Setelah peristiwa menegangkan itu Shasha mulai membenci dirinya sendiri. Dia benci dengan kenyataan mengapa dirinya bisa terjebak oleh cinta buta dan sesaat yang diberikan Abra pada dirinya. Jelas-jelas saat itu dirinya masih memiliki kekasih.
Dirinya tak mungkin menceritakan pelecehan yang dialaminya kepada orang terdekatnya. Orang terdekatnya tak lain adalah Eza, sang kakak. Sang kakak yang saat ini sedang menempuh pendidikan militer di Jerman tak mungkin harus mendengar kisah pilu adik tercintanya.
Sudah satu minggu hati Shasha merasa sakit dan dia sendiri jijik dengan beberapa anggota badannya karena telah disentuh paksa oleh Abra. Meski dirinya beruntung masih bisa mempertahankan kesuciannya. Menurutnya, dia sudah merasa bukan menjadi wanita istimewa seperti dulu. Dimana gelar primadona yang melekat pada dirinya.
Shasha mulai mencari tahu semua tentang Abra di sosmed dan nihil tak ada satu pun informasi tentang Abra meski dia mencarinya dengan beberapa kata kunci unik. Justru yang didapatinya adalah sebuah fakta yang pernah diucap oleh Abra yaitu dia pernah juara saat mengikuti lomba sains se-Indonesia.
Di sekolah, Shasha tak lagi menunjukkan sikap gembiranya. Dia justru mengurung diri dan lebih menghindari keramaian. Dirinya tak lagi aktif mengikuti beberapa acara sumbang dana yang hampir tiap tahun diadakan disekolah kompleknya. Ketidak hadiran Shasha saat di acara kali ini membuat Dion mencari-cari keberadaan Shasha karena tak biasanya sang kekasih pujaannya tidak ikut.
Dion begitu memahami bahwa acara ini adalah acara yang paling dinanti Shasha karena di acara tersebut dia dapat melihat ekspresi orang -orang yang benar membutuhkan bantuan apalagi anak-anak panti.
"Apa kalian melihat Shasha?" tanya Dion pada beberapa orang disekolah Shasha
"Tidak, aku dari tadi tidak melihatnya."
Dion mencari Shasha di setiap ruang kelas dan hasilnya nihil. Ini sudah yang kesekian kalinya Shasha menghilang dari keramaian. Kali ini Dion merasa khawatir dari biasanya. Dia mencari Shasha ditempat favoritnya. Dimulai dari kantin lalu lanjut ke taman, kemudian ke perpustakaan, dan hasilnya sama. Dion bingung kemana lagi harus mencari pujaan hatinya itu. Entah apa yang membuatnya terpikirkan satu tempat, yaitu tempat bersejarah bagi mereka berdua yaitu UKS.
UKS adalah ruangan favorit mereka berdua karena itu adalah ruangan sejarah dimana mereka akhirnya saling mengenal. Gara-gara sebuah bola basket saat pertandingan persahabatan antara sekolahannya dengan sekolah Shasha.
Saat itu, Dion menjadi kapten sedang melempar bola ke ring namun karena terpeleset maka bola mendarat tepat di kepala Shasha hinggap membuat Shasha jatuh dan pingsan. Dion yang harus menyelesaikan pertandingan merasa tak tenang dan ingin segera berucap maaf kepada siswi yang terkena lemparan bolanya.
Dan saat memasuki ruang UKS dan membuka pintu
"Assalamualaikum, permisi?"
"Eleh... Eleh, gantengnya. Cari siapa ya?" tanya petugas UKS
"Apa tadi ada siswa yang pingsan dibawa kesini?" ucapnya dengan aksen Jakarta nya
"Iya, si cantik Shasha. Kamu mau menemuinya." ucap petugas UKS sambil mengajak Dion masuk. "Sepertinya dia sudah sadar, silakan kamu masuk, jangan lupa ucap salam dulu sebelum kamu membuka tirainya."
Setelah kejadian bola basket itu akhirnya mereka saling berkenalan dan butuh satu tahun untuk meluluhkan hati Shasha karena dia sangat tidak begitu tertarik dengan lelaki tampan.
Baginya tampan itu menyakitkan apalagi Dion adalah seorang kapten basket, namanya sudah sangat terkenal di sekolahan Shasha, begitu juga sekolah sebelah(sekolahan Dion sendiri). Banyak wanita yang mendekati Dion tapi tak satupun berhasil menyentuh hatinya hanya Shasha seorang yang berhasil.
Dion membuktikan keseriusannya serta mematahkan pandangan Shasha tentang lelaki tampan, bertalenta dan idola disekolah bahwa dirinya bukan seorang playboy dan itu sukses. Kegigihan Dion dalam menaklukkan hati Shasha patut diakui, dia tak kenal menyerah.
Shasha sendiri bukan wanita yang mudah untuk didekati. Banyak yang sudah mengucapkan cinta namun dengan sopan dia menolaknya, entah apa yang membuatnya masih enggan menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang seumuran bahkan satu sekolah.
Hubungan mereka membuat dua sekolah menjadi heboh karena seorang primadona wanita dari sekolah A berpacaran dengan seorang bintang di sekolah B. Tak hanya dua sekolahan merasa gembira namun abang-abang penjual cilok, color, cireng, basreng, bakso semua penjual makanan diluar maupun di kantin bahagia mendengar kabar tersebut.
Lamunan Dion tentang masa lalu perkenalannya dengan Shasha buyar saat petugas UKS menepuk bahunya. Dion tak sadar bahwa sudah 5menit dia duduk di depan petugas sambil senyum-senyum sendiri. Awalnya petugas UKS tersebut merasa bahagia karena baru ini Dion menampilkan senyum simpul pada bibir tipisnya akan tetapi dia sadar saat Dion menyebut 'Shasha,,kamu benar-benar sempurna'
Seketika kebahagian pegawai UKS tersebut sirna.
"Dion... Kamu mencari Shasha?" ucap petugas UKS pada panggilan pertama.
"Dion... Kamu mencari Shasha?" tanyanya ulang di panggilan ke dua.
"Dion! Cari siapa?" tanyanya di panggilan ke tiga sambil menggoyang-goyangkan bahu Dion.
"Shasha.. Aku sedang cari Shasha ada Bu? ei maksud saya Mba?" ucapnya lirih dan itu sukses membuat petugas UKS menjadi terpesona karena suara seksi Dion yang menggetarkan wanita yang ada di dekatnya.
"Masuklah... Dia sedang berbaring tapi sepertinya sudah bangun karena dia datang dengan mata hitam, sepertinya habis menangis."
"Shasha ... kamu kenapa? Apa aku membuatmu marah?"
Shasha yang mendengar bahwa itu suara Dion berusaha menahan air matanya dan mengusap air mata yang tadi terlanjur keluar.
"Sha ... ayo lihat aku ... cerita ... aku siap memperbaiki kesalahanku."
Rasanya ingin menangis karena disini yang jahat bukan Dion melainkan dirinya.
Seharusnya dirinya yang mendapatkan kemarahan Dion bukan malah pertanyaan sebaliknya seperti ini. Tak ada jawaban dari Shasha.
Posisi Shasha yang membelakangi Dion terlihat jika Shasha yang berbaring sedang menggelengkan kepala.
Dion tak berani mendekati Shasha, dia yang begitu menjaga, sopan dan beretika tinggi tak akan memegang Shasha dalam kondisi seperti ini.
Shasha yang sudah menghapus semua tangisnya mulai bangun dan beranjak dari tempat tidur sambil berucap, "ikut aku, ada yang ingin aku bicarakan".
Dion mengikuti dari belakang langkah Shasha dan kini mereka berdua berada di taman belakang sekolah tempat favorit mereka berdua jika sedang berbincang.
"Oke.. Acha-ku kenapa? Cerita... Aku akan dengar semuanya." ucap Dion sambil tersenyum
"Dion ... aku minta maaf ..."
Dion kaget karena baru ini Shasha memangilnya dengan nama padahal biasanya mereka saling memanggil dengan panggilan kesayangan.
"Kenapa? Apa diantara kita ada yang berbuat salah sehingga ada kata maaf."
Kali ini Shasha yang dibuat tercekat jantungnya bagaimana tidak Dion tiba-tiba berbicara seperti itu
"Aku ... aku minta maaf. Aku tak bisa melanjutkan hubungan ini."
"Kenapa? Tatap mataku."
"Karena ... karena aku tak baik untukmu," ucap Shasha gemetar karena dia berusaha menutupi rasa bersalahnya.
"Kamu tak baik buatku? bisa dijelaskan dari segi apa dan kata siapa kamu tak baik buatku?" tanya Dion yang masih memandangi wajah Shasha guna mencari-cari apa yang sebenarnya disembunyikan Shasha darinya karena Dion sendiri merasa Shasha berbeda hampir setahun ini.
"Dion ... aku ingin fokus belajar, sebentar lagi kita ujian dan lulus lalu kita akan meraih mimpi untuk kuliah di tempat favorit masing-masing."
"Jadi yang benar yang mana? karena kamu tak baik buatku atau karena faktor fokus belajar meraih impian kuliah di tempat favorit?"
Shasha bingung mendapat pertanyaan balik dari Dion.
"Aku ingin fokus belajar, jadi akan sangat mengganggu jika kita masih berhubungan. Ini akan berdampak buruk bagi kita terutama kamu. Kemarin nilai-nilai kamu turun karena aku. Itu adalah salah satu buktinya."
"Tidak Acha! Aku yakin bukan itu alasan kamu minta kita putus." ucapnya Dion sambil menghela nafas panjang.
"Baiklah jika itu kemauan kamu mulai saat ini aku tak akan menemui mu lagi yang pasti aku hargai keinginan mu untuk putus. Asal kamu tahu sampai saat ini rasa cintaku padamu tak berkurang sedikit pun. Jika kita berjodoh kita akan bertemu lagi." ucap Dion pasrah dan berjalan meninggalkan Shasha.
Dion segera beranjak dari tempat duduk itu dan menuju ke lapangan indor sekolahnya tentunya untuk bermain bola basket guna menguras tenaganya agar rasa kesal kepada sang kekasih dapat hilang. Sebenarnya dia ingin menolak keinginan Shasha namun dia tak ingin cairan bening dari matanya yang keluar diketahui oleh Shasha.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Lega hati Shasha karena dia tak lagi menyakiti hati Dion terlalu dalam. Sebenarnya dia sedih dan kecewa dengan dirinya sendiri dalam mengambil keputusan yang besar dan berat untuk melepas Dion. Baginya Dion adalah kekasih terbaiknya.
Saat ini yang ada dipikirannya adalah bagaimana menghapus rasa hina pada dirinya. Dirinya yang hina membuatnya menjatuhkan pilihannya pada Abra, dia mengorbankan perasaan Dion karena tak ingin Dion mendapatkan wanita tak baik seperti dirinya yang hampir mengalami pelecehan.
Shasha berharap Abra meminta maaf dan akan memberikan syarat jika ingin kembali pada Shasha. Dia sangat begitu yakin bahwa hanya Abra lah yang dapat menghapus, serta mengikis hinaan yang sedang melekat pada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
adham fachrozy
up😍
2022-04-03
1
Yayaya coba"
Next... semangaat🥰
2022-03-30
1
Triple.1
petugas UKS nyaa lucu😂😂😂
2022-03-29
1