Hari ulang tahunku yang ke 17 tahun sudah tiba, malam ini aku akan kembali di uji lagi. Aku tidak tahu ujian seperti apa yang akan kutempuh, aku berharap kali ini aku tidak akan mengecewakan ayah dan ibu. Aku masih ingat sejak ulang tahunku yang ke 12 tahun hingga perayaan ulang tahunku yang ke 17 tahun, baru tahun ini kembali aku menghadapi ujian untuk membunuh hewan dan manusia.
Keluarga dari pihak ibuku yakni Alex Ordo sebut saja kakekku, dia sangat mendukung dan menyayangiku. Saat dia mendengar kabar bahwa aku gagal dalam ujian pertamaku, sejak saat itu kakek selalu memperhatikan aku, dia sesekali mengunjungi Mansion utama Kerajaan Boma.
Kakek juga yang mengajukan kepada ayahku untuk memberiku ujian kembali, karena usia wanita dan pria itu berbeda, usia 17 tahun lebih pas untukku menghadapi ujian ini, karena mentalku sudah terbentuk. Kakek mengajukan hal itu, namun dia mempertaruhkan keluarga Ordo, jika aku gagal kakek tidak bisa lagi menampilkan wajahnya di Mansion utama Kerajaan Boma. Tentu saja semua orang yang bermusuhan dengan keluarga kakek sangat senang mendengar hal ini terutama keluarga dari Voke. Mereka berharap aku akan gagal lagi dalam ujian nanti supaya kakek Alex segera menutup diri.
“Cucuku Sia, kenapa kau melamun nak” sahut kakek padaku. Kakek Alex sudah menghampiriku. Aku bisa melihat raut wajah kakekku sangat tegas dan berwibawa, dia adalah pria pejuang juga ahli bela diri.
“Kakek” sahutku memeluk kakek Alex.
“Apa kau masih gugup, nanti malam kakek akan menontonmu” sahut kakek Alex.
“Tidak kakek, terimah kasih sudah mendukungku selama ini” sahutku melepas pelukanku.
“Kakek yakin, kau tidak akan mengecewakan kakek. Pergilah temui ayah dan ibumu hari sudah sore, para tamu undangan sudah tiba” perintah kakek.
“Baiklah kek” sahutku beranjak menuju kamar utama orang tuaku.
Aku sangat jarang mengunjungi kamar orang tuaku, jika ada hal perlu saja baru aku kesana, sejak usia 12 tahun aku sudah jarang masuk ke kamar mereka. Padahal sewaktu balita dulu, aku masih ingat mereka sangat sering bermain dan bercanda denganku. Apa lagi ayahku, karena dia anak semata wayang, dia sangat senang memiliki seorang putri.
Sesampainya aku di depan kamar orang tuaku. Aku sangat terkejut mendengar ibuku sedang menangis dari dalam kamar, bahkan ayahku juga ada di dalam kamar tersebut. “Apa semua pengawal menjauh dari kamar ini” gumamku. Karena semua orang menjauh dari kamar utama, aku yakin ada hal penting yang dibicarakan oleh orang tuaku, aku terpaksa menguping pembicaraan orang tuaku dari arah samping dekat jendela kamar orang tuaku.
“Sudahlah sayang, kenapa kau masih menangis” sahut ayah pada ibuku.
“Jika putri kita masih gagal melewati ujiannya malam ini, aku tidak tahu harus bagaimana lagi” sahut ibuku. “Ternyata ibuku menangis karena aku” gumamku.
“Sayang, Sia tetap putri kita, percaya saja padanya, kali ini dia pasti bisa menjalani ujiannya” sahut ayahku.
“Selama ini aku sudah menyuruhmu untuk menikah kembali agar kita medapatkan keturunan seorang putra, tapi kau tidak mau” sahut ibuku.
“Kenapa hal ini yang selalu kau utarakan, aku tidak akan menikah, aku sudah punya istri dan anak” tegas ayahku.
“Apa mungkin karena kesalahan kita, seharusnya kita tidak menikah, kau tidak memiliki keturunan seorang putra” tangis ibuku semakin deras.
“Sayang, ayolah jangan ungkit hal ini lagi, aku sudah berapa kali mengatakan padamu, putri kita Sia akan menjadi penerusku” tegas ayahku.
“Lalu bagaimana jika Sia gagal, keluarga dari Voke dan ibu mertua selalu menjodohkanmu untuk segera menikahi putri dari keluarga Voke” sahut ibuku. Ibuku kembali menangis bahkan tangisan ibuku terdengar sangat sedih.
Mendengar tangisan ibuku, air mataku ikut keluar. Entah mengapa, air mataku menetes begitu saja. Hatiku begitu sakit, entah kenapa hatiku sangat sakit, aku yang lahir kembali mendengar perbincangan orang tuaku, mungkin karena kehidupanku yang sebelumnya, aku menerima perlakuan kasar dari orang tuaku dan mendapatkan penghianatan dari kekasihku juga sahabatku sendiri.
Aku berlari keluar dari Mansion menuju taman belakang Mansion, air mataku masih menetes. “Ternyata selama ini orang tuaku sangat menyayangiku” gumamku. Kalau aku sudah sedih begini, aku akan curhat dengan Aslan sahabatku sendiri. Namun Aslan tidak aku temukan. Aku mencari keberadaan Aslan di sekitar taman. Tidak berapa lama aku sudah melihat Jordi berlari tergesa-gesa menemuiku.
“Putri Sia ... gawat Putri ....” sahut Jordi, dia sedang mengatur nafasnya.
“Maaf putri, Aslan baru saja ditawan oleh pengawal, Aslan keluar dari area Mansion, ayo Putri saya bawa anda kesana” sahut Jordi menarik tubuhku. Kami berlari keluar dari Mansion.
“Kenapa dia bisa mengamuk” tanyaku pada Jordi sambil berlari.
“Maaf putri, saya juga tidak tahu” sahut Jordi.
Ternyata Aslan sudah di kepung oleh para pengawal. Semua orang sudah heboh melihat Aslan mengamuk.
“Bunuh saja Singa itu, dia sudah merusak semua pekarangan, bahkan menggigit seorang anak kecil hingga terluka”
“Tangkap Singa itu, jangan sampai lepas”
Teriak pengawal dan pelayan, mereka sudah mengepung Aslan.
“Gearr ... gearr ....” Aslan sudah mengaum.
Aku melihat sekitar, semuanya sudah hancur lebur. Jordi mencoba menghalangi para pengawal itu, namun tubuh Jordi yang masih remaja, dia belum dewasa, kemampuannya masih lemah, Jordi sudah di tahan oleh pengawal Hans.
“Tunggu ... Singa itu peliharaanku, dia hewan yang baik” teriakku pada pengawal, mereka sudah menjerat kaki Aslan. Aslan semakin mengamuk mulai menyerang para pengawal itu. Aku langsung mendekat pada Aslan.
“Aslan tolong dengarkan aku” sahutku pada Aslan, namun Aslan tetap mengabaikan aku. Aku mencoba berkomunikasi dengan batinku.
“Aslan, aku mohon dengarkan aku, apa yang terjadi kenapa kau berubah begini” batinku.
“Putri ... maaf... sepertinya aku sudah memakan obat, aku tidak bisa menahan diri” sahut Aslan. Tidak berapa lama.
“Dor ... dor ....” bunyi pistol menembak tubuh Aslan, sumber pistol itu berasal dari pengawal Hans.
“Aslan ....” teriakku melihat tubuh Aslan sudah tertembak.
“Grr ... grr ....” Auman Aslan semakin lemah, tubuhnya sudah berbaring.
“Aslan, bertahanlah, kau tidak boleh mati” sahutku menghampiri tubuh Aslan.
“Apa yang kalian lakukan, cepat bunuh Singa itu” teriak Hans.
“Aku sudah mengatakan Singa ini peliharaanku, bisakah kalian mundur” sahutku menghalangi para pengawal itu.
Aku langsung menarik pedangku dari sarungnya.
“Apa kalian tidak dengar, abaikan saja putri tidak berguna ini” teriak Hans. Para pengawal itu serba salah, mereka kebingungan menerima instruksi.
“Maaf putri” sahut sebagian pengawal itu menyerang Aslan.
Aku sudah tidak bisa lagi menahan diri, melihat mereka menusuk Aslan tubuhku seperti bergerak sendiri. Tubuhku langsung bergerak dengan cepat berputar melakukan gerakan mawashi.
“Tsak ... tsuk” mata pedangku menyayat tubuh pengawal Hans. Tubuh Hans langsung tergeletak.
“Putri ....” teriak semua orang terkejut melihat aksiku.
“Tsuk ....” ujung pedangku langsung menembus perut pengawal Hans. Mataku sangat tajam menatap wajahnya, selama ini aku sangat membencinya.
“Huhk ... uhukhk ....” Darah dari tubuhnya sudah banyak keluar, aku menyaksikan pengawal Hans menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Tidak sampai disitu aku langsung menghampiri pengawal yang sudah menawan kaki Aslan.
“Swingg ....” Tali yang mereka pegang sudah kuputus. Namun tubuhku kembali bergerak dengan cepat.
“Tsak ... tsuk ... tasak” pedangku menghunus semua pengawal yang sudah menawan tubuh Aslan, darah mereka sudah bercipratan di wajahku.
Aku sudah melihat semua pelayan wanita ketakutan melihatku, bahkan mereka menjauh dengan tubuh gemetar. Wajahku sudah tertutupi oleh darah kental para pengawal yang kutusuk tadi.
“Tsuk ....” mata pedangku kuhunus ke tanah.
“Masih ada di antara kalian yang melawan perintahku” tegasku pada mereka.
“Maaf putri, kami salah” teriak para pengawal dan pelayan wanita itu menunduk padaku.
Tubuhku langsung lemas, aku tidak menyangka bahwa aku sudah membunuh manusia, bahkan tubuhku sudah berlutut, pandangan mataku terasa kosong.
“Tanganku ini, tanganku ini sudah membunuh” gumamku.
Tidak berapa lama aku melihat sosok tubuh kekar sudah berjalan menuju kearahku.
“Bos” sahut para pengawal.
Mendengar kata bos aku sadar ternyata ayahku sudah berada di lokasi. Tiba-tiba saja ayahku melepaskan pakaian luarnya dan memakaikannya padaku.
“Hari ini dan seterusnya putriku Sia adalah putri Boma” tegas ayahku, ayahku sudah melap darah yang ada di wajahku dengan tangannya. Air mataku keluar, aku baru saja mendengar pengakuan dari ayahku Garendra Boma, dia mengakuiku sebagai Putri Boma.
“Purtiku Sia” sahut ibuku menangis, dia langsung memelukku. Aku melihat sekitar, ternyata semua orang sudah ramai berkumpul di lokasi. Aku melihat kakek Alex sekilas, dia tersenyum bahagia padaku.
“Hidup putri Boma” teriak pelayan dan pengawal menunduk.
“Bereskan semua lokasi” perintah ayahku.
Aku langsung dibawa masuk kedalam Mansion. Sementara Jordi sudah mengurus tubuh Aslan, aku yakin Aslan sudah tidak bernyawa.
Bersambung...........
Hai Reader, terima kasih sudah mampir,🙏
Jangan lupa like dan komentar ya😘
Oya, jadiin Favorite untuk up lanjutan😊
See You 🙋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
aq sukaa 😍👍
seeru thor
aq sudah bawa 3 like yaaa
2020-07-26
1
Adine indriani
aku like lagi kak semangat
salam dr Love at first sight
2020-06-15
1
aku mampir, sampe sini dlu :)
2020-05-24
2