Chapter 4 Pertemuan

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Shanum bangun pagi itu dengan perasaan penuh semangat, kilau terlihat di bola matanya, senyum menghiasi bibir mungil itu. Ia meregangkan badan dan merasakan seprai menjadi kusut di bawah kulitnya. Shanum menatap langit-langit kamarnya, meresapi perasaan bahagia akan segera menuju kota itu.

Kemudian dia bergegas bangun, ayah dan ibu pastinya juga sudah bersiap-siap. Sebelum ke kamar mandi, dia mengambil gelas berisi air putih yang selalu tersedia di meja kecil di sebelah meja rias. Shanum meminum dua gelas air, kemudian menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Setelah mandi, dia memakai pakaian yang agak tebal, yang telah dipersiapkannya semalam, untuk keberangkatannya ke Astrakhan.

Suhu di Astrakhan lebih sejuk, meskipun di sana saat ini tidak sedang musim dingin. Perbedaan suhu ini membuat Shanum harus mempersiapkan pakaian yang berbeda dari pakaian sehari-harinya.

Dimas dan Raisa sudah menunggu Shanum di ruang tamu. Mang Jali terlihat sedang menarik koper, dibantu Bi Ema membawakan koper yang lebih kecil. Bi Inah istri Pak Dirman, satpam di rumah ini juga ikut membantu membawakan tas lainnya. Shanum membawa satu koper besar, satu koper kecil, dan tas tenteng berukuran kecil.

Dimas dan Raisa menoleh saat melihat Shanum turun dari tangga lantai dua rumah, tempat kamarnya berada. "Sudah siap Princess?" tanya Dimas. "Siap Ayah!" Shanum tersenyum lebar. "Duh semangat sekali putri Ibu pagi ini," sahut Raisa. Shanum tersenyum malu-malu, mendapat godaan dari Ibu. "Maaf, Pak, Bu, Non, anu...mobil sudah siap," ucap Bi Ema. Mereka semua menoleh mendengar panggilan itu.

"Oke Bi, ayo Ayah-Ibu kita berangkat." Shanum mengajak keduanya berjalan menuju ke teras depan. Sebelum masuk ke dalam mobil, Shanum menoleh kembali ke arah Bi Ema dan Bi Inah, "Bi Ema, Bi Inah, Shanum pamit dulu ya. Tolong jaga Ayah dan Ibu," Shanum tersenyum sambil berpamitan kepada mereka. Mereka menganggukkan kepala.

Bi Ema, Mang Jali, Bi Inah dan Pak Dirman memang sudah dianggap seperti keluarga mereka sendiri, karena sudah bekerja sejak Shanum masih bayi.

Mang Jali bersiap duduk di bangku sopir. Ayah masuk di bangku sebelah Mang Jali, sedang Shanum duduk dengan Ibu di bangku belakang.

Pak Dirman sudah membuka gerbang, terlihat membungkukkan badannya saat mobil kami lewat. Sesampainya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, di ruang tunggu keberangkatan, Shanum mendengar suara kedua sahabatnya. Dia menoleh dan tersenyum lebar menyambut antusiasme keduanya. Tampaknya mereka bertiga sangat bahagia dapat berlibur bersama. Kedua temannya diantar oleh orang tua masing-masing. Ayah terlihat menyapa orang tua kedua sahabat Shanum.

Sebelum keberangkatan mereka memang sudah beberapa kali bertemu. Untuk membicarakan hotel, Itinerary, dan tour guide selama di sana. "Yeii...akhirnya kita berangkat juga ya, sudah tidak sabar bertemu Bule-Bule tampan di sana." Diva tersenyum bahagia sambil bertepuk tangan. Farah memutar bola mata sambil kemudian membekap mulut Diva, sedang yang dibekap tampak protes.

Shanum tersenyum canggung, tampak menghela napasnya melihat perilaku absurd kedua temannya.

Mendadak Shanum teringat ayah, oh my....dia takut melihat wajah ayah. Kening ayah tampak berkerut, dia berdiri kaku di samping ibu. Ayah melihat ke arah Shanum sambil merapatkan bibirnya. "Aduh, Diva, bikin runyam saja. Ayah kan Overprotektifnya tingkat Dewa. Pasti dia sudah berpikir macam-macam deh," batin Shanum.

Sebelum ayah berubah pikiran sehingga mereka gagal berangkat, Shanum menghampiri ayah. "Jangan diambil hati celetukan Diva ya, Ayah. Dia memang begitu, matanya suka Jelalatan, tapi cuma sebatas menikmati lewat pandangan. Tingkah lakunya tetap polos seperti gadis baik-baik," bisik Shanum.

Ayah menghembuskan napasnya, senang mengetahui putrinya tidak salah memilih teman. Ibu terkekeh di samping ayah," Anakmu sudah dewasa Mas, masih saja dianggap bocah." "Bagiku dia tetap Princess kecilku," ucap Ayah sambil mengusap rambut Shanum.

"Ayo kalian harus bersiap, proses check-in sudah selesai," ucap Om Bimo ayah Farah. Mereka bersiap berpamitan dengan orang tua masing-masing. "Jaga dirimu Princess, jangan lupa tetap hubungi Ayah dan Ibu ya." Ayah memeluk Shanum erat.

Saat melepas pelukannya, mata ayah terlihat berkaca-kaca. Kemudian berganti ibu menarik Shanum, dan memeluknya. Ibu tersenyum sayang, sambil memegang kedua pipi putri cantiknya itu dan berkata, "Semoga semua yang kau cari dapat kau temukan ya, Nak. Apapun hasilnya kau tetap harus kuat dan berani." Shanum tersenyum sedih, menatap kedua orang tuanya.

Perasaan bersemangatnya diwarnai pula oleh keraguan. Entah mengapa, di satu sisi Shanum merasa takut jauh dari mereka, butuh mereka berada disampingnya selalu.

Waktunya berangkat, suara panggilan penerbangan mereka sudah berkumandang di pengeras suara. Shanum, Diva dan Farah berpamitan terakhir kali dengan keseluruhan orang yang mengantar keberangkatan mereka. Kemudian bergerak ke dalam menuju proses b**oarding p*****. Perjalanan udara menuju Astrakhan ditempuh dalam waktu tiga belas jam empat puluh lima menit.

Dibesarkan dengan ayah yang sibuk, serta ibu yang harus selalu mendampingi dalam setiap perjalanan bisnisnya, perjalanan udara sudah jelas tidak sering terjadi. Shanum terlihat gugup saat duduk di kursi dekat jendela. Farah menempati bangku tengah, dan Diva memilih duduk di dekat koridor. "Kalian mau gula-gula sebelum kita lepas landas?" Seorang pramugari bertanya sebelum meletakkan beberapa buah gula-gula di hadapan Diva.

Shanum berpaling pada Farah, dan gadis itu mencondongkan tubuhnya untuk berbicara dengan sang pramugari di tengah-tengah keriuhan para penumpang yang masuk ke pesawat. "Apakah toilet sudah bisa digunakan? Saya tampaknya ingin ke toilet." Sang pramugari tersenyum dan mengangguk. Shanum segera keluar dari bangku, membawa tas selempangnya dan menuju toilet di ujung kabin.

Setelah terkunci dengan aman di ruangan sempit, Shanum mengembuskan napas yang rasanya menjadi yang pertama kalinya sejak ditahan selama bermenit-menit. Shanum teramat gugup, bahkan sebelum pesawat lepas landas. "Kendalikan dirimu," katanya kepada bayangannya di cermin, lalu membuka tas dan mengambil tissue basah. Dia membawa semua yang dibutuhkannya di dalam tas ini, termasuk sikat gigi, sabun tube ukuran kecil, deodoran, dan pakaian dalam cadangan.

Sayangnya ide berganti pakaian dalam di kamar kecil pesawat jauh lebih baik daripada cara untuk benar-benar melakukannya. Jika tidak terpaksa, sepertinya dia berganti pakaian di toilet bandara Astrakhan saja. Toilet pesawat ini terlalu sempit, bisa-bisa kepalanya terbentur saat berganti pakaian nanti. Setelah itu dia kembali ke bangkunya, dan pesawat bersiap lepas landas.

Setelah proses lepas landas yang mendebarkan, Shanum mencoba bercakap-cakap dengan kedua sahabatnya. Mereka membahas kegiatan pertama setelah sampai di Astrakhan. Akhirnya, Farah tertidur, perlahan-lahan tubuhnya merosot ke arah Shanum sampai kepalanya bersandar di bahunya. Shanum menoleh, setelah tadi ia sedang melihat pemandangan awan putih bergulung-gulung laksana kapas di luar jendela.

Aroma samar bebungaan dari rambut hitam gelombang Farah tak sengaja tercium oleh Shanum. Dari jarak dekat, kulit Farah sempurna. Tampak eksotis dengan warna sawo matang, warna kulit yang mempesona pria b**ule, begitu informasi yang sering ia baca di buku novel romantis. Alis matanya berwarna gelap di atas pipinya. Di tangannya, Farah memegang buku catatan berisi Itinenary perjalanan mereka.

Farah merubah posisinya, sekarang kepalanya tidak lagi bersandar di bahunya. Shanum meregangkan ototnya. Kemudian melihat ke arah Diva, ia sedang tertidur juga. Temannya yang satu itu tidur dengan dengkuran halus yang terdengar sampai ke telinga Shanum. Diva akan bertemu dengan banyak wajah yang mirip dia di sana.

Karena dia memang berdarah campuran, ayahnya asli Inggris, sedang ibunya berdarah Jawa. Tidak heran jika Diva memiliki kulit putih pucat, dan bola mata berwarna coklat gelap serta hidung yang sangat mancung. Hanya warna rambut hitam ikal cemerlang, yang diturunkan dari ibunya.

Tiba-tiba bibirnya yang seksi itu terlihat mengerucut, ada suara mengunyah yang terdengar dari bibir itu. Shanum tersenyum geli, sedang bermimpi apa temannya itu. Mereka sampai di Bandara ASF Astrakhan, sekitar pukul 22.00 WIB atau pukul 18.00 waktu setempat. Selisih waktu antara Indonesia dan Astrakhan adalah empat jam.

Shanum dan kedua temannya berdiri di depan pintu kedatangan. Dagunya terbenam dalam kerah jaket panjang berwarna coklat muda yang dipakainya untuk menghalau udara dingin, yang masih terasa di Astrakhan. Hembusan angin bulan Juli menyebabkan rambut hitam sepanjang bahunya yang sehalus sutra tertiup ke wajahnya. Dengan satu tangan memegang troli bandara, Shanum menyibakkan rambutnya dan bergerak dari satu kaki ke kaki yang lain, sepertinya merasa tidak sabar, dan tidak suka akan penantiannya saat ini.

Cahaya matahari senja bermain-main di atas wajah cantiknya yang berbentuk hati. Ada sedikit celah samar pada dagunya, dan ia memiliki dua buah bola mata berwarna hitam berkilau yang mampu mengatakan banyak hal hanya dalam satu tatapan.

Ekspresi yang terpancar saat gadis itu menatap Tour Guide yang menjemput di bandara adalah perasaan kesal. Bibirnya...bibirnya terlihat penuh, setidaknya sering kali seperti itu. Tidak saat gadis itu sedang menatap dengan pandangan tajam, seperti yang ia lakukan sekarang saat sedang menunggu dengan kedua temannya di depan pintu kedatangan.

Wajah Diva dan Farah juga terlihat bosan dan kesal. Mereka tidak sabar menunggu orang yang menjemput. Sudah sekitar tiga puluh menit mereka berdiri menunggu di sana, melihat papan petunjuk berisi tulisan nama yang di acungkan oleh para penjemput. Namun tidak ada satupun yang berisi nama mereka.

Sambil menarik napas, Tour Guide tersebut menatap takut-takut ke arah Shanum. "Maaf saya datang terlambat, tadi ada sedikit gangguan teknis dalam perjalanan kami kemari. Hm-- saya Timicin dan teman saya ini Ulagan....mari kami bantu."

Mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Ayah Shanum memang sudah mempersiapkan Tour Guide yang tidak menggunakan bahasa Rusia, sebagai bahasa resmi Astrakhan. Mereka tidak menguasai bahasa tersebut.

Kota ini, memiliki penduduk lokal yang merupakan pencampuran antara suku Nogai, yang berasal dari suku Turk keturunan suku-suku Mongol, dan suku yang berasal dari Rusia sendiri.

Timicin dan Ulagan sepertinya termasuk yang berasal dari suku Mongol. Terlihat dari bentuk wajah khas Mongol, dengan kelopak mata sipit, kulit putih cenderung kuning, rambut lurus hitam, dan bola mata berwarna coklat. Timicin dan Ulagan berjalan sambil membantu mereka membawakan barang-barang. Troli bandara hanya dapat digunakan sampai dengan pintu keluar kedatangan saja. Selebihnya mereka harus membawanya sendiri.

Mereka segera mengajak ketiga gadis itu ke lokasi parkir kendaraan yang tidak terlalu jauh dari pintu terminal kedatangan. "Hei, itu serius yang jemput kita namanya Micin dan Ulekan?" Farah masih bisa bercanda meski wajahnya terlihat lelah. Shanum terkekeh geli mendengar candaan Farah. Dan Diva terkikik-kikik mengeluarkan tawa khasnya.

Mereka menatap punggung kedua Tour Guide yang berjalan di depan. Meski mereka terlihat lemas, efek jet lag penerbangan, dan merasa bosan saat menunggu. Mereka masih bisa tertawa lepas bersama.

"Ooh...sumpah, saat ini aku rindu kasur empuk. Ingin segera membaringkan badan di sana, menyentuh bantal, memeluk guling dan memejamkan mata," teriak Diva. "Stt...jangan teriak-teriak, di negara orang ini," sahut Farah sambil melihat sekeliling. "Bodo amat, aku lelah!"

Kedua Tour Guide itu sontak berhenti, dan menoleh saat mendengar teriakan Diva. Shanum hanya bisa tersenyum malu melihat tingkah laku sahabatnya.

"Ada masalah Ladies?" tanya Timicin. "Oh tidak, mereka hanya tidak sabar untuk segera bertemu kasur," jawab Shanum. Timicin tersenyum maklum, dan menganggukkan kepalanya.

Mereka sudah dalam perjalanan menuju ke hotel. Sepanjang perjalanan Shanum menatap kagum. Kota Astrakhan merupakan kota yang indah, banyak bangunan-bangunan peninggalan kebudayaan zaman dahulu. Dengan kubah-kubah berbentuk seperti bawang, berwarna-warni, jalanan yang rapi, teratur dan bersih.

Kota ini tidak berpolusi seperti kota tempat mereka tinggal. Tidak ada kemacetan yang terlihat, semua orang berjalan teratur, tenang tanpa terburu-buru. Lampu-lampu cantik beraneka warna menghiasi suasana senja di kota itu.

Hotel mereka berada di Citi Embankment, merupakan bangunan modern yang terdiri dari puluhan lantai. Ruangannya berbentuk klasik dengan lampu gantung kristal besar di susun sedemikian indahnya.

Timicin dan Ulagan mengantar mereka hanya sampai di depan meja resepsionis. Keduanya akan menjemput mereka sehabis makan siang untuk mengunjungi Itinenary pertama. Besok pagi mereka masih di beri waktu untuk beristirahat.

Setelah check-in, mereka menuju lantai lima belas, tempat kamar mereka berada. Farah membuka kunci dan kaget, kamar mereka cukup luas dan mewah. Shanum tersenyum melihat wajah antusias kedua temannya, ia senang dengan pilihan ayah. Ayah memesankan mereka kamar sekelas Junior Suite Room. Kamar mereka perpaduan tipe klasik dan modern. Terdapat tempat tidur King bed ukuran besar, cukup untuk mereka bertiga di tengah ruangan. Dengan sprei lembut berwarna krem, tampak mewah.

Ada juga sofa berwarna coklat tua, model Lawson Style di hadapan tempat tidur, terdiri dari tiga dudukan dengan bantal punggung untuk masing-masing dudukan. Di salah satu sudut ruangan juga terdapat meja makan bulat elegan dengan empat kursi senada.

Tiba-tiba terdengar jeritan dari arah salah satu ruangan. Shanum dan Farah langsung berlari menuju arah teriakan. Mereka berdesakan di depan pintu. Ternyata ruangan itu adalah kamar mandi. Diva terlihat tertawa gembira memperlihatkan gerakan ala balet ke arah sekeliling ruangan.

"Amazing...pantas saja Diva histeris, bisa-bisa betah dia di kamar mandi seharian," gumam Farah. Shanum menatap sekeliling area tersebut, di dekat pintu terdapat wastafel side by side dengan cermin cantik, dilengkapi oleh meja kabinet yang berisi perlengkapan mandi. Lantai kamar mandi dari marmer berwarna perpaduan emas dan krem mewah itu, terlihat luas.

Di sudut ruangan, terdapat Jacuzzi bathtub berwarna putih mutiara, shower di sampingnya, dan toilet duduk yang mempunyai sekat di ruangan. Kamar mandi ini memang mewah, dapat memanjakan siapa pun agar betah berada di sana.

"Mewah sih, jadi....Diva mau tidur di sini saja begitu," ledek Shanum. Farah kontan tertawa geli. Diva menggeleng-gelengkan kepalanya sambil cemberut.

Mereka tidur bertiga, dengan Diva yang menempati posisi di tengah tempat tidur, Farah di sisi sebelah kanan dan Shanum di sisi sebelah kiri.

Sempat terjadi perdebatan alot antara Diva dan Farah untuk menentukan posisi tidur. Shanum sendiri tidak perlu bersusah payah menentukan, ia pasti tidur di pinggir, bukan di tengah. Kedua temannya tahu, Shanum masih suka bermimpi buruk. Tidak ada yang mau menempatkan ia di tengah-tengah kasur, saat mimpi buruk datang, Shanum pasti akan bergerak gelisah dan menendang ke segala arah.

Akhirnya Farah dan Diva tertidur pulas, setelah melakukan suit jari sebagai puncak perdebatan mereka. Sedang Shanum, terlihat asyik rebahan sambil melihat langit-langit ruangan, sesekali terlihat senyum di bibirnya. Dia tidak dapat memejamkan mata, ada yang sedang dilamunkannya. Shanum teringat peristiwa tak terlupakan di bandara tadi. Saat Shanum ingin berganti pakaian dalam di toilet bandara, tanpa sengaja Shanum menabrak seorang pria.

**A**ku menuju ke toilet, setelah bertanya beberapa kali akhirnya aku tahu letak toilet itu. Aku menepuk keningku, baru ingat kalau aku harus menghubungi Ayah dan Ibu. Sambil berjalan aku berusaha mengambil sesuatu dari dalam tas, mencari telepon genggamku.

"Aduh, di mana sih?" gumamku. Tiba-tiba aku menabrak sebentuk bidang keras, dan ada rasa hangat memegang bahuku, yang tampaknya menahanku agar tidak jatuh. Aku melihat apa yang kutabrak, di hadapanku terpampang sebentuk tubuh pria, menggunakan kemeja formal berwarna abu-abu muda.

Tubuh pria itu padat, terlihat kokoh. Dapat kubayangkan sebentuk otot yang tersembunyi di dalamnya. Aku menelan ludahku, tenggorokanku mendadak kering. Kuangkat wajahku ke atas, melihat tatapan tajam menghunjam kedua bola mataku*.

*Seharusnya aku merasa takut, tatapan bola mata keemasan itu terasa dalam menatapku. Jika mata itu bisa mengeluarkan cahaya laser, pastinya sudah habis terbakar kedua bola mataku. Pria itu mengucapkan kata-kata dari bahasa yang tidak kumengerti.

Pria ini sungguh tampan, bibirnya terlihat tipis dan berwarna merah. Hidungnya cukup mancung, kulit putih wajahnya terlihat memerah menahan amarah. Aku masih terpana, desir halus kurasakan di sekujur tubuhku. Pria itu akhirnya melepaskan belitan tangannya di bahuku. Aku mendadak merasa kehilangan rasa hangat itu. Lidahku terasa kelu, namun aku mencoba mengucapkan kata maaf*.

Pria itu mendengus, bibirnya terkatup rapat. Dia lalu berbalik dan melanjutkan langkah, menghilang dari hadapanku. Aku masih terpaku, namun mataku masih tetap mengikutinya, hingga bayangan pria itu menghilang di belokan menuju pintu keluar. "Apa itu tadi? Oh Tuhan, apa yang terjadi denganku?" kata batinku. Aku menghembuskan napasku, mengusap wajahku, memegang dadaku, debar-debar itu masih kurasakan.

Akhirnya kuteruskan langkahku menuju toilet, meski dengan perasaan lemas yang mengiringinya*. K**einginan untuk menelpon kedua orang tuaku hilang, terbawa pria tampan yang dingin tadi dalam lamunan.

Episodes
1 Chapter 1 Mimpi
2 Chapter 2 Golden Horde
3 Chapter 3 Pengakuan Ibu
4 Chapter 4 Pertemuan
5 Chapter 5 Kota Kuno
6 Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7 Chapter 7 Kenangan
8 Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9 Chapter 9 Kalung Cahaya
10 Chapter 10 Yang Tersembunyi
11 Chapter 11 Klan Altan
12 Chapter 12 Kota Para Penyihir
13 Chapter 13 Dalam Pelarian
14 Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15 Chapter 15 Masa Lalu
16 Chapter 16 Penebusan
17 Chapter 17 Klan Batbayar
18 Chapter 18 Hanya Padamu
19 Chapter 19 Pilihan Shanum
20 Chapter 20 Kejujuran
21 Chapter 21 Sang Pelacak
22 Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23 Chapter 23 Penganiayaan
24 Chapter 24 Garis Darah
25 Chapter 25 Melihat Masa Depan
26 Chapter 26 Kekuatan Elemental
27 Chapter 27 Pukulan Telak
28 Chapter 28 Perlawanan
29 Chapter 29 Kebenaran
30 Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31 Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32 Chapter 32 Tetua Klan
33 Chapter 33 Kebohongan
34 Chapter 34 Ingin Melupakan
35 Chapter 35 Cemburu
36 Chapter 36 Pulang
37 Chapter 37 Rencana Terselubung
38 Chapter 38 Nasihat Ayah
39 Chapter 39 Kembali ke Kampus
40 Chapter 40 Menolak Terlibat
41 Chapter 41 Arti Persahabatan
42 Chapter 42 Hari Tanpamu
43 Chapter 43 Pengagum Rahasia
44 Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45 Chapter 45 Bersandiwara
46 Chapter 46 Berita Mengejutkan
47 Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48 Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49 Chapter 49 Penyesalan
50 Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51 Chapter 51 Menjauh
52 Chapter 52 Kehilangan
53 Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54 Chapter 54 Tambatan Hati
55 Chapter 55 Mantra Kuno
56 Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57 Chapter 57 Saat Bersamamu
58 Chapter 58 Khan Versus Reno
59 Chapter 59 Pendatang Baru
60 Chapter 60 Serangan Bola Api
61 Chapter 61 Menguasai Keadaan
62 Chapter 62 Rasa Posesif
63 Chapter 63 Merancang Strategi
64 Chapter 64 Keinginan Khan
65 Chapter 65 Penyamaran
66 Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67 Chapter 67 Kekuatan Alam
68 Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69 Chapter 69 Pertarungan Sengit
70 Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71 Chapter 71 Klan Bataar
72 Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73 Chapter 73 Kekuatan Ayah
74 Chapter 74 Pandangan Ibu
75 Chapter 75 Perpisahan
76 Chapter 76 Merasa Hampa
77 Chapter 77 Pembawa Berita
78 Chapter 78 Luruh Lunglai
79 Chapter 79 Terluka Melihatmu
80 Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81 Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82 Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83 Chapter 83 Dinding Penghalang
84 Chapter 84 Penyangkalan
85 Chapter 85 Mengamuk
86 Chapter 86 Menyingkir
87 Chapter 87 Mengenal Kembali
88 Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89 Chapter 89 Kecurigaan
90 Chapter 90 Kemarahan Eej
91 Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92 Chapter 92 Racun Helm Iblis
93 Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94 Chapter 94 Pernikahan Sementara
95 Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96 Chapter 96 Terkejut
97 Chapter 97 Penjelasan Khan
98 Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99 Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100 Chapter 100 Pernikahan Impian
101 Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102 Chapter 102 Status Baru
103 Chapter 103 Pria Cantik
104 Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105 Chapter 105 Bercak Hitam
106 Chapter 106 Pertukaran
107 Chapter 107 Klan Erebos
108 Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109 Chapter 109 Mencari Kelemahan
110 Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111 Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112 Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113 Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114 Chapter 114 Kepercayaan
115 Chapter 115 Senyum Kebohongan
116 Chapter 116 Misi
117 Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118 Chapter 118 Menemukanmu
119 Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120 Chapter 120 Keluarga
121 Chapter 121 Keterbukaan
122 Chapter 122 Pasangan Terbaik
123 Chapter 123 Perang Pertama
124 Chapter 124 Perang Kedua
125 Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126 Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127 Chapter 127 Silsilah Rumit
128 Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129 Chapter 129 Duongan Sakhai
130 Chapter 130 Terkuak
131 Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132 Chapter 132 Keputusan Shanum
133 Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134 Chapter 134 Dalam Mimpi
135 Chapter 135 Tanah Air
136 Chapter 136 Keajaiban Kecil
137 Chapter 137 Sahabat Sejati
138 Chapter 138 Menuju Akhir
139 Chapter 139 Tentang Mereka
140 Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141 Chapter 141 Akhir Kisah
142 Extra Chapter 1
143 Extra Chapter 2
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Chapter 1 Mimpi
2
Chapter 2 Golden Horde
3
Chapter 3 Pengakuan Ibu
4
Chapter 4 Pertemuan
5
Chapter 5 Kota Kuno
6
Chapter 6 Dalam Pelukanmu
7
Chapter 7 Kenangan
8
Chapter 8 Seribu Pertanyaan
9
Chapter 9 Kalung Cahaya
10
Chapter 10 Yang Tersembunyi
11
Chapter 11 Klan Altan
12
Chapter 12 Kota Para Penyihir
13
Chapter 13 Dalam Pelarian
14
Chapter 14 Musuh Dalam Selimut
15
Chapter 15 Masa Lalu
16
Chapter 16 Penebusan
17
Chapter 17 Klan Batbayar
18
Chapter 18 Hanya Padamu
19
Chapter 19 Pilihan Shanum
20
Chapter 20 Kejujuran
21
Chapter 21 Sang Pelacak
22
Chapter 22 Pilihan Yang Sulit
23
Chapter 23 Penganiayaan
24
Chapter 24 Garis Darah
25
Chapter 25 Melihat Masa Depan
26
Chapter 26 Kekuatan Elemental
27
Chapter 27 Pukulan Telak
28
Chapter 28 Perlawanan
29
Chapter 29 Kebenaran
30
Chapter 30 Mengakui Kekalahan
31
Chapter 31 Jatuh Cinta Padamu
32
Chapter 32 Tetua Klan
33
Chapter 33 Kebohongan
34
Chapter 34 Ingin Melupakan
35
Chapter 35 Cemburu
36
Chapter 36 Pulang
37
Chapter 37 Rencana Terselubung
38
Chapter 38 Nasihat Ayah
39
Chapter 39 Kembali ke Kampus
40
Chapter 40 Menolak Terlibat
41
Chapter 41 Arti Persahabatan
42
Chapter 42 Hari Tanpamu
43
Chapter 43 Pengagum Rahasia
44
Chapter 44 Gelisah Tak Terkira
45
Chapter 45 Bersandiwara
46
Chapter 46 Berita Mengejutkan
47
Chapter 47 Tidak Bisa Lari Dari Cinta
48
Chapter 48 Rasa Yang Terpendam
49
Chapter 49 Penyesalan
50
Chapter 50 Kembali ke Titik Awal
51
Chapter 51 Menjauh
52
Chapter 52 Kehilangan
53
Chapter 53 Kejutan Tak Terduga
54
Chapter 54 Tambatan Hati
55
Chapter 55 Mantra Kuno
56
Chapter 56 Mengendalikan Koneksi
57
Chapter 57 Saat Bersamamu
58
Chapter 58 Khan Versus Reno
59
Chapter 59 Pendatang Baru
60
Chapter 60 Serangan Bola Api
61
Chapter 61 Menguasai Keadaan
62
Chapter 62 Rasa Posesif
63
Chapter 63 Merancang Strategi
64
Chapter 64 Keinginan Khan
65
Chapter 65 Penyamaran
66
Chapter 66 Menjebak Menjadi Terjebak
67
Chapter 67 Kekuatan Alam
68
Chapter 68 Jenderal Klan Bataar
69
Chapter 69 Pertarungan Sengit
70
Chapter 70 Gadis Dalam Ramalan
71
Chapter 71 Klan Bataar
72
Chapter 72 Orang Yang Dirindukan
73
Chapter 73 Kekuatan Ayah
74
Chapter 74 Pandangan Ibu
75
Chapter 75 Perpisahan
76
Chapter 76 Merasa Hampa
77
Chapter 77 Pembawa Berita
78
Chapter 78 Luruh Lunglai
79
Chapter 79 Terluka Melihatmu
80
Chapter 80 Tersiksa Karenamu
81
Chapter 81 Kegagalan Sihir Penyembuh
82
Chapter 82 Siapakah Dirimu?
83
Chapter 83 Dinding Penghalang
84
Chapter 84 Penyangkalan
85
Chapter 85 Mengamuk
86
Chapter 86 Menyingkir
87
Chapter 87 Mengenal Kembali
88
Chapter 88 Tamu Tak Diundang
89
Chapter 89 Kecurigaan
90
Chapter 90 Kemarahan Eej
91
Chapter 91 Tertarik Selalu Kepadamu
92
Chapter 92 Racun Helm Iblis
93
Chapter 93 Kekuatan Poison Absorber
94
Chapter 94 Pernikahan Sementara
95
Chapter 95 Realitas Yang Tersirat
96
Chapter 96 Terkejut
97
Chapter 97 Penjelasan Khan
98
Chapter 98 Panggilan Ikatan Jiwa
99
Chapter 99 Persetujuan Yang Diharapkan
100
Chapter 100 Pernikahan Impian
101
Chapter 101 Penyempurnaan Ikatan
102
Chapter 102 Status Baru
103
Chapter 103 Pria Cantik
104
Chapter 104 Kota di Tepi Laut
105
Chapter 105 Bercak Hitam
106
Chapter 106 Pertukaran
107
Chapter 107 Klan Erebos
108
Chapter 108 Kota Yang Tersembunyi
109
Chapter 109 Mencari Kelemahan
110
Chapter 110 Nyaris Ketahuan
111
Chapter 111 Misteri Sihir Kegelapan
112
Chapter 112 Jejak Mencurigakan
113
Chapter 113 Kiriman Mengejutkan
114
Chapter 114 Kepercayaan
115
Chapter 115 Senyum Kebohongan
116
Chapter 116 Misi
117
Chapter 117 Pedang Bersarung Emas
118
Chapter 118 Menemukanmu
119
Chapter 119 Yang Agung Klan Batzorig
120
Chapter 120 Keluarga
121
Chapter 121 Keterbukaan
122
Chapter 122 Pasangan Terbaik
123
Chapter 123 Perang Pertama
124
Chapter 124 Perang Kedua
125
Chapter 125 Menyatukan Kekuatan
126
Chapter 126 Kebangkitan Kembali
127
Chapter 127 Silsilah Rumit
128
Chapter 128 Tak Bisa Berpaling
129
Chapter 129 Duongan Sakhai
130
Chapter 130 Terkuak
131
Chapter 131 Ramalan Yang Terwujud
132
Chapter 132 Keputusan Shanum
133
Chapter 133 Rumah yang Sebenarnya
134
Chapter 134 Dalam Mimpi
135
Chapter 135 Tanah Air
136
Chapter 136 Keajaiban Kecil
137
Chapter 137 Sahabat Sejati
138
Chapter 138 Menuju Akhir
139
Chapter 139 Tentang Mereka
140
Chapter 140 Melanjutkan Kisah
141
Chapter 141 Akhir Kisah
142
Extra Chapter 1
143
Extra Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!