Johan : "Mi, sepertinya rencana kita berhasil. Belum juga aku beraksi, sepertinya dia mulai tertarik."
Melly : "Bagus, semoga saja berjalan lancar. Harapan kami, dengan mereka saling bertemu anak mami akan mengingat wajah gadis yang pernah menolongnya."
Johan : "Mi, apa mami meminta bantuan Arden?"
Melly : "Tidak, hanya kamu dan beberapa detektif kita. Ada apa memangnya?"
Johan : "Tidak ... tidak ada. Baiklah Mi, Jojo lanjut dulu."
Johan baru saja menghubungi Melly, ibu Daniel. Dia memberitahu bahwa Daniel sepertinya tertarik dengan Shasha.
Misinya memang belum dimulai, baginya ini adalah sebuah kebetulan atau mungkin juga takdir yang sudah diatur oleh Semesta. Dirinya membawa Shasha ke apartemen Daniel yang saat itu benar-benar tidak direncanakan. Daniel yang seharian tidak dapat dihubungi karena telah mematikan ponselnya membuat Johan kalang kabut. Banyak beberapa pertemuan penting yang dia handel tanpa keberadaan Daniel ditambah saat itu dari tim penyelenggara beasiswa meminta agar masing-masing diplomat diminta menjemput perwakilan dari masing-masing negaranya.
Bukannya tak mampu membayar orang untuk menjemput Shasha di bandara. Bagi Johan itu adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukannya ketika mendapat perintah, lagi pula Melly sudah meminta dirinya untuk menjaga Shasha selama berada disana.
Tiba di bandara, Johan bingung tak menemukan seseorang dengan ciri-ciri yang disebutkan. Akhirnya dia melacak keberadaan Shasha dengan mendapat banyak bala bantuan.
Setelah mengetahui keberadaan Shasha, segera dia menancapkan pedal gas mobilnya dengan kecepatan tak biasanya menuju tempat dimana Shasha berada. Di telfonnya nomor gadis yang dimaksud, mengetahui ada seorang gadis dengan ciri-ciri yang disebutkan tepat berada didepannya sambil mengangkat telfon. Segera ditutupnya panggilan tersebut, kemudian Johan melangkah mendekati gadis tersebut untuk menyapa dan memastikan nama.
Perbincangan mereka hanya sebentar, Johan yang tiba-tiba mendapat panggilan telefon bahwa dubes dari negara X akan segera datang. Seharusnya itu menjadi tanggung jawab Daniel namun karena sahabat nya itu tak dapat dihubungi maka dia yang harus melakukannya sebagai wakil.
Sedangkan untuk Shasha akan dia taruh di apartemen Daniel, karena apartemen itulah yang paling dekat saat ini. Apartemen itu jarang dihuni karena memang Daniel dan dirinya diharuskan menempati rumah dinas yang telah disediakan.
Pagi harinya, Johan kaget mendapat panggilan dari Daniel, bahwa ada gadis masuk di apartemennya dan diancam akan dibawa ke kantor polisi. Sontak Johan kaget dan segera menancapkan pedal gas mobilnya menuju apartemen yang dimaksud. Johan sendri tak menyangka Daniel akan tinggal dan singgah di apartemen yang lama tidak ditempatinya.
Tiba di apartemen Johan makin tak tenang, karena dia melihat sahabatnya itu hanya menggunakan boxer. Begitu juga dengan Shasha yang hanya menggunakan handuk yang dililit untuk menutupi sebagian tubuhnya.
Johan bernafas lega ternyata tidak ada yang terjadi diantara mereka berdua. Kemudian dia mengajak Shasha untuk sarapan pagi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Keluar dari apartemen, Johan mengajak Shasha untuk sarapan dulu baru setelah itu akan mengajak Shasha ke asrama, tempat tinggal Shasha selama belajar disini.
"Bang Jo, apa disini ada masakan Indonesia?"
Johan berfikir sambil mengerutkan dahinya sehingga membuat kedua alisnya saling menyatu, "Ada, kamu mau kesana, ta-"
"Tapi apa bang?"
"Tapi dirumah tuan Daniel, kamu mau kesana?"
"Ah, tidak. Yang ada aku benar-benar akan dilaporkannya ke polisi, karena tidak ijin dengannya," gerutu Shasha.
"Hahaha ... kau benar-benar lucu, kamu sebenarnya sangat cocok dengannya."
"Hisshh ... tidak mungkin!" keluh Shasha.
Cukup lama berbincang kini mereka tiba di sebuah kafe, kafe yang terletak di pinggir laut dengan bangunan cottage bercat merah.
Kafe ini selalu ramai dan sudah menjadi referensi tempat tujuan bagi para turis.
"Sha, menu unggulan kafe ini adalah roti kayu manisnya. Kamu mau mencoba?"
"Roti kayu manis, Korvapuusti?"
"Iya, benar. Bagaimana kamu tahu cara menyebutkan namanya?"
"Hehehe ... aku mengetahuinya saat aku di pesawat. Kebetulan penumpang yang duduk disebelahku memesan sebuah roti yang aroma baunya begitu menggoda. Dan dia menyebutnya Korvapuusti."
Korvapuusti, adalah roti kayu manis yang sangat lezat biasanya disajikan dengan kopi ataupun susu sebagai pelengkap.
Mereka berdua begitu menikmati sajian yang dihidangkan oleh pemilik kafe, di temani dengan deburan ombak membuat kegundahan hati menjadi hilang. Shasha yang kesal dengan sikap pemilik apartemen alias Daniel karena telah melempar hingga merusak ponselnya, lambat laun menjadi hilang, tak hanya itu beban pikirannya tentang Abra juga makin lama makin terkikis, terkikis bagaikan karang yang dihantam ombak berulang kali.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Puas telah menikmati indahnya suasana pantai, ditambah dengan suara-suara bisikan ombak dipadu padankan dengan lezatnya makanan dan minuman yang disajikan membuat mereka berdua lupa waktu.
Mereka berdua saling bercerita satu sama lain. Johan merasa nyaman jika berada di samping Shasha.
Kini mereka telah berada di mobil dan perjalan menuju asrama, tempat Shasha tinggal.
"Bang Jo, pertemuan besok apa akan dihadiri oleh pak Habbie? aku ingin bertemu dengannya lama dan mengucapkan terimakasih." tanya Shasha penasaran.
Johan yang tahu siapa itu pak Habbie dia berusaha menahan tawanya dan hanya mengangguk-angguk sambil menyetir.
"Bang, kenapa hanya angguk-angguk saja?" kesal Shasha.
"Memang apa yang salah dengan mengangguk-angguk?" kekeh Johan
"Gak ada. Shasha kan butuh jawaban dan kepastian, bang."
"Dia pasti datang. Kalau kamu butuh kepastian, sekarang Abang tanya bagaimana hubunganmu dengan kekasih yang kamu ceritakan tadi?" selidik Johan.
"Rumit bang, mungkin saat ini lebih baik seperti ini. Dengan keadaan ponselku yang pecah dan rusak aku tak lagi penasaran dengan kehidupan dia."
"Lalu bagaimana dengan komunikasi bersama para sahabat dan temanmu disini?"
"Terpaksa berhenti sementara. Lagipula komunikasi tak hanya lewat ponsel, tapi kan bisa menggunakan media lainnya. Lagipula aku masih punya laptop.
"Good job, cerdas kamu. Gak salah angkat kamu jadi adikku." imbuh Johan.
"Sha, sekali lagi Abang minta maaf. Abang benar-benar tak menyangka jika Daniel akan singgah di apartemen itu"
"Sudahlah bang, tenang saja. Jangan diingat lagi."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Perjalanan yang cukup melelahkan membuat Shasha tertidur di dalam mobil. Johan yang melihat tubuh Shasha lemah tak tega membangunkan padahal kini mereka sudah sampai di depan asrama Shasha.
Johan menancapkan lagi pedal mobilnya menuju ke sebuah salon dan butik terkenal disana. Butik dan salon tersebut merupakan milik Melly. Mesin yang berhenti membuat Shasha terbangun dan mencari keberadaan Johan yang tak ada di bangku kemudi.
Dibukanya pintu mobil ternyata Johan berada di depan sambil bersedekap tangan.
"Bang, kenapa tak membangunkan ku?" kesal Shasha.
Johan yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Bang, kenapa senyum-senyum? Aku tak butuh senyuman aku butuh kepastian."
Johan yang mendengar keluh kesal Shasha hanya tersenyum dan mulai menghampiri Shasha. "Tak sopan jika mengganggu orang yang sedang tidur nyenyak sambil mengeluarkan suara dengkuran yang keras. Dan kenapa kamu selalu berucap tentang kepastian, seharusnya bukan kepastian tapi jawaban?"
"Hihihi ... " senyum Shasha sambil malu- malu. "Masa iya Shasha ngorok bang? tapi gak di vidio kan?" selidik Shasha
"Vidio ngorok mu sudah mencapai 1000K," ledek Johan.
Shasha yang mendengar itu kaget tak percaya , matanya yang belok dengan mulut terbuka membuat Johan tertawa melihat tingkah aneh gadis yang baru dikenalnya kemarin.
"Woi ... jelek banget sih ekspresinya?" ledek Johan sambil berkata, "kenapa sih kamu selalu berucap tentang kepastian?" tanya Johan lagi.
"Hemm ... sepertinya Shasha gak sadar bang ngucapinnya." bohong Shasha.
"Sekarang kamu sudah bangun, cepat kamu masuk kesana. Manjain dirimu dan jangan tolak perlakuan baik mereka." paksa Johan. " ingat ya jangan menolak, jika tak ingin dibawa ke kantor polisi!" bisik Johan.
Shasha yang mendengar itu hanya mengerutkan dahinya, berjalan dengan langkah terpaksa untuk masuk ke bangunan tersebut yang ada di depannya.
Johan yang melihat Shasha berjalan ke arah bangunan di depan merasa bahagia, bibirnya tersenyum lepas, diikuti dengan nafas lega. Dia berharap Shasa dapat bahagia selama tinggal disini, sekaligus menebus rasa bersalah nya kepada Shasha dari awal pertemuan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
adham fachrozy
johan kamu setia...
semga kamu jdian sama sahabatnya shasha...
2022-04-10
0
yune hemawan
aku tim Daniel dan Shasha
2022-04-09
1