Kecupan Sebelum Berangkat kerja

“Iya, besok aku akan kekantor.”

“Apa anda setuju dengan rencana si Denis itu?”

“Iya, mau bagaimana lagi, hanya dia yang bisa kita percayai untuk membantu papa.”

Tok… tok… tok…

“Masuk,”

Ceklek!

“Ya sudah kalau begitu, aku akan menutup teleponnya,” Abraham mengakhiri telepon saat isterinya datang dengan membawa segelas bandrek susu pesanan suaminya.

“Apa aku letakkan disini saja?”

“Mm, taruh disana saja.”

Bellova masih berdiri walau pesanan Abraham sudah diletakan dimeja.

Terlihat betapa sibuknya suaminya itu.

“Kau bisa istirahat lebih dulu saja Lov,” ucap Abraham tanpa menoleh padanya.

“Oh? Iya. Kalau begitu aku permisi dulu ya.”

“Mmm, Love, apa aku bisa minta tolong lagi?”

“Iya?” Bellova menoleh kebelakang saat Abraham memanggilnya.

“Tolong sebelum kamu tidur, kamarnya disemprot dulu supaya tidak ada nyamuk, dan semua pintu pastikan sudah dikunci.”

“Iya, ada lagi?”

“Tidak, tidak ada.”

‘Aku tidak kelewatan kan? Aku hanya minta tolong dia melakukan itu, bukan menganggapnya pekerja dirumah ini.’

****

“Hhooaamm… sudah jam 11 malam ternyata, padahal awalnya aku hanya ingin mengecek pekerjaannya saja,”

Abraham berdiri meregangkan kedua tangan keatas.

“Pasti Bellova sudah tidur.”

Dia mematikan lampu ruang kerja sebelum meninggalkan ruangannya.

Saat dia ingin masuk kedalam kamar, ternyata sudah tidak ada orang dibawah, dan beberapa ruangan sudah gelap.

Ceklek!

Dilihatnya isterinya sudah berbaring membelakanginya.

Pelan-pelan dia berbaring agar isterinya tidak sampai bangun.

“Aakkhh… ngantuk banget,” ditariknya selimut untuknya agar bisa dipakai. Untungnya selimut berukuran besar sehingga bisa muat untuk mereka berdua.

Tak!

'Waduh, gak sengaja nendang kakinya, bangun tidak ya?’

“Hhmmppp?”

‘Wah, bangun nih,’

“Sorry, tidak sengaja,” ucap Abraham tersenyum merasa bersalah. Bellova sudah bangun dan menoleh melihat kebelakang dimana Abraham sudah berbaring.

Bellova langsung bangun tiba-tiba, membuat Abraham terkejut.

‘Apa dia ngigau?’

‘Dia? Dia sudah ada disini?’ batin Bellova.

Bellova baru menyadari kalau ternyata dia tertidur ditengah-tengah, hanya sedikit bagian untuk Abraham bisa berbaring.

“Maafkan aku-

“Tidak, tidak apa-apa. Lanjutkan saja tidurmu,” Abraham memejamkan matanya supaya Bellova bisa tidur kembali dan tidak merasa canggung lagi.

Hanya dalam 10 menit mereka sudah tertidur dengan pulas. Itu karena mereka berdua sama-sama lelah.

Tiga jam kemudian…

Pluk!

Abraham sudah memeluk Bellova layaknya guling. Saat itu posisi Bellova sudah berbalik menghadap suaminya. Mereka sama-sama tidak sadar apa yang mereka lakukan karena sudah tertidur.

Hembusan napas mereka berdua saling menyentuh wajah secara bergantian. Bellova yang malu-malu

berdekatan atau bersentuhan dengan Abraham, malam ini jarak mereka sangat dekat, dekat sekali.

*****

Abraham sudah terburu-buru karena bangun kesiangan. Untungnya Bellova sudah menyiapkan sarapan terlebih dahulu.

“Aku sudah beberapa kali membangunkanmu,”

“Iya tidak apa-apa.”

‘Mungkin caramu membangunkanku seperti menina bobokan anak-anak kali ya.’

Sarapan yang dinikmati hanya sepotong roti bakar dengan campuran cokelat dan keju tabur serta segelas kopi yang diminum walau masih sedikit panas. Dia tidak ingin terlambat bekerja.

“Apa nanti siang aku antar makan siangnya?”

“Iya tentu saja Lov, apalagi pagi ini aku tidak puas sarapannya.”

“Kamu mau makan apa?”

“Terserah ya, aku harus pergi sekarang, sampai jumpa nanti siang,” diambil kunci mobil dan jaket kulitnya.

Baru beberapa langkah, dia berbalik melihat Bellova yang masih menatapnya.

“Ada apa? Apa ada yang ketinggalan?”

Abraham menyentuh kepala Bellova dibagian belakang.

Cup!

Lalu mencium kening isterinya sebelum dia berangkat kerja.

Abraham sudah melanjutkan langkahnya, namun Bellova masih terkejut dengan apa yang barusan terjadi. Padahal itu bukan kali pertama dia alami tapi masih seakan tidak percaya.

Dia tersenyum.

“Akkh… aku harus masak apa ya untuk suamiku? Pft…”

***

Abraham tidak perduli dengan tatapan beberapa orang padanya. Bahkan sudah ada beberapa wartawan juga yang ingin menghampirinya, namun Abraham mengabaikan dan langsung masuk kedalam kantor.

“Sombong sekali, padahal anak mafia tapi belagu.”

“Benar, sok mengatasi kejahatan, bapaknya sendiri saja tidak bisa diatasi.”

“Tentu saja mana bisa, jabatannya saja yang sekarang, pasti karena bapaknya yang seorang anggota mafia itu.”

Abraham bisa mendengar dengan jelas, Adley menahan atasannya agar diam dan tidak perduli.

“Jangan marah dulu Pak Abraham, karena mereka itu sebenarnya adalah suruhan dari pihak sebelah,” bisik

Adley memberitahukan pada Abraham.

“Hm, pantas saja.”

“Kami sudah mendapatkan data-data mereka, dan sebentar lagi akan kami tangkap untuk sebagai saksi.”

“Cepat lakukan! Aku tidak mau mereka lebih lama berkoar-koar diluar sana!”

Begitu juga di sekolah Cinta Kasih milik Arshinta. Belum juga Arshinta selesai memarkirkan mobilnya, sudah banyak wartawan yang mengerubungi untuk diwawancara.

‘Sial! Ngapain sih mereka disini?’

“Kak Shinta, kenapa ada banyak orang diluar?” tanya Raka yang duduk didepan, samping Arshinta yang mengemudi.

“Tidak apa-apa kok Raka Sayang, kita turun ya,” Arshinta akhirnya turun lebih dulu.

“Bu Arshinta, bagaimana pendapat anda tentang orang tua anda yang terlibat dengan mafia?”

“Bu Arshinta, apakah itu semua benar?”

“Berarti, sekolah ini juga membesarkan anak-anak berandalan Bu?”

Plak!

Saking kesalnya, Arshinta membuang kamera yang disorotkan padanya. Sengaja dilemparkan tatapannya yang tajam pada para wartawan yang sengaja memancing emosinya.

“Permisi! Permisi sebentar!”

“Tolong tinggalkan tempat ini!”

“Siapa mereka?”

“Kenapa mereka mengusir kita?”

Anak buah Lucifer datang ingin mengusir para wartawan yang juga terdapat orang-orangnya Irwan.

Karena kedatangan mereka, Arshinta bisa lewat sambil menggendong Raka dalam pelukannya. Raka memeluknya dengan erat, wajahnya melihat wartawan yang selalu mengambil foto mereka berdua, sampai-sampai mata Raka sakit karena kilatan cahaya dari kamera mereka.

“Apa anda ini anggota mafia?”

“Kenapa anda begitu kasar sekali?”

Sekarang, anak buah Lucifer yang diinterogasi mereka.

Wajah-wajah mereka yang kasar dan sangar, membuat wartawan ketar-ketir. Tapi mereka mengomppri wartawan lain agar tetap maju lebih berani.

“Saat ini kami berbicara dengan pelan dan lembut, tapi kalau kalian masih-

“Apa? Pelan dan lembut? Yang begini kalian bilang lembut dan pelan?” celetuk salah satu anak buah Irwan.

“Iya benar! Kalian orang jahat! Kalian harusnya ditangkap polisi!”

“Tentu saja mereka tidak ditangkap, karena keadilan di Indonesia ini sudah dibeli dengan uang, oleh mereka-mereka yang mafia ini.”

Akibat ulah dari anak buah Irwan, wartawan yang lainnya yang tidak tahu apa-apapun jadi ikut-ikutan.

Mereka mendorong anak buah Lucifer walau tidak sedikitpun langkah mereka berhasil mundur.

Dari wajah mereka, seakan tertulis untuk menghajar, memukul dan menendang orang-orang yang memancing keributan. Lucifer berpesan agar tidak menyakiti siapapun, apapun yang terjadi. Tanpa perintah dari bosnya, mereka tidak bisa mengangkat tangan dan melayangkan tendangannya.

“Selamat pagi Bu Arshinta,” sapa Ruly, asisten dan orang yang dipercaya Arshinta.

“Pagi Rul, kok sepi? Dimana anak-anak lainnya?” Arshinta mencari anak-anak muridnya yang tidak terlihat.

“Mereka pulang dijemput orang tuanya, Bu Arshinta.” Rini yang menjawab pertanyaan Arshinta.

“Loh? Kok?”

Terpopuler

Comments

Nurak Manies

Nurak Manies

💪💪💪💖💖🌷🌷

2022-04-22

0

Nurak Manies

Nurak Manies

😘😘😘😘

2022-04-22

0

Henni E W P

Henni E W P

kasian adam mao ditangkep

2022-04-02

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!