Chapter 15 Masa Lalu

Perasaan dingin menusuk mengisi udara, memperingatkan Khan dengan tajam bahwa ia sudah memiliki cukup banyak musuh yang ia ketahui tanpa harus mencemaskan musuh-musuh misterius. Termasuk pria dihadapannya ini, Khan masih belum dapat mengukur, dia termasuk yang mana.

"Apa maumu?" Khan bertanya pada Ulagan. Pria itu tampak menyeringai. Khan menanti, dia menaikkan alisnya dan menatap tajam pada pria itu. Kemudian pria itu tertawa, suaranya keras terdengar hingga seluruh ruangan terasa bergetar. Lalu angin mulai berhembus cukup kencang di ruangan itu. Rambut mereka semua berantakan, kertas-kertas berserakan, dan tirai jendela bergoyang-goyang. Seluruh pria yang ada di ruangan itu terperangah.

Khan menyipitkan matanya. "Siapa sebenarnya kau?" tanyanya. Ulagan berhenti tertawa, dia menatap Khan dengan pandangan tak terbaca. "Aku...bukan siapa-siapa. Hanya seorang Tour Guide biasa," jawabnya. "Jangan bohong, aku tahu barusan kau yang mengeluarkan sihir." Ulagan kemudian bertepuk tangan sambil tersenyum sinis. "Wow, ternyata kau tidak mudah terkecoh Khan Agung." Khan Adrian mengepalkan tangannya dan menggeram. "Jangan bermain-main denganku. Aku bisa janjikan padamu bahwa mencoba membuatku gusar bukanlah jenis kesenangan yang kau inginkan."

Ulagan mengangkat bahu tidak peduli. Lalu bibirnya melengkung, membentuk apa yang ia harapkan sebagai senyum mencemooh. "Benar, kesenangan yang kuinginkan melibatkan salah satu klan yang terkenal dengan pertahanannya yang melegenda, tapi untuk saat ini aku akan mengambil apa yang bisa kudapatkan."

Bersiap menerima amarah Khan, Ulagan malah mendapatkan kejutan tak terduga. Alih-alih memukul dengan sihir, atau menusuk dengan pedangnya, Khan mematung, ekspresinya serius. Persis seperti predator yang hendak menyerang. "Menarik," gumam Khan. "Apa?" tanya Ulagan. "Keputusanmu untuk menahanku mendapatkan rahasiamu." Jari-jari langsing laki-laki itu mulai mengusap-usap pangkal pedangnya. Pedangnya yang cukup besar untuk menebas leher.

"Hebat, kau menyanjungku." Ulagan meletakkan salah satu tangan ke dadanya yg kokoh bagai besi, seakan-akan dia kaget melihat reaksi Khan. "Biarkan aku memperjelas hal ini. Aku tidak menggunakan para gadis itu sebagai penawaran. Tidak. Tidak pernah."

"Lalu apa maumu?" tanya Khan lagi. "Kebenaran," ungkap Ulagan. Khan mengerutkan keningnya mendengar ucapan pria itu. "Kedengarannya sedikit membingungkan. Apa maksud kebenaran itu?" Ulagan mengamati ekspresi ingin tahu di wajah Khan. "Kebenaran soal Sarnai." Khan tampak tersentak, matanya membelalak, wajahnya pucat pasi. Suara makian dengan lirih terdengar, entah Dario atau Taban yang mengucapkannya. Mereka paham, nama Sarnai merupakan salah satu kata keramat yang tabu untuk disebutkan. Jika ada yang berani menyebutkannya, maka Khan tidak akan segan-segan untuk menyiksa orang yang menyebutkannya.

"Em...Sir, sebaiknya kami permisi meninggalkan kalian berdua saja." Dario tampak gugup, dia terpaksa memecah keheningan yang terjadi. Kemudian segera menarik tangan Taban dengan langkah setengah menyeretnya. Taban terlihat tidak rela meninggalkan percakapan itu. Dia berusaha menarik tangannya, namun Dario mencengkeram erat. Dario juga sempat berhenti dan menatap dengan isyarat matanya, seakan ia berkata, "Jangan terlibat lebih jauh, jika sayang dengan nyawamu." Taban tampak menelan ludah dengan susah payah, ia sempat melirik ke belakang, dan melihat wajah kelam Khan.

Taban langsung kembali menatap ke depan dan menganggukkan kepalanya. Dia segera mengikuti langkah Dario keluar dari ruangan itu. Suara pintu di tutup terdengar di ruangan itu, namun tidak ada satu pun yang bergeming dari posisi semula. Khan yang lebih dulu bergerak memecah keheningan, dia menuju sofa empuk di tengah-tengah ruangan. Khan duduk di sana dan mengamati wajah Ulagan. Seakan-akan mencari sesuatu di sana. "Dari mana kau tahu tentang nama itu?" tanyanya penuh selidik. Bibir tipis Ulagan mencibir. "Tentu saja aku tahu, dia adikku."

Khan menatap tidak percaya ke arah Ulagan. "Kau berbohong, Sarnai tidak punya kakak, ia hanya punya adik." "Aku kakak tiri, ibu kami berbeda." Mata Khan terlihat membesar, dia tidak pernah mendapatkan informasi itu, bahwa Sarnai memiliki kakak tiri. Ternyata banyak yang tidak dia ketahui tentang Sarnai.

"Jadi katakan kepadaku, kemana Sarnai? Apa yang terjadi padanya?" Khan menatap dingin ke arah Ulagan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Sarnai, dan tidak ingin tahu." "Jangan berkelit, aku tahu kau berhubungan dengannya," selidik Ulagan. "Kami sudah berpisah setahun sebelum aku menggantikan ayahku menjadi Khan Agung, dia tidak mau berhubungan lagi denganku."

Ulagan terdiam, wajahnya masih sangsi dengan ucapan Khan. "Kau tidak percaya denganku?" tanya Khan lagi. Ulagan menggelengkan kepalanya. "Dengar, aku tidak peduli apa yang kau percayai. Kenyataannya, dia memohon padaku untuk tidak mengganggunya lagi. Karena kami..." Suara Khan tercekat, dia tidak sanggup meneruskan kata-katanya.

"Karena apa?" tanya Ulagan. Khan menarik napasnya dan menjawab, "Status kami berbeda, dia tidak pernah serius dengan hubungan kami. Semuanya hanya pura-pura..." Ulagan mendengus mendengar kata-kata Khan. "Tidak masuk di akal, Sarnai adalah wanita paling tulus yang kukenal. Aku membelanya bukan karena dia adikku, tapi aku tahu dia," ungkap Ulagan. "Dia mengatakannya dengan jelas, dia hanya menganggapku sebagai keberhasilannya, untuk ditunjukkan kepada dunia, karena aku sudah berhasil ditaklukkan," Khan berkata dengan dingin.

"Kau adalah seorang pria yang bodoh," Ulagan membentak. "Dengar, kau tidak benar-benar mengenal Sarnai. Apa yang kau lakukan selama ini, apa hanya merayunya? Kau tidak melihat ke dalam hatinya yang sebenarnya. Dia sangat memujamu. Aku tahu, karena aku melihat binar di matanya saat dia bercerita tentangmu. Sarnai adalah wanita yang akan melakukan segalanya untuk orang yang ia cintai. Kau yakin, dia tidak sedang melindungimu dari sesuatu?"

Khan tampak tertohok oleh kata-kata Ulagan. Dia mematung. Seluruh dunia terasa mematung. "Tidak mungkin..." Suara Khan terdengar serak. "Saat itu dia--dia meyakinkanku." "Berarti dia berbohong, pasti ada sesuatu yang memaksanya. Aku yakin sekali," kata Ulagan. Khan mengusap wajahnya, ia tampak resah. Matanya terangkat lagi ke arah Ulagan lagi.

"Apa kau sudah mencarinya?" tanya Khan. "Aku sudah mencobanya, tapi semua buntu. Sampai saat ini aku tidak berhasil menemukannya." "Bagaimana dengan keluarganya yang lain, kau sudah bertanya?" Khan gemetar, mengembuskan napasnya. "Sialan! Bagaimana aku bisa bertanya, jika rumah beserta isinya terbakar hingga rata dengan tanah. Ayah, Ibu Sarnai, dan Adik-adikku, semuanya ikut terbakar. Aku sudah mencoba mencari sisa-sisa dirinya di antara puing-puing rumah. Namun tidak kutemukan, hanya Sarnai yang tidak ada di sana." Ulagan mengetatkan bibirnya, ia bercerita dengan mata berkilat marah.

Khan terlihat terpukul, ia menggenggam erat pegangan sofa. Jika dia tidak memegangnya, mungkin pria itu sudah jatuh tersungkur ke depan. Ulagan yang melihat reaksi Khan tampak kaget. "Kau tidak tahu? Jadi selama ini kau dengan egoisnya melanjutkan hidupmu. Sedang Sarnai tidak tahu di mana rimbanya. Apakah dia masih hidup atau sudah meninggal?"

Khan tidak yakin apakah ia masih bernapas. Mata Ulagan tampak berpendar, dan dia mengerjap-ngerjap menepisnya. Pria itu merasa sedih untuk Sarnai, pria yang dicintainya tidak pernah peduli padanya. Rasa sakit dan penyesalan terlihat jelas di mata Khan, tetapi Ulagan tidak peduli, sebab ada sesuatu di dalam dadanya yang membelit dan hancur.

Pria itu tidak menghiraukannya meski ia sudah menyakiti perasaan Khan dengan tuduhan-tuduhannya. Khan dapat melihat itu semua dari wajah Ulagan, lontaran kata-kata kasar yang membuatnya ingin memukul sesuatu. Khan berusaha menahan kekuatannya yang mencoba mendobrak batas kewarasannya.

Khan mendongakkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Aku turut berduka, aku tidak tahu kalau rumah Sarnai terbakar. Sejak saat itu aku tidak pernah menginjakkan kakiku di sana. Hanya saat aku naik tahta menjadi Khan Agung aku kembali, itu pun cuma sebentar." Khan memang tidak pernah kembali pulang setelah penobatannya. Dia tidak bisa menahan rasa tercabik-cabik di hatinya jika kembali ke kota itu.

Semua tentang kota itu mengingatkannya pada Sarnai. Dia mengira wanita itu sudah melanjutkan hidup bahagia tanpa dirinya. Dan sebagian hatinya tidak bisa menerima itu. Dia tidak ingin Sarnai tahu, bahwa wanita itu sudah membuat seorang Khan Adrian luluh latak, tak bisa bangkit dari sakitnya patah hati.

"Aku mencarimu hari ini, karena dua hari yang lalu aku bermimpi. Sarnai datang dan meminta tolong padaku," ucap Ulagan. Khan mendongakkan wajahnya, dia memperhatikan dengan serius ucapan Ulagan. "Yah, dia datang dengan wajah cantiknya yang berlinang air mata. Seharian aku jadi gelisah, memikirkan mimpi itu. Setelah itu aku berpikir, apa lagi yang harus kulakukan? Satu-satunya cara yang belum kucoba adalah mendatangimu, dan memintamu berterus terang."

Khan bangkit dari duduknya, kemudian dia menghampiri Ulagan. Dia tampak tegang. "Aku sudah menjelaskan semua yang aku tahu. Tidak ada lagi yang disembunyikan. Jika kau ingin menyelidikinya aku bersedia membantumu." Kau mau?" tanya Ulagan. Khan menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Aku juga harus menebus rasa bersalahku. Dan aku berharap dia hanya berada di suatu tempat dan baik-baik saja," kata Khan. Wajah Ulagan terasa hangat, dia tersenyum, lalu ia menundukkan kepalanya. "Terima kasih Khan Agung." Khan memberi isyarat menerima hormatnya, dan mengajaknya keluar dari ruangan itu.

Dua hari berlalu. Khan belum juga menyuruh orang untuk datang menjemput ketiga gadis itu. Meski dia berharap bisa bertemu kembali dengan Shanum. Dia merasa ketiga gadis itu perlu menikmati sejenak kesendirian mereka. Meski banyak yang ingin ditanyakan Khan pada Shanum. Terutama kata-katanya tempo hari soal Sarnai. Dia merasa ada keterkaitan di sini, dan itu adalah hal yang perlu dipastikan.

"Dario..." panggil Khan. "Anda memanggil saya, Khan." Dario datang dengan tergopoh-gopoh, dia terlihat sedang membawa ceret seng penyiram tanaman. "Apa yang sedang kau lakukan? Untuk apa penyiram tanaman itu?" tanya Khan. "Untuk menyiram tanaman," jawabnya.

"Astaga, orang bodoh juga tahu alat itu untuk menyiram tanaman. Maksudku, untuk apa kau bawa alat penyiram tanamannya ke sini," ucap Khan datar. Dario meringis. "Tadi lagi menyiram tanaman di belakang, tidak sengaja terbawa." Khan memutar bola matanya. "Kita pergi sekarang, panggil Taban." "Kemana?" Dario tampak bingung. "Ke tempat ketiga gadis itu. Kita jemput mereka sekarang," ujar Khan. Dario mengerjap, namun kemudian dia tampak menyeringai.

Sudah empat hari mereka berada di rumah ini, dan terjebak di negara ini. Ketiga gadis itu tidak bisa kembali ke negara mereka. Tim berkata, berseteru dengan Khan Adrian adalah puncak segala masalah. Pria itu menguasai segalanya. Tidak ada celah yang bisa dilakukan untuk keluar dari situasi ini.

Khan sudah memblokir semua. Satu-satunya cara adalah meminta pria itu untuk melepaskan mereka. Tapi apakah akan semudah itu? Shanum menyangsikannya. Suara pintu diketuk membuyarkan lamunan gadis itu. Shanum mengerutkan keningnya, tampak heran. Tidak biasanya Tim datang mengetuk pintu, karena pria itu memiliki kunci cadangan rumah ini.

Shanum tampak ragu, antara ingin membuka pintu atau mengintip terlebih dahulu. Tapi akhirnya rasa penasarannya menang, gadis itu melangkah mendekati pintu. "Mungkin saja yang datang adalah Ula," gumam Shanum.

Akan tetapi, bukan Ula yang bersandar di ambang pintu. Shanum memandang Khan Adrian. Pria itu balas menatapnya. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, wajahnya tidak terbaca. Shanum mundur, memegangi pintu untuknya. Dia bersumpah merasakan denyut rasa lega dalam hatinya.

Di belakang pria itu, ikut masuk juga Dario dan Taban. Taban tampak cemberut, dan Dario menyeringai. Namun keduanya tetap diam. Lalu mereka melihat sekeliling ruangan. Khan meneliti ambang pintu ke lorong kamar tidur. "Apakah kedua temanmu sedang beristirahat?" tanyanya.

Shanum menoleh ke pintu yang tertutup. "Ya, mereka sedang di kamar." Khan mengangguk.

Lalu dia menatap Shanum tajam. "Mengapa kau pergi tanpa pamit?" Gadis itu menghindari tatapannya, berbalik ke dapur. "Kalian pasti haus. Aku akan membuat minuman." Khan menegang.

"Tidak perlu, kita tidak akan lama di sini, dan kalian harus ikut denganku." Shanum tetap menuangkan air ke dalam ketel, lalu menyalakan kompor. "Aku tidak tahu peraturannya. Sejak kapan kami menjadi tahanan rumah di mansionmu," kata Shanum sambil memunggunginya. "Kau harus menjelaskannya."

Khan terdiam di tengah rumah, mengawasi setiap gerak Shanum. Khan berkata dengan suara parau, "Kau harus menjelaskan kepadaku tentang Sarnai."

Shanum berhenti mengaduk teh yang sedang ia buat.

Gadis itu berbalik, bersandar ke konter. Gadis itu tampak gusar. Kemudian Shanum berkata dengan kasar, "Jangan mengalihkan pembicaraan, aku tidak sedang membahas Sarnai." Kursi berderit di lantai kayu ketika Khan duduk.

Sesaat, hanya ada keheningan, diselingi suara gesekan daun dari pepohonan di luar jendela. Shanum menarik napasnya, ia memegang keningnya. Tiba-tiba dia merasa pusing. Dia tidak mengerti arti tatapan pria itu, sikap diamnya, dan perkataannya yang melompat-lompat. Ingin rasanya dia mengusir saja pria ini untuk keluar dari rumah ini. Tapi, ia teringat ucapan Tim. Bertikai dengan pria ini adalah puncak dari segala masalah. Jika dia mengusirnya, bisa-bisa kiamat yang didapatkannya.

Episodes
1 Chapter 1 Mimpi
2 Chapter 2 Golden Horde
3 Chapter 3 Pengakuan Ibu
4 Chapter 4 Pertemuan
5 Chapter 5 Kota Kuno
6 Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7 Chapter 7 Kenangan
8 Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9 Chapter 9 Kalung Cahaya
10 Chapter 10 Yang Tersembunyi
11 Chapter 11 Klan Altan
12 Chapter 12 Kota Para Penyihir
13 Chapter 13 Dalam Pelarian
14 Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15 Chapter 15 Masa Lalu
16 Chapter 16 Penebusan
17 Chapter 17 Klan Batbayar
18 Chapter 18 Hanya Padamu
19 Chapter 19 Pilihan Shanum
20 Chapter 20 Kejujuran
21 Chapter 21 Sang Pelacak
22 Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23 Chapter 23 Penganiayaan
24 Chapter 24 Garis Darah
25 Chapter 25 Melihat Masa Depan
26 Chapter 26 Kekuatan Elemental
27 Chapter 27 Pukulan Telak
28 Chapter 28 Perlawanan
29 Chapter 29 Kebenaran
30 Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31 Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32 Chapter 32 Tetua Klan
33 Chapter 33 Kebohongan
34 Chapter 34 Ingin Melupakan
35 Chapter 35 Cemburu
36 Chapter 36 Pulang
37 Chapter 37 Rencana Terselubung
38 Chapter 38 Nasihat Ayah
39 Chapter 39 Kembali ke Kampus
40 Chapter 40 Menolak Terlibat
41 Chapter 41 Arti Persahabatan
42 Chapter 42 Hari Tanpamu
43 Chapter 43 Pengagum Rahasia
44 Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45 Chapter 45 Bersandiwara
46 Chapter 46 Berita Mengejutkan
47 Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48 Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49 Chapter 49 Penyesalan
50 Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51 Chapter 51 Menjauh
52 Chapter 52 Kehilangan
53 Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54 Chapter 54 Tambatan Hati
55 Chapter 55 Mantra Kuno
56 Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57 Chapter 57 Saat Bersamamu
58 Chapter 58 Khan Versus Reno
59 Chapter 59 Pendatang Baru
60 Chapter 60 Serangan Bola Api
61 Chapter 61 Menguasai Keadaan
62 Chapter 62 Rasa Posesif
63 Chapter 63 Merancang Strategi
64 Chapter 64 Keinginan Khan
65 Chapter 65 Penyamaran
66 Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67 Chapter 67 Kekuatan Alam
68 Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69 Chapter 69 Pertarungan Sengit
70 Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71 Chapter 71 Klan Bataar
72 Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73 Chapter 73 Kekuatan Ayah
74 Chapter 74 Pandangan Ibu
75 Chapter 75 Perpisahan
76 Chapter 76 Merasa Hampa
77 Chapter 77 Pembawa Berita
78 Chapter 78 Luruh Lunglai
79 Chapter 79 Terluka Melihatmu
80 Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81 Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82 Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83 Chapter 83 Dinding Penghalang
84 Chapter 84 Penyangkalan
85 Chapter 85 Mengamuk
86 Chapter 86 Menyingkir
87 Chapter 87 Mengenal Kembali
88 Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89 Chapter 89 Kecurigaan
90 Chapter 90 Kemarahan Eej
91 Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92 Chapter 92 Racun Helm Iblis
93 Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94 Chapter 94 Pernikahan Sementara
95 Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96 Chapter 96 Terkejut
97 Chapter 97 Penjelasan Khan
98 Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99 Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100 Chapter 100 Pernikahan Impian
101 Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102 Chapter 102 Status Baru
103 Chapter 103 Pria Cantik
104 Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105 Chapter 105 Bercak Hitam
106 Chapter 106 Pertukaran
107 Chapter 107 Klan Erebos
108 Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109 Chapter 109 Mencari Kelemahan
110 Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111 Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112 Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113 Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114 Chapter 114 Kepercayaan
115 Chapter 115 Senyum Kebohongan
116 Chapter 116 Misi
117 Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118 Chapter 118 Menemukanmu
119 Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120 Chapter 120 Keluarga
121 Chapter 121 Keterbukaan
122 Chapter 122 Pasangan Terbaik
123 Chapter 123 Perang Pertama
124 Chapter 124 Perang Kedua
125 Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126 Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127 Chapter 127 Silsilah Rumit
128 Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129 Chapter 129 Duongan Sakhai
130 Chapter 130 Terkuak
131 Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132 Chapter 132 Keputusan Shanum
133 Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134 Chapter 134 Dalam Mimpi
135 Chapter 135 Tanah Air
136 Chapter 136 Keajaiban Kecil
137 Chapter 137 Sahabat Sejati
138 Chapter 138 Menuju Akhir
139 Chapter 139 Tentang Mereka
140 Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141 Chapter 141 Akhir Kisah
142 Extra Chapter 1
143 Extra Chapter 2
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Chapter 1 Mimpi
2
Chapter 2 Golden Horde
3
Chapter 3 Pengakuan Ibu
4
Chapter 4 Pertemuan
5
Chapter 5 Kota Kuno
6
Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7
Chapter 7 Kenangan
8
Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9
Chapter 9 Kalung Cahaya
10
Chapter 10 Yang Tersembunyi
11
Chapter 11 Klan Altan
12
Chapter 12 Kota Para Penyihir
13
Chapter 13 Dalam Pelarian
14
Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15
Chapter 15 Masa Lalu
16
Chapter 16 Penebusan
17
Chapter 17 Klan Batbayar
18
Chapter 18 Hanya Padamu
19
Chapter 19 Pilihan Shanum
20
Chapter 20 Kejujuran
21
Chapter 21 Sang Pelacak
22
Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23
Chapter 23 Penganiayaan
24
Chapter 24 Garis Darah
25
Chapter 25 Melihat Masa Depan
26
Chapter 26 Kekuatan Elemental
27
Chapter 27 Pukulan Telak
28
Chapter 28 Perlawanan
29
Chapter 29 Kebenaran
30
Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31
Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32
Chapter 32 Tetua Klan
33
Chapter 33 Kebohongan
34
Chapter 34 Ingin Melupakan
35
Chapter 35 Cemburu
36
Chapter 36 Pulang
37
Chapter 37 Rencana Terselubung
38
Chapter 38 Nasihat Ayah
39
Chapter 39 Kembali ke Kampus
40
Chapter 40 Menolak Terlibat
41
Chapter 41 Arti Persahabatan
42
Chapter 42 Hari Tanpamu
43
Chapter 43 Pengagum Rahasia
44
Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45
Chapter 45 Bersandiwara
46
Chapter 46 Berita Mengejutkan
47
Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48
Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49
Chapter 49 Penyesalan
50
Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51
Chapter 51 Menjauh
52
Chapter 52 Kehilangan
53
Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54
Chapter 54 Tambatan Hati
55
Chapter 55 Mantra Kuno
56
Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57
Chapter 57 Saat Bersamamu
58
Chapter 58 Khan Versus Reno
59
Chapter 59 Pendatang Baru
60
Chapter 60 Serangan Bola Api
61
Chapter 61 Menguasai Keadaan
62
Chapter 62 Rasa Posesif
63
Chapter 63 Merancang Strategi
64
Chapter 64 Keinginan Khan
65
Chapter 65 Penyamaran
66
Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67
Chapter 67 Kekuatan Alam
68
Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69
Chapter 69 Pertarungan Sengit
70
Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71
Chapter 71 Klan Bataar
72
Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73
Chapter 73 Kekuatan Ayah
74
Chapter 74 Pandangan Ibu
75
Chapter 75 Perpisahan
76
Chapter 76 Merasa Hampa
77
Chapter 77 Pembawa Berita
78
Chapter 78 Luruh Lunglai
79
Chapter 79 Terluka Melihatmu
80
Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81
Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82
Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83
Chapter 83 Dinding Penghalang
84
Chapter 84 Penyangkalan
85
Chapter 85 Mengamuk
86
Chapter 86 Menyingkir
87
Chapter 87 Mengenal Kembali
88
Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89
Chapter 89 Kecurigaan
90
Chapter 90 Kemarahan Eej
91
Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92
Chapter 92 Racun Helm Iblis
93
Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94
Chapter 94 Pernikahan Sementara
95
Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96
Chapter 96 Terkejut
97
Chapter 97 Penjelasan Khan
98
Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99
Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100
Chapter 100 Pernikahan Impian
101
Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102
Chapter 102 Status Baru
103
Chapter 103 Pria Cantik
104
Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105
Chapter 105 Bercak Hitam
106
Chapter 106 Pertukaran
107
Chapter 107 Klan Erebos
108
Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109
Chapter 109 Mencari Kelemahan
110
Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111
Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112
Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113
Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114
Chapter 114 Kepercayaan
115
Chapter 115 Senyum Kebohongan
116
Chapter 116 Misi
117
Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118
Chapter 118 Menemukanmu
119
Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120
Chapter 120 Keluarga
121
Chapter 121 Keterbukaan
122
Chapter 122 Pasangan Terbaik
123
Chapter 123 Perang Pertama
124
Chapter 124 Perang Kedua
125
Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126
Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127
Chapter 127 Silsilah Rumit
128
Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129
Chapter 129 Duongan Sakhai
130
Chapter 130 Terkuak
131
Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132
Chapter 132 Keputusan Shanum
133
Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134
Chapter 134 Dalam Mimpi
135
Chapter 135 Tanah Air
136
Chapter 136 Keajaiban Kecil
137
Chapter 137 Sahabat Sejati
138
Chapter 138 Menuju Akhir
139
Chapter 139 Tentang Mereka
140
Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141
Chapter 141 Akhir Kisah
142
Extra Chapter 1
143
Extra Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!