berkomunikasi seperti Vicall jika di dunia modern. Tidak perlu ponsel untuk bisa melihat wujud orang yang ingin kau temui, dengan sihir semua itu bisa terlaksana.

Kota Och adalah sebuah kota bagi penduduk Klan Altan. Meski tidak tertutup bagi klan lain untuk tinggal di kota ini, namun tetap saja klan lain butuh izin khusus untuk menetap lama di sana. Hanya orang-orang yang memiliki sihir yang dapat memasuki kota ini.

Sebuah kota yang berada di antara Astrakhan dan Tambov, kota ini yang berarti Berkilau dalam bahasa Mongolia memang tampak penuh kilau. Kota ini dibangun di atas bukit curam menurun yang mengapit sungai, bangunan-bangunannya terbuat dari marmer putih, tampak berkilau seperti arti nama kota ini.

Di sana, seperti pengawal kota ini, berdiri gunung-gunung batu merah berpuncak rata--seperti batu yang digunakan untuk membangun sebagian bangunan. Di utara, gunung-gunung yang berbeda mengelilingi kota ini melintasi sungai--jajaran puncak-puncak tajam seperti ujung tombak batu yang membelah bukit memutar di kota ini dari laut yang jauh di sana.

Khan menghirup udara di balkon rumah, lalu dia mengangkat kedua tangannya dan mengalirlah sinar berwarna keemasan. Seolah-olah menjawab, gelombang kesaktian itu menghinggapi tubuh Khan, seperti kucing yang mengelus kakinya untuk meminta perhatian. Khan tampak tersenyum, ia merasa telah pulang ke rumah yang sebenarnya.

Episodes
1 Chapter 1 Mimpi
2 Chapter 2 Golden Horde
3 Chapter 3 Pengakuan Ibu
4 Chapter 4 Pertemuan
5 Chapter 5 Kota Kuno
6 Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7 Chapter 7 Kenangan
8 Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9 Chapter 9 Kalung Cahaya
10 Chapter 10 Yang Tersembunyi
11 Chapter 11 Klan Altan
12 Chapter 12 Kota Para Penyihir
13 Chapter 13 Dalam Pelarian
14 Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15 Chapter 15 Masa Lalu
16 Chapter 16 Penebusan
17 Chapter 17 Klan Batbayar
18 Chapter 18 Hanya Padamu
19 Chapter 19 Pilihan Shanum
20 Chapter 20 Kejujuran
21 Chapter 21 Sang Pelacak
22 Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23 Chapter 23 Penganiayaan
24 Chapter 24 Garis Darah
25 Chapter 25 Melihat Masa Depan
26 Chapter 26 Kekuatan Elemental
27 Chapter 27 Pukulan Telak
28 Chapter 28 Perlawanan
29 Chapter 29 Kebenaran
30 Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31 Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32 Chapter 32 Tetua Klan
33 Chapter 33 Kebohongan
34 Chapter 34 Ingin Melupakan
35 Chapter 35 Cemburu
36 Chapter 36 Pulang
37 Chapter 37 Rencana Terselubung
38 Chapter 38 Nasihat Ayah
39 Chapter 39 Kembali ke Kampus
40 Chapter 40 Menolak Terlibat
41 Chapter 41 Arti Persahabatan
42 Chapter 42 Hari Tanpamu
43 Chapter 43 Pengagum Rahasia
44 Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45 Chapter 45 Bersandiwara
46 Chapter 46 Berita Mengejutkan
47 Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48 Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49 Chapter 49 Penyesalan
50 Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51 Chapter 51 Menjauh
52 Chapter 52 Kehilangan
53 Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54 Chapter 54 Tambatan Hati
55 Chapter 55 Mantra Kuno
56 Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57 Chapter 57 Saat Bersamamu
58 Chapter 58 Khan Versus Reno
59 Chapter 59 Pendatang Baru
60 Chapter 60 Serangan Bola Api
61 Chapter 61 Menguasai Keadaan
62 Chapter 62 Rasa Posesif
63 Chapter 63 Merancang Strategi
64 Chapter 64 Keinginan Khan
65 Chapter 65 Penyamaran
66 Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67 Chapter 67 Kekuatan Alam
68 Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69 Chapter 69 Pertarungan Sengit
70 Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71 Chapter 71 Klan Bataar
72 Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73 Chapter 73 Kekuatan Ayah
74 Chapter 74 Pandangan Ibu
75 Chapter 75 Perpisahan
76 Chapter 76 Merasa Hampa
77 Chapter 77 Pembawa Berita
78 Chapter 78 Luruh Lunglai
79 Chapter 79 Terluka Melihatmu
80 Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81 Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82 Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83 Chapter 83 Dinding Penghalang
84 Chapter 84 Penyangkalan
85 Chapter 85 Mengamuk
86 Chapter 86 Menyingkir
87 Chapter 87 Mengenal Kembali
88 Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89 Chapter 89 Kecurigaan
90 Chapter 90 Kemarahan Eej
91 Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92 Chapter 92 Racun Helm Iblis
93 Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94 Chapter 94 Pernikahan Sementara
95 Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96 Chapter 96 Terkejut
97 Chapter 97 Penjelasan Khan
98 Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99 Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100 Chapter 100 Pernikahan Impian
101 Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102 Chapter 102 Status Baru
103 Chapter 103 Pria Cantik
104 Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105 Chapter 105 Bercak Hitam
106 Chapter 106 Pertukaran
107 Chapter 107 Klan Erebos
108 Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109 Chapter 109 Mencari Kelemahan
110 Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111 Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112 Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113 Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114 Chapter 114 Kepercayaan
115 Chapter 115 Senyum Kebohongan
116 Chapter 116 Misi
117 Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118 Chapter 118 Menemukanmu
119 Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120 Chapter 120 Keluarga
121 Chapter 121 Keterbukaan
122 Chapter 122 Pasangan Terbaik
123 Chapter 123 Perang Pertama
124 Chapter 124 Perang Kedua
125 Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126 Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127 Chapter 127 Silsilah Rumit
128 Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129 Chapter 129 Duongan Sakhai
130 Chapter 130 Terkuak
131 Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132 Chapter 132 Keputusan Shanum
133 Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134 Chapter 134 Dalam Mimpi
135 Chapter 135 Tanah Air
136 Chapter 136 Keajaiban Kecil
137 Chapter 137 Sahabat Sejati
138 Chapter 138 Menuju Akhir
139 Chapter 139 Tentang Mereka
140 Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141 Chapter 141 Akhir Kisah
142 Extra Chapter 1
143 Extra Chapter 2
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Chapter 1 Mimpi
2
Chapter 2 Golden Horde
3
Chapter 3 Pengakuan Ibu
4
Chapter 4 Pertemuan
5
Chapter 5 Kota Kuno
6
Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7
Chapter 7 Kenangan
8
Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9
Chapter 9 Kalung Cahaya
10
Chapter 10 Yang Tersembunyi
11
Chapter 11 Klan Altan
12
Chapter 12 Kota Para Penyihir
13
Chapter 13 Dalam Pelarian
14
Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15
Chapter 15 Masa Lalu
16
Chapter 16 Penebusan
17
Chapter 17 Klan Batbayar
18
Chapter 18 Hanya Padamu
19
Chapter 19 Pilihan Shanum
20
Chapter 20 Kejujuran
21
Chapter 21 Sang Pelacak
22
Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23
Chapter 23 Penganiayaan
24
Chapter 24 Garis Darah
25
Chapter 25 Melihat Masa Depan
26
Chapter 26 Kekuatan Elemental
27
Chapter 27 Pukulan Telak
28
Chapter 28 Perlawanan
29
Chapter 29 Kebenaran
30
Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31
Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32
Chapter 32 Tetua Klan
33
Chapter 33 Kebohongan
34
Chapter 34 Ingin Melupakan
35
Chapter 35 Cemburu
36
Chapter 36 Pulang
37
Chapter 37 Rencana Terselubung
38
Chapter 38 Nasihat Ayah
39
Chapter 39 Kembali ke Kampus
40
Chapter 40 Menolak Terlibat
41
Chapter 41 Arti Persahabatan
42
Chapter 42 Hari Tanpamu
43
Chapter 43 Pengagum Rahasia
44
Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45
Chapter 45 Bersandiwara
46
Chapter 46 Berita Mengejutkan
47
Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48
Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49
Chapter 49 Penyesalan
50
Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51
Chapter 51 Menjauh
52
Chapter 52 Kehilangan
53
Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54
Chapter 54 Tambatan Hati
55
Chapter 55 Mantra Kuno
56
Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57
Chapter 57 Saat Bersamamu
58
Chapter 58 Khan Versus Reno
59
Chapter 59 Pendatang Baru
60
Chapter 60 Serangan Bola Api
61
Chapter 61 Menguasai Keadaan
62
Chapter 62 Rasa Posesif
63
Chapter 63 Merancang Strategi
64
Chapter 64 Keinginan Khan
65
Chapter 65 Penyamaran
66
Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67
Chapter 67 Kekuatan Alam
68
Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69
Chapter 69 Pertarungan Sengit
70
Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71
Chapter 71 Klan Bataar
72
Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73
Chapter 73 Kekuatan Ayah
74
Chapter 74 Pandangan Ibu
75
Chapter 75 Perpisahan
76
Chapter 76 Merasa Hampa
77
Chapter 77 Pembawa Berita
78
Chapter 78 Luruh Lunglai
79
Chapter 79 Terluka Melihatmu
80
Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81
Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82
Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83
Chapter 83 Dinding Penghalang
84
Chapter 84 Penyangkalan
85
Chapter 85 Mengamuk
86
Chapter 86 Menyingkir
87
Chapter 87 Mengenal Kembali
88
Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89
Chapter 89 Kecurigaan
90
Chapter 90 Kemarahan Eej
91
Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92
Chapter 92 Racun Helm Iblis
93
Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94
Chapter 94 Pernikahan Sementara
95
Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96
Chapter 96 Terkejut
97
Chapter 97 Penjelasan Khan
98
Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99
Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100
Chapter 100 Pernikahan Impian
101
Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102
Chapter 102 Status Baru
103
Chapter 103 Pria Cantik
104
Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105
Chapter 105 Bercak Hitam
106
Chapter 106 Pertukaran
107
Chapter 107 Klan Erebos
108
Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109
Chapter 109 Mencari Kelemahan
110
Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111
Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112
Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113
Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114
Chapter 114 Kepercayaan
115
Chapter 115 Senyum Kebohongan
116
Chapter 116 Misi
117
Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118
Chapter 118 Menemukanmu
119
Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120
Chapter 120 Keluarga
121
Chapter 121 Keterbukaan
122
Chapter 122 Pasangan Terbaik
123
Chapter 123 Perang Pertama
124
Chapter 124 Perang Kedua
125
Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126
Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127
Chapter 127 Silsilah Rumit
128
Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129
Chapter 129 Duongan Sakhai
130
Chapter 130 Terkuak
131
Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132
Chapter 132 Keputusan Shanum
133
Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134
Chapter 134 Dalam Mimpi
135
Chapter 135 Tanah Air
136
Chapter 136 Keajaiban Kecil
137
Chapter 137 Sahabat Sejati
138
Chapter 138 Menuju Akhir
139
Chapter 139 Tentang Mereka
140
Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141
Chapter 141 Akhir Kisah
142
Extra Chapter 1
143
Extra Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!