Chapter 14 Musuh Dalam Selimut

Rumah panggung itu terlihat sederhana, terbuat dari percampuran antara beton dan kayu yang terlihat kokoh. Shanum melihat cerobong asap di salah satu sudut rumah, dan sepetak kebun bunga mawar. Di pekarangan depannya juga dipenuhi pepohonan besar berselimut lumut tanduk, yang dengan efektif menyembunyikan tempat itu dari jalanan sempit yang mengarah ke kota.

Mengabaikan hawa sejuk sedikit lembab dan kerumunan serangga yang memenuhi udara, ketiga gadis itu berjalan ke gerbang depan lalu menaiki tangganya yang lebar. Mereka melewati serambi dan Tim berkata, "Nah, untuk sementara kalian tinggal di sini. Maaf jika tidak sesuai dengan standar kalian." Tim membuka pintu dan memasuki ruang tamu yang gelap. Lalu dia menekan saklar lampu, dan ruangan itu menjadi terang. Ketiga gadis itu tampak bergerombol di depan pintu. Mereka terkesima saat lampu dinyalakan, melihat isi dalam rumah tersebut.

Dari luar rumah itu terlihat sederhana dan terpencil. Namun saat tahu isi di dalamnya, lebih terasa hangat dan nyaman. Shanum melangkah lebih dalam, dia menatap sekeliling ruangan. Permadani di bawah beberapa bangku kayu berukir antik, terlihat lembut. Lantainya dilapisi oleh Vinyl kayu, dan dindingnya oleh Palet kayu. Di tengah ruangan terdapat tungku perapian dari batu bata yang di susun secara apik.

Barang-barang di rumah ini seluruhnya kuno, namun tetap terawat. "Siapa yang tinggal di sini Tim?" tanya Shanum. "Rumah ini tadinya milik mendiang nenekku. Sudah lama sekali rumah ini kosong, namun aku tetap menyuruh orang untuk membersihkannya setiap hari."

"Rumah ini sangat hangat, kau akan merasa seperti kembali ke rumah setelah berbulan-bulan berada di perantauan," tutur Farah. "Betul, aku juga merasakan itu." Shanum setuju dengan ucapan Farah. Tim tampak tersenyum, pandangannya menerawang. Dia seperti sedang mengingat suatu kenangan. "Oh iya Tim, terima kasih atas bantuanmu," ungkap Shanum. Tim menoleh, dia membalas senyum Shanum.

"Aku senang bisa membantu, kalian boleh menempati rumah ini selama yang kalian mau. Sambil aku akan mengurus kepulangan dengan segera ke negara kalian, sesuai permintaan. Makanan juga sudah tersedia di kulkas, dan kayu bakar tinggal ambil di gudang belakang, jika ingin digunakan." Shanum menganggukkan kepalanya sambil menangkupkan tangan di depan dada, sebagai ucapan terima kasih. Sedang Farah dan Diva ikut mengucapkan terima kasih yang sama dengan Shanum.

"Oke Ladies, aku tinggal dulu ya. Jika ada apa-apa kalian bisa hubungi aku." Lalu Tim pergi keluar dari rumah itu. "Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Diva. "Menunggu. Hanya itu yang dapat kita lakukan. Sampai waktunya kita kembali ke rumah," jawab Shanum. "Kau sudah berjanji kita bisa membeli barang-barang pengganti yang kita tinggalkan di mansion itu, Sha." Diva tampak merengut, dia masih tidak rela meninggalkan barang-barang miliknya di mansion.

"Iya, nanti kita hubungi Tim, dan minta diantar olehnya untuk berbelanja." Jawaban Shanum membuat wajahnya seketika kembali cerah. "Dasar, dengar kata belanja matanya langsung Ijo," ucap Farah sambil mendengus.

Izba Shops di Sovetkaya adalah negeri ajaib bagi semua wanita. Di bawah langit-langit yang dicat sedemikian rupa hingga menyerupai hamparan padang stepa hijau, toko-toko elegan berderet melewati banyak air mancur yang ditujukan untuk membawa kembali para pembelanja pada abad pertengahan. Kotak-kotak pajangan kaca dipenuhi oleh berbagai godaan yang dirancang untuk membuat wanita meneteskan air liur.

Sambil tersenyum miring, Shanum melangkah di belakang rekannya yang terpukau. Sedang Farah menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Diva. Gadis itu mendesah lembut penuh kekaguman. "Oh..." Diva bergegas ke toko terdekat untuk menempelkan wajahnya ke jendela toko. "Hmm." Tim tampak tersenyum geli.

"Diva." Menunduk, Farah berbisik persis di telinga gadis itu. "Diva, dengarkan aku." Diva mendongakkan kepalanya untuk menatap mata Farah. "Apa?" tanya Diva sewaktu Farah memperlihatkan senyum mengejek ke arahnya. "Jangan kampungan," ucap Farah. Diva tampak cemberut, ia memelototkan matanya ke arah Farah. "Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan, melepaskan Diva di tempat seperti ini sungguh kesalahan besar," gumam Shanum sambil menepuk keningnya.

"Banyak sekali," ucap Diva ketika Shanum berdiri di sebelahnya. "Bagaimana caranya memilih?" "Seperti yang sudah sering kita lakukan, kita masuk ke sebuah toko, memilih beberapa pakaian favorit lalu mengepasnya..." "Oke," jawab Diva. Tanpa menunggu Shanum selesai bicara, Diva sudah berlari melewati ambang pintu yang terbuka. Shanum, Farah dan Tim segera menyusul, tapi dengan pengaturan waktu yang tepat seorang pria tinggi dengan netra biru tiba-tiba tersandung dan mendarat menerpa gadis itu. Diva menjerit pelan, lebih karena kaget daripada terpesona.

Secara naluriah, tangan gadis itu terulur untuk meraih dada pria itu, mata coklatnya terbelalak lebar karena meraba otot-otot dada yang menggiurkan. "Maafkan saya..." Terdengar suara bariton di hadapannya. Gadis itu tersentak sadar. Dia mendongakkan wajahnya lalu ia lupa sejenak cara bernapas. Astaga, pria itu tampan. Rambut pria itu pucat, lebih mendekati perak ketimbang pirang. Kulitnya berwarna perunggu yang sempurna. Pria ini ibarat malaikat jatuh nan elok yang terlihat berbahaya. Mereka terus bertatapan dalam diam. Suara dehaman dan batuk-batuk membuyarkan keterpanaan Diva.

Diva segera mendorong dada pria itu lalu menoleh. Wajahnya terasa panas, ia malu melihat reaksi kedua temannya dan Tim. "Eem, Miss..." Diva melihat kembali ke arah pria itu. "Perkenalkan, Sergei Petrov." Pria itu menyebutkan namanya dengan suara parau. Dia juga mengulurkan tangannya. Diva tertegun, namun kemudian ia mengulas senyum seksinya, dan menyambut uluran tangan pria itu. Tangan gadis itu digenggam dengan erat.

"Adiva Arsyila Safaluna." Pria itu tercengang memandanginya dengan kekaguman yang membuyarkan akal. "Well Luna, kau memang secantik Dewi Bulan." Pria itu tersenyum lembut. Kemudian pria itu melepaskan genggamannya pada tangan Diva. Dia memberi isyarat pamit, dan berlalu dari hadapan gadis itu.

Diva baru tersadar kalau ia sudah melupakan kedua temannya dan Tim. Dia menoleh, melihat hanya Tim yang tetap berdiri tak jauh darinya. Pria itu tersenyum tipis. "Tim, di mana Shanum dan Farah?" tanyanya. "Mereka sudah berkeliling, melihat-lihat pakaian," jawab Tim. "Kok aku ditinggal, ihh..." Diva mengerucutkan bibirnya, tampak kesal. "Ayo kita cari keduanya." Tim mengajak Diva mencari Farah dan Shanum.

Diva menemukan kedua temannya itu di lokasi pakaian santai. "Kalian kok pergi sendiri sih, aku ditinggal," ucap Diva sambil cemberut. "Lho kamu juga tadi asyik terpesona sendiri sama pria itu. Dunia serasa milik berdua, yang lain cuma numpang," ucap Farah sambil memilih beberapa pakaian berwarna cerah. Wajah Diva tampak memerah. Dia tahu tadi sempat melupakan segalanya, dunia terasa berhenti sesaat, ketika ia menatap pria itu. "Ya tapi kan bisa tunggu sebentar begitu. Aku kan juga mau belanja."

Farah menghentikan kegiatannya lalu menatap Diva dengan pandangan tajam. "Ishh...terus kami harus jadi kaya Kambing Congek begitu." Dia memutar matanya. Sementara keduanya sibuk berdebat, Shanum sedang menunjuk pramuniaga yang berdiri di dekat mereka. Shanum mengisyaratkan, kalau ia menginginkan salah satu gaun santai itu, sebelum akhirnya menggiring Diva dan Farah ke celana pendek khaki dan atasan santai yang cantik.

"Nah, mari pilih beberapa busana yang pantas sebelum kita pulang. Jangan berdebat terus, ingat, kita masih dalam pelarian. Jangan mengundang perhatian orang," ucap Shanum.

Dalam waktu satu jam mereka sudah mendapatkan setumpuk tinggi pakaian untuk mereka bertiga, koper dan juga tagihan yang dapat membuat sebagian besar pria bergidik ngeri. Tim, bagaimanapun, sama sekali tidak meringis sewaktu membantu membawa beberapa bungkusan lalu keluar dari toko.

Mereka memang meninggalkan mansion Khan Adrian hanya dengan pakaian yang melekat di badan, dua stel pakaian ganti serta dua set pakaian dalam. Sekarang perlengkapan ketiga gadis itu sudah kembali normal seperti sediakala, dan hal itu membuat ketiganya tersenyum senang.

"Apa maksudmu mereka menghilang?" Khan Adrian tampak mengepalkan tangannya. Dia memelototi Taban dengan dingin. Taban membalas tatapan itu dengan mata berkilat penuh rasa bersalah. Tiba-tiba api merah tua menyala di mata coklat keemasan itu, dan hawa panas penuh peringatan mendesis di udara. Kekuatan Khan meledak di udara, mengempaskan pria itu ke dinding. Taban meringis, terlihat menahan sakit.

"Kau ikut denganku, kita ke ruang latihan sekarang," geram Khan. Taban menelan ludah, tenggorokannya terasa tercekat. Dia tidak tahu mana yang lebih buruk. Menerima pedang Sang Khan Agung, atau merasakan kembali kekuatan sihir pria itu. Keduanya sama-sama buruk. Mereka berjalan menuju ruang latihan.

"Ambil pedangnya!" perintah Khan. Dengan langkah gontai Taban mengambil pedang di salah satu lemari penyimpanan. "Lawan aku!" Dengan wajah terpaksa Taban bersiap di posisinya, sementara Khan mulai bergerak. Pedang mereka bertemu, dengan benturan baja yang menghasilkan percikan bunga api berputar di tengah udara berkabut saat gelap mulai turun di atas mansion itu.

"Ayo, Taban, lawan aku," tantang Khan. Taban telah berlatih bersama Khan sejak muda dan merupakan salah satu dari sedikit orang yang bisa bertahan melawan Khan, setidaknya dalam waktu singkat. Kemudian kekuatan dan daya tahan Khan yang luar biasa akan menyudahinya. Namun kali ini Khan bagai orang kalap, ia bergerak dengan cepat tanpa henti. Menangkis dan menusuk, serangan coba-coba dan berputar. Dua pria itu menampilkan tarian pejuang Mongolia Kuno di atas pelataran hingga tiba-tiba Taban menembus pertahanan Khan, dan ujung pedangnya berada di atas tenggorokan lawannya itu.

Serangkaian gerakan bertarung mereka berhenti bersamaan saat Khan membeku, pandangannya tidak terpaku pada pedang Taban, namun pada sesuatu di samping ruang latihan. "Siapa kau? Kenapa sampai bisa masuk ke sini?" Khan menatap tajam pada sosok seorang pria yang sedang berdiri memperhatikan mereka. "Siapa yang mengizinkan dia masuk ke ruangan ini?" teriak Khan geram. "Aku yang mengizinkan dia masuk, Sir. Dia mengatakan ada hal penting yang ingin dibicarakan denganmu," ucap Dario maju ke depan, sambil menundukkan kepalanya.

Taban menurunkan pedangnya dan memicingkan matanya. "Seharusnya aku tahu tadi aku tidak mengalahkanmu dengan adil," ucap Taban. Khan menatap dingin ke arah Taban. "Aku belum selesai membuat perhitungan denganmu. Nanti kita lanjutkan kembali," ucapnya tegas. "Dan Dario bawa pria itu ke ruang kerjaku," perintah Khan.

Setelah mengucapkan itu Khan menyelipkan pedang ke sarungnya dan membalikkan badan menuju ruangan lain. Dario segera membawa pria tadi menyusuri lorong menuju ruang kerja. Taban mengikuti di belakang dengan kecepatan yang diperhitungkan, dan siaga penuh walaupun seharusnya mansion ini sudah aman. Dia sudah mendapat pelajaran berat karena mengendurkan kewaspadaannya pada malam ketika klan pernah diserang. Pelajaran yang tidak akan ia lupakan.

"Jadi siapa kau?" tanya Khan Adrian pada pria di hadapannya. Mereka semua sekarang berada di ruang kerja pria itu. "Namaku Ulagan Fulton." Mata Khan disipitkan sewaktu ia memperhatikan si penyusup. Yah, penyusup...karena pria ini gerak geriknya tampak mencurigakan. Khan merasa pernah bertemu dengannya. Pria ini mengenakan jins hitam, jaket kulit, dan bot mokasin setinggi lutut, Ulagan tidak setinggi Khan, walaupun mereka memiliki kulit putih yang sama dan rambut hitam yang menyapu bahu bidangnya.

Roman wajahnya ramping dengan tulang pipi tinggi dan hidung yang besar. Dahinya lebar dan bibirnya tipis. Namun matanyalah yang menawan, berbentuk sipit, berwarna coklat dengan lingkaran hitam pekat yang mengelilinginya. Mata itu seakan menghunjam seseorang sampai menelanjangi jiwanya. Namun tidak ampuh untuk seorang Khan Adrian. Tidak ada yang mampu mengintimidasinya, apalagi sampai menelanjangi jiwanya.

"Mengapa kau datang ke rumahku?" Pria itu berdiri dengan kaku. "Saya ingin mengatakan sesuatu padamu, Sir." Khan mengerutkan keningnya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kau terlihat tidak asing." "Ya Sir, saya salah seorang Tour Guide ketiga gadis itu." Naluri Khan langsung siaga penuh, saat ketiga gadis itu disebut-sebut.

"Apa yang kau tahu soal ketiga gadis itu?" Pria itu kemudian menuju salah satu bangku. "Boleh aku duduk?" Khan menganggukkan kepalanya. Pria itu langsung menghempaskan bokongnya di bangku, setelah diizinkan. "Yah, aku kenal dengan ketiganya." "Kuperingatkan, aku tidak suka bicara berputar-putar," geram Khan.

Pria itu tampak tersenyum palsu. "Aku belum selesai bicaranya, Sir. Tapi kalau kau tidak berkenan mendengarkan, tidak apa-apa." Ulagan bangkit dari duduknya, lalu berbalik, ia berjalan menuju pintu. "Tunggu..." Pria itu berhenti, dia menoleh ke arah Khan. "Anda memanggil saya, Sir?"

Sungguh sempurna, pria ini sengaja. Dia bermaksud memancing rasa penasaran Khan. "Cepat katakan..." ucap Khan dingin. "Baik, saya cuma ingin mengatakan bahwa saya tahu di mana ketiga gadis itu berada dan saya bersedia menunjukkan tempatnya padamu."

Episodes
1 Chapter 1 Mimpi
2 Chapter 2 Golden Horde
3 Chapter 3 Pengakuan Ibu
4 Chapter 4 Pertemuan
5 Chapter 5 Kota Kuno
6 Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7 Chapter 7 Kenangan
8 Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9 Chapter 9 Kalung Cahaya
10 Chapter 10 Yang Tersembunyi
11 Chapter 11 Klan Altan
12 Chapter 12 Kota Para Penyihir
13 Chapter 13 Dalam Pelarian
14 Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15 Chapter 15 Masa Lalu
16 Chapter 16 Penebusan
17 Chapter 17 Klan Batbayar
18 Chapter 18 Hanya Padamu
19 Chapter 19 Pilihan Shanum
20 Chapter 20 Kejujuran
21 Chapter 21 Sang Pelacak
22 Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23 Chapter 23 Penganiayaan
24 Chapter 24 Garis Darah
25 Chapter 25 Melihat Masa Depan
26 Chapter 26 Kekuatan Elemental
27 Chapter 27 Pukulan Telak
28 Chapter 28 Perlawanan
29 Chapter 29 Kebenaran
30 Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31 Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32 Chapter 32 Tetua Klan
33 Chapter 33 Kebohongan
34 Chapter 34 Ingin Melupakan
35 Chapter 35 Cemburu
36 Chapter 36 Pulang
37 Chapter 37 Rencana Terselubung
38 Chapter 38 Nasihat Ayah
39 Chapter 39 Kembali ke Kampus
40 Chapter 40 Menolak Terlibat
41 Chapter 41 Arti Persahabatan
42 Chapter 42 Hari Tanpamu
43 Chapter 43 Pengagum Rahasia
44 Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45 Chapter 45 Bersandiwara
46 Chapter 46 Berita Mengejutkan
47 Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48 Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49 Chapter 49 Penyesalan
50 Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51 Chapter 51 Menjauh
52 Chapter 52 Kehilangan
53 Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54 Chapter 54 Tambatan Hati
55 Chapter 55 Mantra Kuno
56 Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57 Chapter 57 Saat Bersamamu
58 Chapter 58 Khan Versus Reno
59 Chapter 59 Pendatang Baru
60 Chapter 60 Serangan Bola Api
61 Chapter 61 Menguasai Keadaan
62 Chapter 62 Rasa Posesif
63 Chapter 63 Merancang Strategi
64 Chapter 64 Keinginan Khan
65 Chapter 65 Penyamaran
66 Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67 Chapter 67 Kekuatan Alam
68 Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69 Chapter 69 Pertarungan Sengit
70 Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71 Chapter 71 Klan Bataar
72 Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73 Chapter 73 Kekuatan Ayah
74 Chapter 74 Pandangan Ibu
75 Chapter 75 Perpisahan
76 Chapter 76 Merasa Hampa
77 Chapter 77 Pembawa Berita
78 Chapter 78 Luruh Lunglai
79 Chapter 79 Terluka Melihatmu
80 Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81 Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82 Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83 Chapter 83 Dinding Penghalang
84 Chapter 84 Penyangkalan
85 Chapter 85 Mengamuk
86 Chapter 86 Menyingkir
87 Chapter 87 Mengenal Kembali
88 Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89 Chapter 89 Kecurigaan
90 Chapter 90 Kemarahan Eej
91 Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92 Chapter 92 Racun Helm Iblis
93 Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94 Chapter 94 Pernikahan Sementara
95 Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96 Chapter 96 Terkejut
97 Chapter 97 Penjelasan Khan
98 Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99 Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100 Chapter 100 Pernikahan Impian
101 Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102 Chapter 102 Status Baru
103 Chapter 103 Pria Cantik
104 Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105 Chapter 105 Bercak Hitam
106 Chapter 106 Pertukaran
107 Chapter 107 Klan Erebos
108 Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109 Chapter 109 Mencari Kelemahan
110 Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111 Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112 Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113 Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114 Chapter 114 Kepercayaan
115 Chapter 115 Senyum Kebohongan
116 Chapter 116 Misi
117 Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118 Chapter 118 Menemukanmu
119 Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120 Chapter 120 Keluarga
121 Chapter 121 Keterbukaan
122 Chapter 122 Pasangan Terbaik
123 Chapter 123 Perang Pertama
124 Chapter 124 Perang Kedua
125 Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126 Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127 Chapter 127 Silsilah Rumit
128 Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129 Chapter 129 Duongan Sakhai
130 Chapter 130 Terkuak
131 Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132 Chapter 132 Keputusan Shanum
133 Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134 Chapter 134 Dalam Mimpi
135 Chapter 135 Tanah Air
136 Chapter 136 Keajaiban Kecil
137 Chapter 137 Sahabat Sejati
138 Chapter 138 Menuju Akhir
139 Chapter 139 Tentang Mereka
140 Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141 Chapter 141 Akhir Kisah
142 Extra Chapter 1
143 Extra Chapter 2
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Chapter 1 Mimpi
2
Chapter 2 Golden Horde
3
Chapter 3 Pengakuan Ibu
4
Chapter 4 Pertemuan
5
Chapter 5 Kota Kuno
6
Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7
Chapter 7 Kenangan
8
Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9
Chapter 9 Kalung Cahaya
10
Chapter 10 Yang Tersembunyi
11
Chapter 11 Klan Altan
12
Chapter 12 Kota Para Penyihir
13
Chapter 13 Dalam Pelarian
14
Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15
Chapter 15 Masa Lalu
16
Chapter 16 Penebusan
17
Chapter 17 Klan Batbayar
18
Chapter 18 Hanya Padamu
19
Chapter 19 Pilihan Shanum
20
Chapter 20 Kejujuran
21
Chapter 21 Sang Pelacak
22
Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23
Chapter 23 Penganiayaan
24
Chapter 24 Garis Darah
25
Chapter 25 Melihat Masa Depan
26
Chapter 26 Kekuatan Elemental
27
Chapter 27 Pukulan Telak
28
Chapter 28 Perlawanan
29
Chapter 29 Kebenaran
30
Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31
Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32
Chapter 32 Tetua Klan
33
Chapter 33 Kebohongan
34
Chapter 34 Ingin Melupakan
35
Chapter 35 Cemburu
36
Chapter 36 Pulang
37
Chapter 37 Rencana Terselubung
38
Chapter 38 Nasihat Ayah
39
Chapter 39 Kembali ke Kampus
40
Chapter 40 Menolak Terlibat
41
Chapter 41 Arti Persahabatan
42
Chapter 42 Hari Tanpamu
43
Chapter 43 Pengagum Rahasia
44
Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45
Chapter 45 Bersandiwara
46
Chapter 46 Berita Mengejutkan
47
Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48
Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49
Chapter 49 Penyesalan
50
Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51
Chapter 51 Menjauh
52
Chapter 52 Kehilangan
53
Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54
Chapter 54 Tambatan Hati
55
Chapter 55 Mantra Kuno
56
Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57
Chapter 57 Saat Bersamamu
58
Chapter 58 Khan Versus Reno
59
Chapter 59 Pendatang Baru
60
Chapter 60 Serangan Bola Api
61
Chapter 61 Menguasai Keadaan
62
Chapter 62 Rasa Posesif
63
Chapter 63 Merancang Strategi
64
Chapter 64 Keinginan Khan
65
Chapter 65 Penyamaran
66
Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67
Chapter 67 Kekuatan Alam
68
Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69
Chapter 69 Pertarungan Sengit
70
Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71
Chapter 71 Klan Bataar
72
Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73
Chapter 73 Kekuatan Ayah
74
Chapter 74 Pandangan Ibu
75
Chapter 75 Perpisahan
76
Chapter 76 Merasa Hampa
77
Chapter 77 Pembawa Berita
78
Chapter 78 Luruh Lunglai
79
Chapter 79 Terluka Melihatmu
80
Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81
Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82
Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83
Chapter 83 Dinding Penghalang
84
Chapter 84 Penyangkalan
85
Chapter 85 Mengamuk
86
Chapter 86 Menyingkir
87
Chapter 87 Mengenal Kembali
88
Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89
Chapter 89 Kecurigaan
90
Chapter 90 Kemarahan Eej
91
Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92
Chapter 92 Racun Helm Iblis
93
Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94
Chapter 94 Pernikahan Sementara
95
Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96
Chapter 96 Terkejut
97
Chapter 97 Penjelasan Khan
98
Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99
Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100
Chapter 100 Pernikahan Impian
101
Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102
Chapter 102 Status Baru
103
Chapter 103 Pria Cantik
104
Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105
Chapter 105 Bercak Hitam
106
Chapter 106 Pertukaran
107
Chapter 107 Klan Erebos
108
Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109
Chapter 109 Mencari Kelemahan
110
Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111
Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112
Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113
Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114
Chapter 114 Kepercayaan
115
Chapter 115 Senyum Kebohongan
116
Chapter 116 Misi
117
Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118
Chapter 118 Menemukanmu
119
Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120
Chapter 120 Keluarga
121
Chapter 121 Keterbukaan
122
Chapter 122 Pasangan Terbaik
123
Chapter 123 Perang Pertama
124
Chapter 124 Perang Kedua
125
Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126
Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127
Chapter 127 Silsilah Rumit
128
Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129
Chapter 129 Duongan Sakhai
130
Chapter 130 Terkuak
131
Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132
Chapter 132 Keputusan Shanum
133
Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134
Chapter 134 Dalam Mimpi
135
Chapter 135 Tanah Air
136
Chapter 136 Keajaiban Kecil
137
Chapter 137 Sahabat Sejati
138
Chapter 138 Menuju Akhir
139
Chapter 139 Tentang Mereka
140
Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141
Chapter 141 Akhir Kisah
142
Extra Chapter 1
143
Extra Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!