Pertemuan dan perkenalan dengan Abra seolah menjadi candu bagi Shasha, entah apa yang ada dibenaknya. Shasha ingin sekali bertemu dan meminta bantuan mengerjakan pekerjaan rumahnya bersama Abra. Padahal dia dan teman-teman belajarnya berdiskusi dengan guru les di tempat bimbel.
Shasha mulai membuka dan mencari nomor yang ada pada bukunya kemudian mengirim pesan kepada Abra. Mereka bertemu untuk kedua kalinya dan begitu selanjutnya hingga mereka sering bertemu untuk yang kesekian kalinya.
Sudah hampir satu bulan mereka sering bertemu dengan rentang interval yang sangat sering dan membuat Shasha merasakan sesuatu yang berbeda didalam hatinya. Kelembutan, perhatian dan sikap manis serta kesabaran Abra membuatnya luluh lantah.
Ditambah jarak umur diantara mereka berdua membuat Shasha merasa bahwa Abra lelaki yang selama ini dicarinya yaitu sesuai dengan kriterianya tinggi, tak terlalu tampan, pintar, dan memilliki jarak umur lebih tua dari dirinya.
Hush,apa yang sedang aku pikirkan. Tak mungkin Shasha, tak mungkin! dirimu sudah memiliki kekasih yang tampan, baik, sopan dan perhatian kepadamu!, batin Shasha berbicara pada dirinya sendiri
Itensitas dirinya bertemu dengan Abra membuatnya justru jarang untuk bertemu dengan Dion kekasihnya. Dan ini sudah hampir satu bulan Dion yang selalu menyempatkan dirinya untuk mengajak Shasha keluar setiap malam Minggu, mengantar jemput Shasha pulang sekolah dan bimbel sudah tidak lagi.
Dion tak menaruh curiga kepada Shasha karena dia amat sangat mencintai dan percaya kepada Shasha bahwa kekasihnya itu hanya mencintai dirinya seorang. Mereka berdua sudah dinobatkan menjadi 'The romantic and the best couple of this years'. Meski sekolah mereka berbeda namun masih dalam satu komplek sehingga semua orang tahu bahwa Shasha milik Dion dan Dion milik Shasha.
Malam Minggu kali ini Shasha tak lagi pergi ke kafe atau food court bersama Abra melainkan kini mereka berada disebuah bukit yaitu bukit bintang dan ini pertama kalinya Shasha datang ketempat ini.
"Kak, kenapa kita kesini? bukannya lebih nyaman kita ditempat biasa?" tanya Shasha heran.
"Sha, kakak akan selalu merasa nyaman di manapun kakak berada asalkan itu bersamamu." ucapnya sambil memandang wajah Shasha.
"Apaan ka, stop memandangku seperti itu, aku tak biasa kak!"
"Kalau begitu biasakanlah." ucapnya sambil mengambil tangan Shasha yang berada di kursi taman.
"Apaan ka lepasin jangan seperti ini aku tak nyaman," ucap Shasha lirih
"Sha.. Apa kamu mau menjadi kekasihku?"
Deg
Rasanya jantung Shasha berhenti sementara karena dia tak menyangka akan secepat ini dan jika dia menerimanya maka dia akan menjalin hubungan terlarang.
"Bagaimana?" tanya Abra yang tak sabar mendengar jawaban Shasha.
Saat akan menjawab terdengar suara yang begitu nyaring, yaitu suara handphone Abra. Abra menerima panggilan tersebut menjauh dari Shasha. Shasha melihat dengan keheranan, mengapa harus jauh-jauh menerima telfonnya, padahal dia tak mungkin juga menganggu. Dia sendiri tak kuasa untuk membuka handphonenya yang sedari tadi dapat dirasakan telah banyak ada notif pesan masuk.
Dion : "Honey..kamu dimana?"
Dion : "Kita jalan yuk, sudah lama kita tak bertemu."
Dion : "Honey... Kamu sudah tidur ya?"
Dion : "Atau kak Eza melarang mu keluar?"
Dion : "Yasudah kita ketemu besok Senin ya, aku tunggu di perpustakaan."
Dion : ❤️ u Acha
Setelah membaca pesan yang dikirim Dion dia merasa bersalah dan jahat. Dion yang baik, sopan dan lembut dalam tuturnya tak pernah sekalipun membentak dirinya meski saat itu Shasha emosi karena sedang datang bulan.
"Dion...maafkan aku. Aku sendri tak mengerti kenapa hatiku menjadi berubah." ucap Shasha lirih.
Seketika dari arah belakang ada yang membelai rambutnya
"Sha, bagaimana?"
"Apa?" ucap Shasha bohong.
Abra mulai berucap dan mengulangi kata-katanya tadi. Sebenarnya dia merasa jengkel karena dia merasa Shasha terlalu jual mahal.
Entah apa yang membuat mulut Shasha berucap iya padahal otaknya melarang.
"Oke.. Sekarang kita jadian. Ayo kita pulang, sekarang sudah malam." ucap Abra sambil melihat jam yang ada ditangannya.
Setelah jadian Abra meminta agar Shasha mengubah panggilan namanya. Shasha bingung harus bagaimana memanggil orang yang lebih tua jika menjalin kasih. Tanpa pikir panjang Shasha memanggilnya dengan sebutan kak.
Shasha hanya menurut sambil melihat jam ditangannya.
"Tapi kak.. Ini baru jam tujuh?"
"Bagi kakak ini malam dan tak boleh anak kecil keluyuran malam-malam."
"Tapi, aku bukan anak kecil kak?aku sudah SMA."
Mereka berdua di dalam perjalan pulang saling berdebat. Bagi Shasha ini mengasyikkan. Hubungan yang ada perdebatan dan perbedaan umur sehingga tidak monoton dijalani.
Tiba dirumah Shasha membuka handphonenya kembali dan membaca status Dion. Terlihat dari status Dion yang memasang foto mereka berdua dengan tulisan Miss u.
Kembali Shasha merasa bersalah karena dia telah menerima cinta Abra. Padahal perjuangan kedua lelaki tersebut jika dibandingkan dalam mendapatkan Shasha adalah Dion pemenangnya karena butuh waktu satu tahun untuk menaklukkan hati Shasha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
adham fachrozy
cewenya selingkuh😎🤔
2022-04-03
0
Yayaya coba"
Menangisku melihat dion🥺
2022-03-30
0
Triple.1
jadi ngebayangin sepupu sendiri namanya shasa...😁😁😁
2022-03-29
0