Aku Menyukai Isterimu

“Kalau kalian mau mengajaknya, kalian jemput saja ke sini ya.”

“Iya, tapi perginya sekitar jam 12 siang, dan mungkin sampai sore gitu kak Bram.”

“Sampai sore? Jam berapa tepatnya? Kok lama gitu?”

“Ya ampun Kak, namanya juga wanita, pasti banyak yang ingin dilakukan antara wanita. Kami mau berbelanja dulu, lalu menonton di bioskop. Paling lama, sekitar jam 6 kami antarkan kakak ipar. Segitu saja sudah rindu ya.”

“Bukannya begitu Shinta, kakak iparmu kan tidak pernah keluar rumah dalam jangka waktu yang lama.”

“Ya elah, ini kan tidak lama loh.”

Abraham melihat Bellova sedang menyiapkan makan malam mereka,begitu juga dengan isterinya melihat Abraham sedang berbicara melalui ponselnya.

“Apa kalian sudah bicara langsung dengan Bellova?”

Mendengar namanya disebut, Bellova melihat Abraham lagi.

“Belum sih, yang penting dapat ijin dari kak Abraham dulu, aku juga yakin kalau kak Bellova pasti mau ikut, dan minta untuk ijin darimu Kak.”

“Ya sudah, aku ijinkan kalian bawa dia, tapi ingat! Jaga dia dan jangan mengabaikannya.”

“Ck, masa iya kami mengabaikan kakak ipar. Dan tentu kami juga pasti menjaganya. Tenang saja ya Kakakku. Aku tahu kau sangat bucin dengannya.”

“Bucin? Sudahlah, jangan bicara yang aneh-aneh.”

“Oke, oke. Sudah ya, aku mau tutup teleponnya. Bye,”

Abraham menghela napas setelah menutup teleponnya. Isterinya pun sudah datang dengan membawa yang

terakhir ditangannya dari dapur.

“Love, Arshinta dan kak Ina mau mengajakmu jalan-jalan besok, apa kamu mau?”

Bellova baru saja ingin duduk, “Mm? jalan-jalan? Kamu ikut?”

“Tidak, aku tidak bisa ikut dengan kalian. Kau tahu kan pekerjaanku masih banyak, tolong nasinya dong,” Abraham mengangkat piring kosong untuk diisikan nasi oleh Bellova.

Isterinya pun langsung memberi nasi dipiring Abraham, “Apa boleh aku ikut?”

“Tentu saja. Kau pasti sering bosan dirumah terus kan? Walaupun siang kau datang kekantor dan pulang

bersamaku, tapi kau pasti tetap akan merasa bosan.”

“Jangan lupa bawa kartu kredit yang aku berikan padamu dan gunakan itu. Dan janga lupa untuk membeli keperluanmu, seperti… ‘itu’.”

“I… iya, aku tahu kok.” Jawab Bellova gugup dan malu kalau mengingat kejadian itu. Padahal suaminya melirik sambil tersenyum kecil.

“Saat kau bersama mereka, jangan pergi jauh-jauh darinya. Mereka pasti bisa menjagamu. Kata mereka sih, kalian sampai sore diluar sana, jadi nikmati waktumu ya.”

“Sampai sore? Apa tidak apa-apa? Nanti menyiapkan makan malamnya jadi terlambat?”

“Tidak usah khawatirkan itu Isteriku.”

Mendengar ucapan itu, wajah Bellova memerah tanpa Abraham menyadari itu.

“Pokoknya nikmati saja waktumu, aku bisa makan diluar kalau kau tidak sempat masak.”

Dua jam kemudian, setelah mereka selesai makan malam. Bellova yang sedang merapikan tempat tidur.

Tok… tok… tok..

“Love, bisa minta tolong sebentar?” Abraham muncul dari pintu yang memang sudah terbuka, namun dia mengetuk untuk memberitahukan kehadirannya. Dan juga agar isterinya tidak terkejut, karena dia gampang terkejut.

“Ya? Ada apa Bram?” menoleh melihat suaminya yang masih berdiri didepan kamarnya.

“Tolong buatkan kopi dan buah ya. Bawakan keruang kerjaku.”

“Tapi bisa tunggu sekitar 2 menit? Aku mau menyemprotkan kamarnya dulu dengan anti nyamuk?”

“Hm, bisa kok. Kalau begitu nanti kau antarkan kesana ya,” ucap Abraham lalu pergi meninggalkan Bellova yang langsung menjawab.

***

Abraham sedang berbicara ditelepon diruangannya.

“Jadi, kau jangan mengatakan pada siapapun tentang rencana kita ini. Karena aku yakin, pasti akan ada yang membocorkan dan memberitahukan pada kubu sana.” Ucap Denis meyakinkan rencananya pada Abraham.

“Bagaimana kalau mereka menyakiti papaku?”

“Pft, siapa yang berani? Walau papa Lucifer sudah tua, apa kau pikir tenaganya langsung meleyot gitu? Dan juga, kalau mereka tahu siapa papa Lucifer, mana berani menyakitinya kecuali orang gila dan orang yang bosan dengan hidupnya.”

“Iya juga sih. Oke, aku akan ikuti rencanamu.”

“Sebenarnya, papa Lucifer juga sudah aku beritahu rencananya dan dia setuju.”

“Oh ya, bagaimana dengan isterimu?”

Abraham mengernyitkan dahinya, “Kenapa kau menanyakan isteriku?”

“Hm, Bram, aku tahu kalau kau tidak memiliki perasaan dengannya kan? Aku tidak tahu kenapa kau menikahinya, tapi yang pasti, bukan karena kau atau dia yang jatuh cinta, benar kan?” tebak Denis.

Tidak ada jawaban dari Abraham.

“Terus terang saja sih, aku memang menyukai Bellova. Awalnya aku tidak tahu kalau dia sudah menikah, apalagi menikah dengan dirimu, anak dari orang yang sudah menyelamatkanku.”

Abraham meremas lembaran kertas ditangannya.

“Waktu kecil, aku menyukai Arshinta, itu karena aku kegum padanya. Tapi setelah aku bertemu dengan isterimu-

“Hah, gampang sekali perasaanmu itu berubah.”

“Sebenarnya tidak berubah, hanya aku saja yang tidak yakin dengan perasaanku pada Arshinta, apakah hanya mengagumi atau menyukainya. Kau tahu kan? Namanya juga anak-anak. Dan setelah seumur ini, aku baru menyadari kalau aku hanya kagum pada Arshinta.”

“Jadi, kalau kau bosan atau ingin melepasnya-

“Aku tidak akan melepasnya!!!” teriak Abraham kesal. Saking kesalnya dia berdiri.

Tok… tok… tok…

Ceklek!

“Bram, aku sudah membawa kopinya,” Bellova masuk dengan pesanan Abraham.

Suaminya melihat Bellova yang baru muncul. Wajahnya terlihat tidak suka dan menahan amarahnya.

Bukan dia marah pada Bellova, hanya kesal mendengar keinginan Denis yang terus terang.

Semua tidak menyadari kenapa Abraham menikah dengan Bellova. Yang keluarganya tahu, Abraham tidak berniat jahat pada Bellova, dan tidak mau terlalu sibuk menyinggung perasaan pribadinya.

“Apa itu Bellova? Aku seperti mendengar suaranya,”

“Bram? Itu Bellova kan? Aku ingin-

Klik!

Brugh!

Menutup teleponnya dan membanting ponselnya ke atas meja. Isterinya terkejut.

‘Apa dia sedang kesal?’

“Kopinya ku letakkan disini saja?”

Abraham tidak menjawab, dia masih menatap isterinya yang gugup.

‘Apa aku datang diwaktu yang salah?’

‘Apa Bellova juga memiliki perasaan seperti… Denis?’

‘Kalau mereka sama-sama saling… menyukai..?’

“Mmmm… kopi dan buahnya sudah ada di sini, jadi… aku pergi saja,” tidak mau mengganggu pekerjaan suaminya, dan juga dia tidak tahu mengapa suaminya menatapnya seperti itu.

Klik!

Bellova sudah pergi keluar dari ruangan Abraham.

Abraham duduk kembali, wajahnya masih bingung.

‘Apa aku tanya saja pada Bellova?’

‘Kalau dia menyukai Denis, dan pergi meninggalkanku, maka… maka siapa yang akan menyiapkan makanan enak untukku? Siapa yang akan mengantar makan siangku? Siapa yang akan menyetrika pakaianku? Dan… dan siapa yang mengurus diriku?’

“Tunggu! Sebenarnya aku menganggap Bellova sebagai apa?”

“Bukankah sama saja aku menganggap dia adalah pelayanku dan bukan isteriku?”

“Tapi, isteri juga kan harus melakukan pekerjaan itu. Jadi, aku tidak salah jika mengharapkan dia melakukan tugas-tugasnya kan?”

“Hah, padahal aku mengatakan padanya agar jangan bertindak seperti pelayan.”

“Shit! Ini karena si Denis breng**k itu!”

“Kalau dia tidak membicarakan tentang isteriku, mungkin aku tidak akan memikirkan ini.”

*

*

*

Nah, nah, nah. Gimana nih, kenapa Abraham gelisah? Dan apa benar si Denis itu menyukai isterinya? Menyukai atau mencintai?

Apa Abraham mau melepas Bellova pada Denis?

Jangan lupa Like dan Komentnya ya teman-teman.

Terpopuler

Comments

Febriani Soemantri

Febriani Soemantri

Mencium bau2 perbucinan nie

2022-05-14

1

Rangrizal28

Rangrizal28

ungkapkan hatimu bram,pebinor ada disekitarmu

2022-04-03

2

umiazmi

umiazmi

wahhh. .wahhh cintanya muncull gehhh bang. .kaku amattt

2022-04-03

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!