Shasha tak menyangka keikutsertaan dirinya yang terpaksa justru membuat dia terpilih mendapat beasiswa dan membuat dirinya semakin terkenal. Dia sendiri tak pernah menyangka akan mendapat ucapan selamat dari Rektornya.
"Siapkan dirimu ya anak ku! karena kamu adalah perwakilan satu-satunya dari Indonesia. Buat harum nama kampus dan negara kita. Bapak bangga dan yakin kamu pasti bisa!"
"Ia pak, terimakasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Saya minta doanya juga dari bapak."
"Pasti bapak doakan. Kapan akan berangkat?"
"Tiga hari lagi, pak."
"Baiklah persiapkan diri dan jaga kondisi badan ya. Sekali lagi bapak bangga kepadamu."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kini Shasha berada di Mall bersama kedua sahabatnya.
Sebenarnya dia tak ingin berbelanja yang penting sudah membawa beberapa pakaian sudah cukup baginya.
"Sha, ini aku sudah bikin check list barang-barang yang harus dibeli." ucap Mutia.
"What? Kenapa banyak? Aku hanya enam bulan say, aku gak tinggal disana."
"Ya, but we know you so well. Kamu itu suka banget ganti baju, kamu itu gak betah sama yang namanya keringat-keringat, apalagi lengket-lengket. Jadi ini list baju yang harus dibeli dan lu harus pasrah aja karena kita yang bayar. Ok!" ucap Mutia.
"Mut, tapi kan Shasha hobi cuci baju, palingan nanti dia cuci kering pakai," ucap Secil dengan polos.
"Lu itu ya, yuk kita cari baju buat dia. Sapa tahu nanti disana dia ketemu jodohnya." bisik Mutia kepada Secil
Shasha tidak tahu apa yang Mutia bisikkan kepada Secil, dirinya hanya terkekeh dan geleng kepala melihat tingkah kedua sahabatnya yang HERI(Heboh Sendiri).
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Selesai berbelanja mereka segera pergi ke food court untuk mengisi perut yang dari tai sudah berbunyi keroncongan.
Sambil menunggu pesanan tiba Shasha mulai melihat handphonenya ternyata ada banyak pesan dari Abra yang masuk.
my ❤️ (Abra)
my ❤️ : "Sayang ... sayang... "
my ❤️ : "Sayang ... sayang... kamu dimana? kenapa lama balas pesan dari kakak?"
my ❤️ : "Padahal kita masih berada di satu negara kamu sudah cuekin kakak"
my ❤️ : "Sayang, kamu ingat ucapan kakak kemarin? Kakak mau kamu jadi pendamping hidup kakak. Tapi, bukannya reaksi mu berlebihan malah biasa saja. Kamu cinta gak sih sama kakak?"
Shasha yang baru membuka pesannya segera membalas.
Shasha : "Maaf kak, Shasha gak tahu kakak kirim pesan."
Shasha : "Pasti lah kak, cinta."
my❤️ : "Kalau cinta, buktikan!"
Shasha : "Apa? harus logis ya permintaan nya,"
my❤️ : "Aku mau kamu bertemu dengan mama ku."
Shasha : "Buat apa kak?"
my❤️ : "Ngenalin kamu."
Shasha : "Tahun depan aja ya kak, saat lebaran."
my❤️ : "Kenapa tahun depan? kamu kenapa kelihatannya gak tertarik? kamu lagi apa sih!"
Shasha : "Aku kaget kak, aku senang tapi kenapa tiba-tiba kakak jadi aneh begini. Biasanya gak gini?"
my❤️ : "Aneh? kamu yang aneh! aku baru tahu ada pacar yang gak excited. Aku curiga sama kamu. Jangan-jangan kamu ada yang lain selain aku.
Lebih baik kamu batalin aja beasiswa mu itu. Jika kamu cinta kakak, segara kamu batalin. BATALIN!!!
Kalau kamu gak BATALIN, aku yang batalin biar kamu gak perlu ketemu mama ku lagi!"
Shasha yang membaca pesan terakhir Abra kaget. Dia yang panik, bingung dan gelisah membuat teman-temannya saling berpandangan.
"Kenapa dia?" tanya Secil kepada Mutia yang duduk di seberang Shasha.
"Sha, are you okay?" tanya Mutia.
"Kak Abra ... kak Abra ..." ucap Shasha sedih.
"Kenapa lagi?" tanya Mutia malas sambil menghela nafasnya.
"Dia memberiku pilihan yang sulit, memintaku untuk membatalkan beasiswa itu " ucap Shasha lirih
"GILA!! Harusnya dia bangga punya cewe pintar dan dapat beasiswa. Gua aja kalau jadi cowo bangga banget punya cewe kayak lu!" ucap Secil dengan emosi.
"Terus, lu gimana? lanjut atau?"
"Aku.. aku mau nya lanjut. Tapi kalau aku lanjut artinya aku bakal kehilangan kesempatan ketemu bokap nya." ucapnya sesenggukan.
"Sha.. Lu berhenti dulu nangisnya. Sekarang dengerin gue. Keyakinan lu sudah benar. Ini kesempatan lu, lu itu masih milik orang tua dan dia gak ada hak buat atur-atur hidup lu apalagi soal beasiswa. Beasiswa ini benar-benar kesempatan dan ini gak akan datang dua kali. Percaya, jika dia jodoh lu, dia gak akan lari kemana-mana kug." ucap Mutia dengan yakin.
"Hemm..., betul gue setuju sama si Mut. Lu boleh memiliki cinta tapi jangan pernah meninggalkan logika." tambah Secil dengan wajah seriusnya.
Shasha mulai mencerna semua ucapan kedua sahabatnya. Dia sadar selama ini dia selalu mengesampingkan logika. Dia yang tak mau tahu dengan kekurangan Abra padahal tahu bahwa Abra sedang berbohong. Dia yang selalu membayangkan semua hal indah bersama Abra padahal tahu bagaimana perlakuan Abra kepadanya. Dia yang tak pernah meminta pendapat kepada sahabatnya karena dia tahu para sahabatnya pasti akan meminta Shasha untuk meninggalkan Abra. Dia yang selalu menutup pintu hatinya padahal jelas-jelas tak ada masa depan untuk kehidupan mereka.
"Sha, keputusan ada di lu. Kita sudah sama-sama dewasa, jadi gue dan Secil gak akan maksain lu buat pilih mana yang baik dan penting buat hidup lu." ucap Mutia.
"Gue harap, logika lu main."
"Tumben lu bener hari ini," bisik Mutia kepada Secil
"Iye gue gak mau barang-barang yang baru kita beli buat Shasha mubazir tau gara-gara si Abra kampret!" bisik Secil kepada Shasha.
"Ayo kita makan lalu kita pulang segera, gue mau istirahat. Besok gue dijemput Pak Bram buat berangkat ke Bandara." ucap Shasha sambil melanjutkan makannya.
"Jadi ... lu mutusin lu lanjutin beasiswanya?" tanya kedua sahabatnya bersamaan.
"Iya dua bawel."
Secil dan Mutia yang mendengar itu segera mereka menyatukan kedua tangan mereka kebawah sambil berucap 'tos''
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Shasha yang kini sudah berada di kos mulai mengemas tambahan beberapa baju yang tadi dibelikan oleh kedua sahabatnya itu. Disela-selanya dia mengemas, kembali dia mengingat pesan yang dikirimkan oleh Abra. Sebuah kata BATAL masih berdering di telinganya.
Shasha mulai mengambil handphone dan mengirimkan pesan kepada Abra
Shasha : "Kak, maafin Shasha.
Bukan Shasha memiliki yang lain selain Kakak..
Bukan Shasha tak mau bertemu mama
tapi...
Shasha memang harus memilih untuk tetap melanjutkan beasiswa ini.
Aku yakin kakak mengerti bagaimana rasanya bisa mencapai apa yang diimpikan...
Bertahun tahun Shasha menemani kakak Shasha melihat kegigihan kakak berjuang belajar demi kuliah di tempat favorit.
Kali ini tolong hilangkan semua emosi, ego dan pikiran buruk kakak.
Besok Shasha berangkat.
Aku harap kakak paham. Balas pesan Shasha."
❤️u kak
Setelah mengirim pesan kepada Abra Shasha melanjutkan kembali melihat barang-barangnya. Di cek nya satu persatu mulai dari pakaian, sepatu, laptop, kaos kaki, sarung tangan, dan juga beberapa dokumen penting.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Pramita K
lanjutkan perjuanganmu Sha 😍😍😍
2022-04-17
0
Pramita K
Abraaa pengen jitak deh ah. egois banget
2022-04-17
0