" Jika kau tinggal di rumah ini. Maka kau banyak kesempatan menemuiku di selang waktu. Bukan menemuiku saat aku mau tidur," sahut Harison yang terus memberi sindiran.
" Aku menemui kakek bukan untuk membicarakan soal Rumah. Tetapi mengenai pabrik yang ada di Blok A. Pabrik itu sudah tutup selama 5 tahun. Aku ingin tanahnya di alihkan menjadi namaku. Aku ingin meratakan tempat itu untuk mendirikan rumah sakit," jelas Aditya to the point.
" Kau ingin menguras hartaku," sahut Harison sinis.
" Terserah kakek memikirkan apa. Aku hanya tidak ingin mendirikan sesuatu jika bukan atas namaku," sahut Aditya yang tidak ingin berdebat.
" Aku belum mati saja, kau sudah mulai meminta bagian. Apa hartamu masih kurang sehingga kau ingin memiliki itu," sahut Harison yang selalu berbicara dengan tenang.
" Mungkin akan cukup. Jika Perusahaan utama di tanganku," sahut Aditya yang memang bicara blak-blakan. Tidak seperti ibu tirinya yang penuh sandiwara.
Harrison memang terbiasa dengan perkataan Aditya yang seperti itu. Aditya memang menjadi orang yang keras semenjak memiliki dendam di hatinya.
" Kau bisa cari yang lain yang ingin atas namamu. Jangan pabrik itu," sahut Harison.
Harison memang belum memberikan sebagian hartanya untuk Aditya. Berbeda dengan Damar yang sudah mendapatkan 1 nama dari perusahan kecil yang ada di Luar Kota dan memang Aditya juga akan mendapatkannya bagian yang sama pastinya dengan Damar.
" Kenapa?" tanya Aditya, " aku menginginkan tempat itu. Karena cocok untuk proyek ku?" jelas Aditya.
" Kau pilih yang lain. Dan aku akan segera mengalihkan atas namamu," sahut Harison.
Harrison memang memiliki kekayaan yang banyak sampai Aditya saja di suruh memilih yang mana yang di inginkan.
" Aku tau kakek sudah tua. Tetapi aku juga tau. Kakek tidak tuli. Aku tidak akan mengulangi perkataan ku. Aku ingin pabrik itu," tegas Aditya .
" Anak ini benar-benar," desis Harison yang bisa jantungan dengan perkataan Aditya yang sangat keterlaluan.
"Tanah itu untuk calon pertama menantu di rumah ini," sahut Harison yang memang sudah merencanakan akan memberikan hadiah itu untuk menantu pertama di rumahnya. Mendengarnya Aditya mendengus kesal.
" Karena dia ingin menikah, kakek akan memberikan untuk istrinya," sahut Aditya tersenyum miring.
" Bukan karena dia yang akan menikah. Tetapi itu memang ku sediakan untuk menantu pertama di rumah ini," tegas Harison.
" Dan kakek pikir aku percaya dengan hal itu. Jika 1 per satu aset kakek akan kakek berikan kepada keluarga serakah itu," ucap sinis Aditya mulai kesal.
" Pendidikan mu tidak sesuai dengan perkataanmu. Kau selalu berbicara dengan sesuka hatimu. Kau bisa menanyakan langsung kepada pengacaraku. Jika kau yang menikah terlebih dahulu maka istrimu yang akan mendapatkannya, begitupun dengan Damar. Tanah itu untuk menantu yang pertama," tegas Harison.
" Aku sudah menduga kakek akan melakukan ini kepadaku," ucap Aditya kesal. Dengan kemarahan melangkah keluar.
" Papamu akan kembali saat pernikahan Damar, bicara kepadanya," ucap Harison membuat langkah Aditya berhenti. Aditya mendengus mendengarnya.
" Aku tidak memiliki seorang ayah," sahut Aditya sinis lalu pergi dengan langkah kemarahan. Harrison geleng-geleng dengan kelakuan Aditya.
" Anak itu benar-benar semakin hari ambisiusnya semakin tinggi, dia tidak pernah mendengarkanku," batin Harison geleng-geleng.
******
Tidak mendapatkan apa yang di inginkannya Aditya masuk kedalam mobilnya dengan membanting pintu mobil dengan kuat.
" Sial," umpatnya memukul stir mobilnya.
" Damar lagi Damar lagi. Kenapa kakek tidak pernah membuka matanya untuk 2 orang perusak itu. Sampai kapan kakek akan menutup kenyataan dengan kejahatan mereka," Aditya hanya bisa marah-marah di dalam mobilnya dengan apa yang di dapatkannya malam ini.
" Kakek selalu beralasan jika aku meminta sesuatu. Kakek benar-benar membuatku marah," desisnya mengepal tangannya.
Aditya mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Bion.
" Atur pertemuan dengan Mario pengacara kakek!" Perintah Aditya langsung mematikan ponselnya.
" Sekarang dia mengajakku untuk bicara dengan laki-laki tidak bertanggung jawab itu," batin Aditya mengingat perkataan kakeknya mengenai sang papa yang akan pulang.
Alexander Graham memang sedang menjalankan Proyek besar di Papua. Makanya Aditya enteng mendatangi rumah itu karena tidak ada papanya.
Aditya sangat marah jika bertemu dengan Pria itu. Ya jika mereka bertemu mereka hanya akan bertengkar. Lebih terlihat seperti musuh dari pada ayah dan anak.
************
Pagi-pagi sekali Felly sudah bangun. Masih dengan pakaian tidurnya. Felly mengikat rambutnya dan langsung menuju dapur. Apalagi yang dilakukannya selain memasak sarapan pagi.
Felly hanya memasak nasi goreng ala kadarnya untuk pengganjal perut semua penghuni rumah.
Saat di dapur Felly tidak melihat kakanya yang terbiasa tidur di ruang tamu.
" Kak, Andre tidak pulang," gumamnya yang mencemaskan kakanya.
Andre memang jarang pulang karena bekerja serabutan membuatnya juga mati-matian mencari uang untuk biaya ibunya berobat. Dia juga tidak bisa mengharapkan uang Felly saja yang juga bekerja mati-matian.
" Felly," tegur Wanti yang melihat Felly melamun.
" Bibi," sahut Felly menjadi gugup.
" Ada apa kenapa kamu malah melamun?" tanya Wanti.
" Tidak Bi, Felly hanya tidak melihat kak Andre. Pasti kak Andre tidak pulang, pasti dia masih bekerja," ucap Felly.
" Felly, mungkin saja Andre langsung kerumah sakit menjaga mamamu," ucap Bi wanti berpikir positif
" Iya mungkin aja," sahut Felly tidak yakin.
Dia hanya bisa berdoa semoga kakanya baik-baik saja. Felly juga sangat tau sang kakak juga sama sepertinya bekerja tanpa mengenal siang dan malam yang penting bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi ibu mereka.
********
" Kau ingin meminjam uang?" Tanya wanita paruh baya dengan wajah garangnya. Menatap spele dengan pria yang berdiri di hadapannya.
" Benar Bu, saya butuh uang untuk operasi ibu saya," jawab Andre yang menunduk di depan wanita itu dengan kedua tangannya saling mengatup mengantung di bawah sana.
" Baru juga kau bekerja di sini, sudah main pinjam-meminjam saja," sahut wanita itu sinis dengan melipat ke-2 tangannya di dadanya.
Andre memang baru bekerja di bagian gudang perabotan. Yang bertugas mencatat pemasukan barang-barang. Jadi memang dia akan lembur kalau sudah banyak barang masuk.
" Tapi saya sangat membutuhkannya Bu, saya janji akan menggantinya," ucap Andre. meyakinkan.
" Berapa yang kau butuhkan?" Tanya wanita itu seakan memberi harapan akan memberikan pinjaman.
" 70 juta," jawab Andre dengan cepat.
" Hahh!" Pekik Wanita itu kaget membulatkan matanya sempurna.
" 70 juta, apa kau gila, mau bayar pake apa. 10 tahun kau bekerja di sini. Tidak akan bisa membayarnya," ucap wanita itu langsung menjengkali.
Wanita itu semakin kesal mendengar nominalnya. Mana mungkin karyawan seperti Andre bisa membayar pinjaman itu.
" Tetapi saya akan berusaha untuk membayarnya Bu," ucap Andre terus meyakinkan bosnya yang terus memandangnya dengan remeh.
" Berusaha hanya bisa di ucapkan di mulut saja, kau jangan bermimpi bisa membayar hutang sebayak itu," sahutnya sinis yang benar-benar dongkol.
" Tolonglah Bu, saya akan membayarnya dengan bunganya juga," Andre terus
memohon agar di berikan pinjaman oleh bosnya tersebut.
Bersambung
Jangan lupa Vote, like, koment sangat di butuhkan saran dari para readers terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments