Semua penonton sudah bubar, Jordi menghampiriku.
“Putri Sia, anda tidak apa-apa” tanya Jordi mengkhawatirkan keadaanku. Saat aku menghunus pedangku ketanah tadi, ternyata lututku terluka.
“Jordi, aku tidak apa-apa, tolong bantu aku mengobati Aslan” sahutku pada Jordi.
“Putri, Aslan maksud putri siapa?” tanya Jordi heran.
“Singa itu bernama Aslan, mulai saat ini Singa itu jadi peliharaanku” sahutku pada Jordi.
Tidak berapa lama, aku dan Jordi membawa Singa itu menuju taman Mansion paling belakang, aku memilih area itu karena jauh dari keramaian juga pelayan dan pengawal.
“Jordi, kau boleh tinggalkan aku dan Aslan disini” sahutku.
“Tapi putri, kaki Putri juga kaki Aslan belum di obati” sahut Jordi mencemaskan aku dan Aslan.
“Tidak apa-apa, aku yang akan mengobatinya” sahutku.
“Baik putri, kalau ada keperluan, panggil saja saya putri” sahut Jordi meninggalkan aku dan Aslan. Aku mengangguk mengijinkan Jordi pergi.
Beberapa menit kemudian aku sudah membungkus kaki Aslan dengan kain, aku juga sudah memberikan obat luka pada kakinya. Aku menunggu dia untuk bicara, namun dia tidak bicara sama sekali. Aku melihat kesekitar sudah tidak ada orang.
“Hei, bicaralah” sahutku pada Aslan, aku tidak tahu Singa itu pingsan atau tertidur karena sayatan pedangku. Namun Aslan tidak mendengarku berbicara. Sejenak aku mengingat bagaimana tadi aku bisa berkomunikasi dengannya. Akhirnya aku memfokuskan diriku pada satu tujuan yaitu berkomunikasi dengannya, aku harus terhubung dengan batinku.
“Aslan, apa kamu mendengarku” batinku menatap Aslan, dia masih berbaring.
“Tuan putri, aku bisa mendengarmu” sahut Aslan.
“Sebenarnya siapa dirimu, kenapa kau bisa bicara denganku, apa hanya aku orang yang bisa berkomunikasi denganmu?” batinku bertanya.
“Putri, hanya anda yang bisa bicara dengan saya, saya adalah pengawal setia anda” sahut Aslan.
“Kau tidak keberatan aku panggil dengan nama Aslan?” batinku bertanya.
“Tidak putri, nama yang anda berikan itu nama yang bagus” sahut Aslan.
“Kenapa bisa kau menjadi pengawalku” tanyaku.
“Tuan putri, anda mungkin tidak bisa mengingat, namun yang pasti saya dikutuk menjadi hewan, itu karena sebuah misi putri” sahut Aslan.
“Misi apa, bisakah kau jelaskan padaku” tanyaku kembali.
“Maaf putri, sampai anda ingat kembali, baru saya bisa menjelaskannya" sahut Aslan.
“Apa aku bisa bicara secara langsung denganmu” tanyaku kembali, sangat sulit terhubung dengan batin bila bicara dengan Aslan.
“Maaf putri, hanya melalui ini cara kita bisa berkomunikasi, kecuali jika terjadi hal terdesak” sahut Aslan.
“Hal terdesak ya, seperti apa hal terdesak itu Aslan” tanyaku.
“Seperti tuan putri terancam akan di bunuh oleh orang, dengan secara tiba-tiba aku bisa secara langsung berkomunikasi dengan putri tanpa harus dari batin” sahut Aslan menjelaskan.
“Begitu ya, baiklah. Aku berharap bisa menjadi sahabat baikmu” batinku.
“Tidak putri, saya adalah pengawal anda, saya bersyukur akhirnya bisa bertemu dengan anda” sahut Aslan.
“Terserah padamu saja” batinku.
Singa itu menjadi teman bermainku di sela-sela aku selesai menempuh pendidikan di Mansion dan berlatih, aku memilih bermain bersama Aslan.
Sejak selesai aku menghadapi ujian pertama itu, sudah tersebar keseluruh kerajaan bahwa aku adalah putri yang tidak bisa membunuh bahkan untuk membunuh hewan kecilpun tidak bisa. Aku tidak tahu bahwa informasi bercibir di usiaku baru 12 tahun sudah menjadi hal biasa. Ternyata informasi buruk tentang seseorang itu sangat cepat tersebar.
Bahkan sikap ibuku mulai sedikit berubah padaku hingga usiaku mau beranjak 17 tahun, sebentar lagi ulang tahunku akan digelar. Namun aku tidak pernah mendapat pengakuan dari ayahku, dia lebih memilih sibuk dengan pekerjaannya, bahkan aku bisa melihat hubungan ayah dan ibu mulai terlihat tidak baik di dalam Mansion.
“Sia, bukan seperti itu yang ibu ajarkan, ulangi lagi” tegas ibu memerintahku.
“Baik ibu” sahutku mengulangi gerakan. Aku mengulangi gerakan yang sebenarnya gerakanku itu sudah benar menurutku.
“Shuto uke..” teriak ibuku. Aku langsung lakukan gerakan pedang dibelokkan.
“Ulangi lagi” sahut ibuku. Aku melaksanakan perintah ibuku.
Aku tidak tahu sudah berapa kali aku mengulangi gerakan yang sama. Bahkan tenagaku sudah mau habis.
“Huh.. huh” aku mendesah melap keringatku. Di kehidupan sebelumnya aku yakin tidak akan sanggup melakukan hal ini, namun di kehidupan ini aku tidak menyangka bisa melakukannya.
Tidak berapa lama Jordi sudah datang membawakan minum untukku.
“Putri anda sudah terlihat lelah, sebaiknya minum ini dulu” sahut Jordi menyerahkan botol minuman padaku.
“Pengawal Jordi, apa aku sudah memerintahkanmu untuk memberikannya minum” sahut ibuku. Aku langsung menyerahkan botol minuman itu pada Jordi.
“Tapi putri, anda sudah terlihat lelah” sahut Jordi pelan padaku.
“Tolong tinggalkan aku, aku masih sanggup” sahutku menyuruhnya pergi.
“Maaf nyonya, saya salah bertindak” sahut Jordi keluar dari area latihan.
“Kau sudah bisa kembali lagi latihan” sahut ibu padaku.
Aku langsung berdiri, kembali kutarik pedangku dari sarungnya. Aku kembali berlatih sesuai dengan instruksi dari ibuku.
Sebenarnya aku bisa melihat dari mata ibuku, bahwa dia tidak tega melakukan ini, hanya saja dia harus menjaga sikapnya dihadapan semua orang. Aku sangat yakin ibuku yang saat ini sangat menyayangiku beda dengan kehidupanku yang sebelumnya.
“Depan..” sahut ibuku. Aku mengarahkan pedangku ke arah depan.
“Belakang” sahut ibu, aku langsung mengarahkan kebelakang.
“Mawashi..” teriak ibuku, aku langsung menggerakkan tenaga dalamku menghunus pedangku berputar hingga udara disekitarku ikut berputar.
“Swusss..” suara angin sudah bergerak di telingaku.
“Berhenti” sahut ibuku. Aku segera membaringkan tubuhku kelantai.
“Sejak kapan aku mengajarkanmu selesai berlatih langsung berbaring” sahut ibuku, suaranya kembali meninggi.
“Maaf ibu” sahutku, aku langsung berdiri.
“Pergilah bersihkan dirimu, selesai bebersih diri, kau tidak boleh keluar” sahut ibuku.
“Begini cara ibu melindungiku, apa ibu setakut itu melihat putri kandung ibu mendapat cibiran dari banyak orang jika aku keluar nanti” sahutku pada ibuku.
“Sia, sudah berapa kali kita berdebat untuk masalah ini, buktikan saja dirimu bisa membunuh, jangankan membunuh manusia, membunuh hewan saja dulu” sahut ibuku.
“Jika aku sudah bisa membunuh manusia, bisakah aku kembali seperti dulu, menjadi putri kesayanganmu” sahutku pada ibu.
“Dari dulu sampai sekarang posisimu tidak pernah berubah dihati ibu, berusahalah untuk tidak mengecewakan ibu, sebentar lagi ulang tahunmu yang ke 17 tahun. Ibu berharap mendapatkan hadiah darimu, ibu mohon padamu” bisik ibuku. Ibuku langsung keluar dari area latihan dan meninggalkan aku di area latihan.
Tanganku sudah mengepal mendengar ucapan ibuku, ada kalimat memohon yang dia ungkapkan pertanda bahwa dia sangat ingin aku tidak mengecewakannya.
“Tolong kalian bersihkan putri Sia, layani dia dengan baik” perintah ibuku pada pelayan wanita yang sudah berdiri di samping area latihan.
“Baik nyonya” sahut para pelayan wanita menunduk.
Ternyata semua pelayan sudah ada di sekitar kami. Bahkan anak dan ibu tidak bisa leluasa berbincang di Mansion ini. Para pelayan sudah tiba untuk mengurusiku.
Bersambung.......
Hai Reader, terima kasih sudah mampir,🙏 jangan lupa like dan komentar ya😊
Oya, Jadiin Favorite untuk up lanjutan,
See You 🙋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
akun nonaktifkan
5 like dulu ya😁👍
Mampir karyaku ya, sekalian like, dan rate 🥺🙏🏻
Pasti aku selalu mampir karya mu kok, kalau ada kamu komen eps dikaryaku😆
Tunggu aja🙏🏻
2020-07-31
0
Li Na
boomlike dulu
semangaat
2020-07-06
0
Rey Novhyta
lanjut thor
2020-07-04
0