Jo, cepat kemari sebelum ku bawa gadis ini ke kantor polisi karena ulah mu!!! (ucap Daniel kepada Johan lewat telephone)
Shasha tak percaya saat lelaki perusak handphonenya ini menyebut kata-kata polisi, Dirinya takut jika harus bermasalah di negeri orang. Pikirannya sudah terlalu jauh, dia membayangkan bagaimana berurusan dengan polisi. Tanpa malu-malu dan basa-basi dia menghampiri sumber suara itu.
"Pak, kenapa saya harus dibawa ke kantor polisi? Salah saya apa? Sekarang mari kita bicara logika. Yang pertama, saya masuk ke apartemen dengan baik, kondisi pintu masih bagus tidak ada cacat sama sekali. Untuk password jelas-jelas bang Johan yang memasukkan kata sandi dan dia memintaku untuk menunggunya sampai besok pagi. Yang kedua, coba bapak cek semua isi ruangan ini apa ada yang hilang? Yang ketiga, saya sudah membersihkan kamar mandi bapak hingga bersih dan kinclong. Jadi sebelum bapak melaporkan saya, bapak pikir-pikir dulu. Lagi pula saya tidak mencuri, pak." jelas Shasha tegas dan penuh hati-hati meski terlihat emosi tapi dia berusaha menyembunyikan emosinya.
"Kata siapa kamu tidak mencuri? Kamu tahu definisi mencuri?"
"Menggunakan barang orang lain tanpa ijin." jawab Shasha dengan lancar.
"Sudah tahu kan. Coba sekarang kamu lihat apa yang sedang kamu pakai dan itu milik siapa? Saat kamu mandi, apa kamu tidak berfikir bahwa shampo, sabun, aroma terapi. Itu semua milik siapa?"
Shasha yang menyadari kesalahannya mulai lemas, ingin rasanya dia mengeluarkan air mata.
"Tapi, itu hanya sebuah perlengkapan mandi bukan sesuatu yang berharga, pak." sanggah Shasha yang tak percaya jika barang-barang tersebut dipermasalahkan.
"Jangan bilang hanya. Aku membelinya itu dengan uang."
"Lalu bagaimana dengan handphone ku yang bapak rusak?" tanya Shasha balik.
"Itu bukan tanggung jawab saya, ini apartemen saya jadi saya bebas membuang sesuatu yang bukan milik saya." ucapnya dengan acuh.
Shasha yang bingung bagaimana harus menjawab, semakin dia menjawab maka semakin tersudut dirinya. Ingin marah tapi percuma. Rasanya begitu lelah menghadapi ini, dia tak tahu harus bagaimana. Baru saja kemarin dia merasa beruntung menaiki pesawat dengan kelas mewah, memasuki apartemen mewah dan sekarang dia harus berurusan dengan seseorang yang menjengkelkan.
Kali ini dia mulai berfikir keras untuk mencari alasan yang pas agar lelaki aneh itu tak jadi melaporkan dirinya ke polisi.
Tiba-tiba terlintas sepenggal adegan dirinya bersama pria itu saat di kamar mandi dan dia mendapatkan ide 'apa aku harus merayu nya? bukannya tadi saat kita bertabrakan dia ingin menciumku? ah sudahlah'. batin Shasha sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.
Tak tahu harus berkata apa lagi, waktu cepat berlalu. Shasha berharap Johan akan segera datang dan menjemputnya. Lalu menjelaskan semua duduk persoalan ini.
Dirinya memilih diam dan tak ingin banyak bicara dengan lelaki yang ada di depannya. Lain halnya dengan lelaki di depannya. Dia justru merasa bahagia karena sudah mengerjai habis-habisan gadis berlesung pipi ini dengan dalih akan melaporkan ke polisi karena telah mencuri perlengkapan mandi.
Dalam diam dia berusaha mengingat sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu.Dia merasa pernah mengenal gadis yang dituduh mencuri itu. Dipandangnya lekat-lekat gadis didepannya, dari ujung kaki, hingga keatas, bentuk mata yang bulat sangat mirip dengan seseorang yang pernah menolongnya. 'Gadis kecil yang pernah menolongku dulu memiliki lesung pipi, ya betul itu yang paling aku ingat, tapi kenapa mirip dengan dia ya? Bagaimana keadaannya sekarang, mungkin sekarang dia sudah tumbuh dewasa.'
Shasha yang merasa diperhatikan intens oleh lelaki itu merasa tak nyaman. Dia merasa risih jika harus diperhatikan seperti itu, apalagi dirinya yang masih menggunakan handuk begitu juga dengan lelaki itu yang hanya menggunakan boxer. Dia takut akan ada pikiran kotor menghinggapi lelaki itu. Segera Shasha berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.
Setengah jam kemudian terdengar suara password berhasil dimasukkan dan pintu mulai terbuka.
Betapa kagetnya Johan saat melihat kondisi bosnya yang sedang duduk bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer sedang sibuk memegang handphonenya sambil membaca majalah bisnis ditemani secangkir kopi.
Johan kaget saat melihat Daniel yang hanya menggunakan boxer sambil meminum kopi
"Niel... Lu gak ngapa-ngapain dia kan? Lu gak begituan kan? Dia masih mudah Niel!
Daniel tak kaget dengan kedatangan Johan yang membuka pintu sendiri, karena biasanya mereka berdua memang seperti itu. Dia kaget saat Johan menuduhnya telah berbuat tak senonoh kepada gadis di dalam kamar mandi itu.
"Jo...Johan....jelaskan padaku siapa gadis yang ada di kamar mandiku dan lancang memasuki kamarku."
Johan yang mendengar pertanyaan dari bosnya tak menggubris dia hanya melewati dan segera menuju kamar mandi untuk mencari keberadaan Shasha. Dia melihat Shasha yang berada di kamar mandi duduk dipojokan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya serta masih menggunakan handuk yang menutup sebagian tubuhnya.
"Sha, ini aku Johan. Kenapa kamu hanya memakai handuk. Apa dia meniduri paksa dirimu? cepat gunakan pakaianmu. Kamu bisa kedinginan dan sakit." khawatir Johan.
"Lebih baik aku sakit kalau bisa sakit parah." jawab Shasha asal.
"Jadi benar? dia sudah menidurimu dalam kondisi tak sadar?" cerocos Johan.
"Maksudnya bagaimana bang? aku gak paham Abang bicara apa?" tanya Shasha heran.
"Dia memaksamu untuk begituan?"
"Bang, itu terlalu jauh. Aku memakai handuk karena saat aku mandi aku lupa tak membawa pakaianku dan hanya ada handuk di kamar mandi. Lalu aku lilitkan tapi saat akan keluar aku melihat dia berdiri tanpa busana dan hanya sebuah boxer menutupi itunya." jelas Shasha
"Aku kira, " ucap Johan lega. "Cepat pakai pakaianmu!" seru Johan.
"Gak bisa, gak bisa bang!!! Abang gak tahu itu kode sandinya aku taruh di handphone. Saat kemas barang memang aku yang mengemas tapi sahabatku sudah mengubah kata sandinya karena kata sandi yang aku buat terlalu mudah." teriak Shasha frustasi sambil menggaruk rambutnya.
Johan yang lama tak mendengar suara wanita mengomel kini dia sendiri yang frustasi.
"Oke.. Oke tenang. Mana sekarang handphonemu?"
"Hancur! Handphoneku hancur berkeping-keping." rajuk Shasha. "Lelaki itu yang menghancurkannya!" teriak Shasha menangis sambil menunjuk lelaki yang kini muncul dari balik pintu kamar mandi.
"Hei kamu, daripada kamu menangis dan teriak tak jelas segera kamu ganti handuk itu dengan bajumu!! Ni kopermu sudah aku buka!" ucapnya sambil menggelindingkan koper kearah Shasha.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Shasha kini sudah menggunakan pakaian nya. Celana jins hitam ketat, kaos hitam ditambah dengan jaket denim membuat Shasha terlihat makin cantik dan menarik.
"Shasha, duduk sini. Ada yang ingin aku bicarakan." panggil Johan yang sedang duduk di ruang pantry sambil menunggu sarapan.
"Aku minta maaf, kemarin tak seharusnya aku meninggalkanmu dan menyuruhmu untuk tinggal di apartemen ini. Ini adalah apartemen milik bosku. Dan lelaki asing yang merusak handphonemu itu adalah Daniel, bosku."
Shasha kaget namun tetap berusaha santai, "Dia bos? seharusnya jika dia bos tidak perlu mempermasalahkan perlengkapan mandi yang sudah kupakai?" bisik Shasha kepada Johan.
"Dia memang begitu, paling tidak suka barangnya di pakai." bohong Johan, karena sebenarnya dia tahu Daniel telah mengerjai Shasha.
"Bang sekarang kita harus kemana? apa Abang tak ingin mengantarku ke asrama?"
"Iya tapi setelah kita sarapan. Nanti aku akan tunjukkan kampusmu dan aku akan mengajakmu jalan-jalan melihat indahnya kota Helsinki."
"Maaf bang, jalan-jalan nya jangan sekarang. Aku sedang tak enak badan. Lebih baik aku istirahat agar besok staminaku kembali."
"Gak usah manja kamu. Gak enak badan gimana, tadi jelas aku lihat kamu badan baik-baik aja." ketus Daniel yang tiba-tiba muncul dari belakang.
"Baiklah bang, ayo kita mau jalan-jalan kemana?" tanya Shasha dengan menahan emosinya sambil menyembunyikan kekesalannya.
"Dasar tak punya pendirian. Tadi A sekarang B!" celetuk Daniel.
"Maaf pak, bapak ada masalah dengan saya? bukannya masalah kita sudah selesai, lagi pula bang Johan sudah menjelaskan semuanya. " ketus Shasha.
"Selesai kamu bilang! lalu bagaimana kamu mengembalikan air, sabun dan aroma terapi milikku juga handuk ku yang sudah kami pakai itu?"
"Dikembalikan? bapak serius memintaku mengembalikan?" tanya Shasha kesal.
"Hem, cepat balikin! kalau kamu belum bisa balikin jangan harap urusan kita selesai."
"Cukup!! kalian berdua kenapa jadi ramai kayak anak ayam di lepas induknya. Shasha! kamu sudah tahu lawan bicaramu seperti itu lebih baik kamu diam! dan lu Niel sudah tahu ini bukan murni salah nya tapi kamu masih menyalahkannya. Lagi pula dia sudah minta maaf karena memakai barang-barang mu, sudah maafkan saja!" bentak Johan kepada Shasha dan Daniel.
"Gak bisa, gue gak bisa maafin dia dengan mudah."
"Lu, kenapa Niel? biasanya lu gak pernah besarin masalah, jangan-jangan lu cinta sama dia? atau jangan-jangan kalian berdua sebelum aku datang pasti lagi ciuman ya?" ucap Johan asal
"What?? gue jatuh cinta sama dia? cewe gue lebih cantik dan seksi dibanding dia. Jadi gak mungkin lah gue cium dia, gak selera!" ucap Daniel bohong.
"Gak selera! bapak kira saya selera sama bapak. Makanya waktu bapak mau cium saya segera saya tolak." jelas Shasha tanpa rasa salah.
"Ohohoh ... jadi tadi ada yang kecewa ciumannya di tolak?" ledek Johan.
"Ss--iapa yang mau cium?" bantah Daniel dengan suara terbata-bata karena dia malu. "Lu, bener-bener ya Jo, gak ada akhlak ledek bos sendiri!"
"Kamu juga, awas ya! keluar kalian disini. Jangan ganggu hari Mingguku."
Johan hanya terkekeh mendengar ocehan dan usiran bosnya. Tanpa banyak kata dia segera mengajak Shasha keluar dari apartemen itu.
"Ayo aku antar kamu ke asrama, kita sarapan di luar saja.
"Hati-hati ya Nesha Himalaya Ayesha! ingat ya, aku sudah ingat namamu. Kamu tak akan pernah lepas dari bayang-bayangku selama disini." ancam Daniel.
"Maaf pak saya akan jauh dari bayangan bapak. Saya disini karena beasiswa. Jadi, saya gak akan ada waktu buat ketemu bapak lagipula saya juga gak mau bapak membayangi saya. Urusan bapak sama bang Johan bukan sama saya. Saya hanya akan menuruti bang Johan, karena dia adalah staf dari Pak Habibie, Diplomat Indonesia yang ada disini." jelas Shasha lalu segera mengekor mengikuti langkah Johan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Daniel hanya tersenyum mendengar penjelasan Shasha. Namun ada yang tak biasa dalam hatinya. Jantung yang berdegup kencang saat dekat dengan gadis itu seakan membuatnya lupa dengan kekesalan hatinya pada Asia, kekasihnya. Kini dia merasa bahagia dan kembali seperti dulu dirinya belum mengenal Asia.
Semalam dia melampiaskan kekesalannya dengan minum alkohol. Dirinya marah dengan Asia, kekasihnya yang tak memberinya kabar semenjak kepulangannya ke Indonesia.
Sebenarnya ini bukan kali pertama dia diabaikan oleh kekasihnya. Berulang kali Daniel merasakan kepedihan. Dirinya menganggap Asia marah karena kesibukan Daniel.
Namun perasaan marahnya tiba-tiba hilang saat kejadian beberapa jam yang lalu ketika dirinya tak sadar dan refleks hendak mencium bibir merah merekah gadis berlesung pipi itu. Dirinya merasa menemukan rasa yang dulu pernah ada dan kini mulai kembali lagi. Baiklah akan aku tunjukkan siapa diriku di pertemuan besok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
adham fachrozy
hahahaa perkara sabun mandi, aroma terapi dan sampo diperkarain🤣🤣, cwonya cari2 nie...
semagat thor idenya bisa aj🤗😎😅
2022-04-10
0