Ledekan Abraham Pada Bellova

“Bram, pulanglah, Papa tidak apa-apa disini.” Suruh Lucifer pada puteranya. Sudah pukul 9 malam, tapi Abraham masih berada di kantor polisi.

“Tapi Pa-

“Pak Abraham, saya dan Adley ada disini, kasihan isteri anda dirumah, pasti dia khawatir dengan anda.”

Venom juga menawarkan hal yang sama.

Abraham ragu untuk pergi, dia melihat papanya yang mengangguk, agar Abraham pulang.

“Baiklah, aku akan pulang. Besok pagi-pagi aku akan datang kesini.”

“Tentu saja anda harus datang, kan anda bekerja disini,” ledek Adley. Dia hanya bercanda agar Abraham tidak khawatir.

“Kalau ada apa-apa yang terjadi, hubungi aku.”

“Pasti,” Venom mengangkat jempol tangannya.

Malam itu, Lucifer tidur didalam sel. Didalam sel itu, tidak ada penjahat lain yang ada bersama Lucifer. Selain agar Papanya tidak terganggu, itu juga karena para tahanan disana juga takut jika bergabung dengan Lucifer, si Bos Mafia yang terkenal kejam dan suka membunuh itu.

Sel khusus untuk Lucifer. Walau tidak terlalu mewah, tapi berbeda dengan sel tahanan lain.

“Kalian juga, kalau keberatan atau lelah, kalian bisa pulang saja,” ucap Lucifer pada anak angkatnya, Adley dan Venom.

“Tidak Papa Lucifer, aku akan tetap disini. Biasanya juga aku sering menginap disini kalau lagi malas pulang ke rumah.”

“Iya, aku juga. Kalau disini kan, ada Papa Lucifer. Buat apa didalam rumah yang sepi tidak ada siapa-siapa.” Adley pun mengatakan hal yang sama.

“Yah, terserah kalian saja. Kalau begitu aku mau tidur dulu-

Drtd… drtd… drtd…

Saat Lucifer bersiap-siap untuk tidur, ponselnya berdering.

Bibirnya tersenyum, karena yang menghubunginya adalah isteri tercintanya, Eva.

“Hallo Sayang,” suara Lucifer yang lembut dan pelan.

“Bagaimana? Papa tidak apa-apa disana? Apakah ada banyak nyamuk? Apakah mereka menyakitimu?”

“Sayang, isteriku, tolong tenanglah sedikit.”

“Papa, bagaimana Mama bisa tenang, Mama sangat panik,”

“Iya, iya, Papa tahu. Tapi, kekhawatiran Mama gak benar, karena semuanya baik-baik saja.”

“Benar kah?” suara Eva juga mulai pelan, tidak terburu-buru.

“Iya, bahkan disini  ada Adley dan Venom, tidak ada nyamuk juga disini.” Lucifer menenangkan isterinya.

“Hah, syukurlah Pa. Besok, Mama mau kesana! Mama tidak mau Papa melarang,”

“Iya, iya, datang saja. Tadi, kenapa Papa melarang Mama ikut bersama Papa, supaya Mama tidak dijadikan target mereka juga. Nanti mereka jadi punya alasan lain lagi kan.”

“Tidak apa-apa, kalau Mama dipenjara bersama Papa, Mama tidak masalah tuh,”

“Pft, tapi anak-anak kita yang marah. Mereka pasti tidak akan membiarkannya. Papa seorang diri saja yang ditahan, Abraham mengamuk luar biasa. Bisa dihajar sampai mati si Denis itu karena memberikan ide seperti ini.”

Adley dan Venom tidak heran dengan obrolan orang tua angkatnya. Lucifer, tidak akan banyak bicara kalau tidak dengan keluarga besar, bahkan pada anaknya saja tidak sebanyak pada isterinya jika sedang berbicara.

****

Ceklek!

Bellova membuka pintu saat mengetahui Abraham yang mengetuk pintu.

“Kau langsung membuka pintu tanpa tahu siapa yang mengetuknya?” tanya Abraham masuk dan ingin melepas sepatunya.

“Pertama, hanya Abraham yang mengetuk pintu dengan dua ketukan,”

Abraham mengernyitkan dahinya.

“Kedua, sebelum aku membuka pintu, aku pasti mengintip dulu melalui lubang ini,” tunjuk Bellova pada lubang dipintu.

“Pft, hahaha, kau sangat pintar ternyata. Dan, apa aku memang selalu mengetuk dengan dua ketukan?” tanyanya lagi sambil melepas jaketnya.

“Iya, seperti yang tadi barusan,” Bellova meraih jaket suaminya untuk disimpan.

Abraham masih tersenyum lebar. Padahal dirinya sudah sangat lelah karena pekerjaannya.

“Kamu sudah makan malam? Mau aku buatkan sesuatu?” tanya Bellova, memeluk jaket dan masih berdiri dihadapan suaminya.

Abraham menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju sofa, Bellova mengikutinya dari belakang, setelah

menutup kembali pintunya.

“Kamu belum tidur?” sekarang dia sudah menyandarkan dirinya disofa.

“Aku belum mengantuk.”

“Kau pasti sudah ngantuk, tapi karena menungguku kan?” tebak Abraham melihat isterinya yang masih berdiri.

“Hm, karena kau menawarkan untuk membuatkan sesuatu untukku, tolong buatkan bandrek susu lagi ya,”

“Iya, aku akan buatkan-

“Letakkan dulu jaketku itu Lov, apa kau mau terus memeluknya?”

“Oh? Iya, maafkan-

“Ck, minta maaf lagi. Apa itu kesalahan? Jangan minta maaf untuk masalah yang sepele, bahkan menurutku itu bukan kesalahan. Sini jaketnya,” Abraham mengulurkan tangannya, Bellova pun memberikan jaket itu.

Bellova langsung ke dapur, menyiapkan bandrek susu untuk suaminya. Abraham mengaku kalau dia sangat

menyukai bandrek susu buatan isterinya. Campuran jahenya juga sangat terasa.

Sambil menunggu isterinya datang, dia mengeluarkan ponselnya. Ada begitu banyak pesan WA masuk yang belum dibacanya.

“Hallo Ma,” Abraham menghubungi Eva, mamanya. Karena sedari tadi siang, dia berusaha menghubungi

puteranya terkait penangkapan Lucifer.

“Hallo Bram, Puteraku. Apa kau baru tiba dirumah?”

“Iya, Ma, sekitar 10 menit.”

“Tadi Mama sudah bicara dengan Papamu. Mama sudah bisa bernapas lega.”

“Mama memang dari awal harus tenang dan serahkan pada kami, pasti semuanya selesai. Jangan terlalu khawatir.”

“Iya, Papamu juga mengatakan itu tadi. Dimana menantuku? Apa dia sudah tidur?”

“Tidak, dia ada di dapur, aku minta tolong padanya untuk membuatkan bandrek.”

“Bram, kamu jangan merepotkan isterimu. Kalau dia sudah tidur, jangan ganggu. Hanya bandrek saja, kau bisa beli diluar kan? Atau kau buat sendiri.”

“Ya ampun Ma, kenapa aku seperti anak tiri ya. Bellova sendiri yang menawarkannya, dan lagi, dia belum tidur, katanya tidak bisa tidur kalau belum melihatku pulang ke rumah,” ledek Abraham. Padahal Bellova baru saja keluar dari dapur dengan dua gelas bandrek ditangannya. Putera Lucifer itu melihat bagaimana Bellova membawanya dengan hati-hati agar tidak tumpah.

“Ini bandreknya, Bram,” Bellova meletakkan gelas bandrek untuk Abraham.

“Apa itu Bellova? Berikan padanya, Mama mau bicara.”

“Nih, Mama mertuamu ingin bicara,” Abraham memberikan ponselnya pada Bellova, lalu mengangkat gelas

bandrek miliknya untuk diminum.

“Ha… hallo Ma,” liriknya pada Abraham.

“Hallo Sayang, bicara jujur sama Mama, kamu sebelum Abraham datang, sudah tidur atau belum?”

“Pft,” Abraham tertawa mendengar pertanyaan Mamanya yang terdengar.

“Lova, Lova belum tidur kok Ma. Lova menunggu Abraham pulang.” Jawaban polos dari Bellova.

“Uhuk… uhuk…” Abraham tersedak.

“Oh, begitu ya. Ya tidak apa-apa, namanya juga pengantin baru kan. Ya sudah kalau begitu, Mama tutup teleponnya ya. Kalau anak itu mengganggumu, beritahu pada Mama, jangan takut.”

Bellova tersenyum, “Iya Ma. Abraham tidak pernah jahat atau menggangguku kok,” ucapnya menundukkan wajahnya yang merah.

Setelah obrolannya berakhir, Bellova memberikan ponselnya pada Abraham.

“Kenapa wajahmu merah?” ledek Abraham.

“Tidak apa-apa kok,” jawabnya malu-malu.

“Oh, jadi yang ku katakan itu benar ya? Kau tidak bisa tidur kalau aku belum pulang ya? Iya kan? Iya kan?” Abraham masih terus menggodanya dan keisengannya.

Bellova tidak berani melihat suaminya yang terus mendesaknya dengan pertanyaan. Wajahnya semakin

memerah dan menunduk malu. Sedangkan Abraham malah mendekatkan wajahnya untuk menjahili Bellova.

Terpopuler

Comments

Nurak Manies

Nurak Manies

cie cie🥰🥰🥰🥰

2022-04-30

1

umiazmi

umiazmi

cium pipi ke bram masa kaku bgt sihhh. ..apa perlu d ajari😁😁😁ahhh smangat bram

2022-04-08

1

"SAYANGKU"😘

"SAYANGKU"😘

uuhhh,,, 🤩🤩

2022-04-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!